14
2.1.4 Peraturan Walikota.
Pasal 1 nomor 26 dan Pasal 59 ayat 1 UU No 9 tahun 2015 menentukan adanya Perwali sebagai peraturan kepala daerah kota. Selanjutnya dalam Pasal 65 ayat 2 ditentukan bahwa wali
kota  sebagai  kepala  daerah  kota,  dalam  menjalankan  tugasnya  berwenang  untuk  menetapkan peraturan wali kota dan keputusan wali kota.
Sesuai  dengan  ketentuan  Pasal  246  dan  237  UU  No.  9  Tahun  2015,  Perwali  ditetapkan untuk melaksanakan peraturan daerah. Pembentukan dan materi muatan Perwali pada ketentuan
peraturan perundang-undangan dan asas hukum yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Peraturan  perundang-undangan  yang  menjadi  pedoman  pembentukan  dan  materi  mutan Perwali  adalah  Undang-Undang  Republik  Indonesia  Nomor  12  Tahun  2011  tentang
Pembentukan  Peraturan  Perundang-undangan  UU  No.  12  Tahun  2011  dan  Peraturan  Menteri Dalam  Negeri  Nomor  1  Tahun  2014  Permendagri  12014.  Pasal  64  UU  No.  12  Tahun  2011
menentukan bahwa penyusunan peraturan perundang-undangan dilakukan sesuai dengan teknik penyusunan  peraturan  perundang-undangan  yang  tercantum  dalam  Lampiran  II  UU  No.  12
Tahun  2011.  Pasal  2  dan  3  Permendagri  12014  menentukan  bahwa  Perwali  merupakan  salah satu produk hukum  yang bersifat pengaturan. Selanjutnya, Pasal 116 menentukan bahwa teknik
penyusunan Perwali dilakukan sesuai dengan ketentuan UU No. 12 Tahun 2011. Dengan demikian, Wali Kota Denpasar memiliki kewenangan membentuk Perwali dalam
menjalankan  tugasnya  melaksankan  Perda  172015  yang  telah  dibentuk  bersama  Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Denpasar DPRD Kota. Pembentukan Perwali Kota Denpasar
sebagai pelaksanaan Perda No. 11 Tahun 2011 merujuk pada kretentuan-ketentuan yang terdapat di dalam:
1 UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
2 UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
3 UU No. 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah.
4 Perpres 742013 tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol.
5 Permendagri 12014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah.
6 Permendag  062015  tentang  Pengendalian  dan  Pengawasan  Terhadap  Pengadaan,
Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol.
15 7
Peraturan  Direktur  Jenderal  Perdagangan  Dalam  Negeri  Nomor  04PDNPER42015 tentang  Petunjuk  Teknis  Pelaksanaan  Pengendalian  Peredaran  dan  Penjualan  Minuman
Beralkohol Golongan A. 8
Perda No. 17 Tahun 2011 tentang Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol. 9
Peraturan Walikota Denpasar Nomor 21 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Perwali 212013.
2.2.  Kajian  terhadap  praktik  penyelenggaraan,  kondisi  yang  ada,  serta permasalahan yang dihadapi masyarakat
Praktik  penyelenggaran    perizinan  tempat  penjualan  minuman  beralkohol  merupakan salah  satu  bentuk  pelayanan  publik  yang  dilakukan  oleh  pemerintah  daerah.  Perwujudan
komitemen  pelayanan  tersebut  diawali  dengan  pengaturan  penyelenggaraan  perizinan. Pengaturan penyelenggaraa perizinan tersebut merupakan jasa yang diberikan pemerintah daerah
kepada masyarakat sehingga pemerintah daerah dapat mengenakan retribusi atas pelayanan yang diberikan kepada orag ataupun badan yang menerima manfaat pelayanan tersebut. Karena itulah,
Pemerintah  Daerah  Kota  Denpasar  membentuk  Perda  No.  17  Tahun  2011.  Namun  Perda  ini belum implementatif karena terdapat beberapa ketentuan yang menghendaki pengaturan dengan
Perwali. Ketentuan-ketentuan Perda No. 17 Tahun 2011 yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1
Pasal 9 ayat 3 mengenai Penetapan Tarif Retribusi. 2
Pasal 11 ayat 3  mengenai Tatacara pelaksanaan pemungutan retribusi. 3
Pasal  13  ayat  5    mengenai  Tata  cara  pembayaran,  penetapan  tempat  pembayaran, anggsuran, dan penundaan pembayaran retribusi.
4 Pasal 15 ayat 5  mengenai Tata cara penagihan pemungutan retribusi.
5 Pasal  17  ayat  3  mengenai  Tata  cara  penghapusan  piutang  retribusi  yang  sudah
kedaluwarsa. Praktik  pemungutan  retribusi  atas  izin  tempat  penjualan  MB  mendapatkan  legitimasi
berdasarkan  UU  No.  28  Tahun  2009  dan  Perpres  742013.  Walaupun  pernah  terdapat  larangan menjual  MB  oleh  pengecer  berdasarkan  Permendag  062015,  namun  selepas  Rachmat  Gobel
sebagai  Menteri  Perdagangan  Republik  Indonesia,  ditetapkanlah  Peraturan  Direktur  Jenderal Perdagangan  Dalam  Negeri  Nomor  04PDNPER42015  tentang  Petunjuk  Teknis  Pelaksanaan
Pengendalian  Peredaran  dan  Penjualan  Minuman  Beralkohol  Golongan  A.  Peraturan  Dirjen
16 tersebut menentukan bahwa Wali Kota dapat menetapkan tempat-tempat tertentu sebagai tempat
penjualan  MB  golongan  A  untuk  diminum  langsung  di  tempat  dengan  memperhatikan karakteristik  daerah  dan  budaya  local.  tempat-tempat  tertentu  tersebut  harus  berada  di
kawasanlokasiobjek pariwisata yang telah ditetapkan melalui Perda setempat. Dalam kaitan itu, Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 16 Tahun 2009 tentang Tata Ruang
Wilayah  Provinsi  Bali  Perda  No.  16  Tahun  2009  menetapkan  16  lokasi  wisata  di  Bali  yang diperbolehkan bagi  pengecer untuk  menjual  MB  golongtan A. KP  Sanur di  Denpasar diizinkan
menjual  MB  golongtan  A  untuk  dikomsumsi  langsung  di  tempat.  Menteri  Pariwisata  Arief Yahya menjelaskan bahwa pelarangan penjualan MB tersebut tidak membawa pengaruh kepada
turis  asing.  Mereka  tetap  dapat  menikmati  MB  di  tempat-tempat  yang  diperbolehkan  menjual minuman beralkohol seperti: di kafe maupun bar dan Hotel.
22
Praktik  pemungutan  retribusi  atas  izin  tempat  penjualan  MB  didukung  pula  oleh perkembangan  kunjungan  wisatawan  asing  ke  Bali  dan  Indonesia  pada  umumnya,  yang  juga
dapat  menarik  investasi  asing  di  bidang  produksi  MB.  Selama  bulan  Mei  2015  terdapat kunjungan  wisatawan  mancanegara  sebanyak  295.835  orang.  Walaupun  jumlah  tersebut
berkurang dari bulan sebelumnya mencapai  313.763 orang. Namun  secara kumulatif turis  yang datang  bertambah  11,29  persen  menjadi  1.555.609  orang  selama  Januari-Mei  2015  dibanding
periode  yang  sama  tahun  lalu.
23
Peningkatan  angka  kunjungan  tersebut  tampak  pula  dari  data bertambahnya  hunian  akomodasi.
Banyaknya  Tamu  Asing  yang  menginap  pada Hotel  Non
Bintang  dan  Akomodasi  Lainnya  tahun  2012  adalah  1099275  orang,  sedangkan  dalam  tahun tahun  2013  meningkat  menjadi    1625252  orang.
24
Peningkatan  tingkat  hunian  hotel  dan akomodasi  lainnya  turut  menunjang  peningkatan  Produk  domistik  regional  bruto  PDRB  Kota
Denpasar.  Dalam  tahun  2013  PDRB  dari  bidang  akomodasi  dan  makan  minum  adalah  Rp. 7.870.764,75, sedangkan dalam tahun 2014 meningkat menjadi Rp. 9.908.704,35.
25
Praktik  pemungutan  retribusi  atas  izin  tempat  penjualan  MB  didorong  pula  oleh meningkatnya  investasi  asing  terhadap  industry  MB.  Sebab,  peningkatan  jumlah  kunjungan
22
Johan Sompotan
,  “Turis  Asing  Masih  Bisa  Beli  Minuman  Beralkohol  di  Indonesia”, http:lifestyle.okezone.comread201504144061133818turis-asing-masih-bisa-beli-minuman-beralkohol-di-
indonesia , Sabtu 7 Nopember 2015, hlm. 1.
23
IK  Sutika,  “Wisman  ke  Bali  bertambah  11,29  persen”,  Unggul  Tri  Ratomo,  Ed., http:www.antaranews.comberita503629wisman-ke-bali-bertambah-1129-persen
24
Denpasar dalam Angka 2014.
25
Denpasar dalam Angka 2014.
17 wisatawan  asing  tersebut  berpengaruh  terhadap  tingginya  konsumsi  MB.  Hal  itu  menunjukkan
pula  adanya  peningkatan  pertumbuhan  pasar  sebab  komsumen  MB  semakin  banyak.  Data Kementerian Perindustrian memperlihatkan bahwa, konsumsi minuman mengandung etil alkohol
MMEA sepanjang tiga tahun terakhir tercatat terus tumbuh hingga mencapai 263 juta hektoliter di  2012.  Kondisi  tersebut  merupakan  salah  satu  faktor  penyebab  ketertarikan  produsen  untuk
berinvestasi di Indonesia.
26
Pemungutan  retribusi  atas  izin  penjualan  MB  berdampat  sangat  signifikan  terhadap rencana  pendapatan  asli  daerah  dari  sektor  retribusi  daerah.  Hal  itu  tampak  dari  peningkatan
penerimaan retribusi daerah daripada yang direncanakan dalam tahun 2013. Rencana pendapatan Daerah Kota Denpasar dari sektor retribusi tahun 2013 adalah Rp. 42.685.463.848,00; sedangkan
realisasinya  adalah  Rp.  47.874.288.091,00.  Dengan  demikian  terdapat  surplus  adalah  Rp. 5.188.824.243,00.
27
Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa melegalkan peredaran MB di masyarakat dapat berdampak negatif. Hasil riset terbaru WHO menunjukkan fakta, konsumsi di atas 15 liter
alkohol  murni  per-tahun,  memicu  munculnya  lebih  dari  200  penyakit  kronis  diantarnya  kanker dan  sirosis  hati.  Setiap  tahunnya  lebih  3,3  juta  orang  meninggal  sebagai  dampak  konsumsi
minuman beralkohol berlebihan.
28
Hal itu sama dengan MB membunuh 1 orang setiap 10 detik. Menteri  Perdagangan,  Rachmat  Gobel  mengeluarkan  larangan  penjualan  MB  goolongan  A  di
minimarkert dan pengecer karena menganggap alkohol membuat mental warga Tanah Air rusak, sehingga selalu kalah bersaing di kancah global
29
. Sebagai akibat dibebaskannya penjualan MB Golongan A; maka penjualan shandy, minuman ringan beralkohol, bir, lager, ale, bir hitam atau
stout, low alcohol wine, minuman beralkohol berkarbonasi dan anggur brem Bali marak di toko- toko  Seven  Eleven  dan  mini  market  sejenisnya.  Anak-anak  di  bawah  umur  dengan  mudah
26
Indonesia Finance Today, “ Industri Minuman Alkohol Menarik Investasi Asing”
http:www.kemenperin.go.idartikel6834Industri-Minuman-Alkohol-Menarik-Investasi-Asing , Sabtu 7 Nopember
2015, hlm. 1.
27
Denpasar dalam Angka 2014.
28
Dpaafp, “Larangan Berjualan Alkohol di Minimarket Mulai Diberlakukan”
http:www.dw.comidlarangan-berjualan-alkohol-di-minimarket-mulai-diberlakukana-18387258 , Jumat 6
Nopember 2015, hlm. 2.
29
Mrt, “Larangan Minuman Beralkohol Tak Berlaku di Bali”, http:economy.okezone.comread201504133201133352larangan-minuman-beralkohol-tak-berlaku-di-bali
, Sabtu 6 Nopember 2015, hlm. 1.
18 mendapatkannya,  terlebih  lagi  pramuniaga  tidak  melarangnya.  Bahkan,  ada  pula  diantaranya
menjadikannya sebagai MB oplosan yang dapat berdampak mematikan. Data lain  yang menunjukkan betapa MB merugikan negara adalah hasil  penelitian  yang
dilakukan  di  Australia  pada  tahun  2010  bahwa,  MB  menyebabkan  pemerintah  menghabiskan dana  sebesar  1,7  miliar  poundsterling  Rp  35,7  triliun  untuk  penanganan  dalam  bidang
kesehatan,  dan  7,3  miliar  poundsterling  Rp  153  triliun  untuk  penanganan  dalam  bidang hukum.
30
Jika hasil penelitian itu diproyeksikan untuk pemerintahan daerah di  Indonesia, maka betapapun besarnya konstribusi pendapatan dari retribusi atas izin penjualan MB terhadap PAD,
tetapi dampak yang ditimbulkannya jauh lebih besar. Dengan  demikian,  adanya  pengaturan  dalam  bentuk  Perda  dan  Perwali  untuk
pengendalian  peredaran  MB,  terutama  MB  Golongan  A  agar  tidak  sampai  dikomsumsi  oleh anak-anak  di  bawah  umur  sangat  relevan.  Perda  No.  17  Tahun  2011  yang  dimaksudkan  untuk
menekan  seminimal  mungkin  dampak  social  peredaran  MB  harus  segera  diimplementasikan dengan Perwali, sebagaimana dikehendaki oleh ketentuan-ketentuan dalam Perda tersebut.
30
Abul  Muamar,  “Fraksi  PKS  DPRD  Medan  Tolak  Ranperda  Retribusi  Minuman Beralkohol”,
http:medan.tribunnews.com20151102fraksi-pks-dprd-medan-tolak- ranperda-retribusi-minuman-beralkohol
, Sabtu 6 Nopember 2015, hlm 1.
19
BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN TERKAIT
3.1.  UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah