Peraturan Presiden No. 74 Tahun 2013 Permendag 20M-DagPer42014

22 Pasal 246, 247 dan 248 menentukan bahwa, Wali Kota membentuk Perwali untuk melaksanakan Perda. Pembentukan Perwali harus sesuai dengan asas pembentukan dan asas materi muatan yang ditentukan dalam UU No. 12 Tahun 2011. Perencanaan, penyusunan, dan penetapan berpedoman pada peraturan perundang-undangan, yakni UU No. 12 Tahun 2011 dan Permendagri 12014. Perwali yang dibentuk tidak dapat, bahkan dilarang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, kepentingan umum, danatau kesusilaan. Pasal 250 dan Penjelasannya menentukan bahwa bertentangan dengan kepentingan umum maksudnya meliputi: a. terganggunya kerukunan antarwarga masyarakat; b. terganggunya akses terhadap pelayanan publik; c. terganggunya ketenteraman dan ketertiban umum; d. terganggunya kegiatan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat; danatau e. diskriminasi terhadap suku, agama dan kepercayaan, ras, antar-golongan, dan gender. Bertentangan dengan kesusilaan maksudnya adalah bertentangan dengan norma yang berkaitan dengan adab dan sopan santun, kelakuan yang baik, dan tata krama yang luhur. Perwali diundangkan oleh sekretaris daerah dalam berita daerah. Perwali yang sudah diundangkan tersebut mulai berlaku dan memupunyai kekuatan mengikat pada tanggal diundangkan, kecuali ditentukan lain di dalam Perwali tersebut. Artinya bahwa mulai berlaku Perwali berbeda dengan tanggal pengundangan. Penjelasan Pasal 248 ayat 3 menerangkan bahwa hal itu dapat terjadi disebabkan masih mempersiapkan sarana dan prasarana serta kesiapan aparatur pelaksana Perwali tersebut. Pasal 255 menentukan bahwa penegakan Perwali dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja SATPOLPP. Apabila terjadi pelanggaran atas Perwali maka, SATPOLPP melakukan tindakan penertiban non-yustisial, menindak, melakukan tindakan penyelidikan, dan melakukan tindakan administratif bagi warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran serta mengganggu ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat.

3.4. Peraturan Presiden No. 74 Tahun 2013

Perpres 742013 menyusul Putusan Mahkamah Agung No. 42PHUM2012 tanggal 18 Juni 2013 yang menyatakan Keppres No. 3 Tahun 1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum. Benturan antara sejumlah 23 Perda yang melarang total peredaran MB dan Keppres Nomor 3 Tahun 1997 yang hanya mengatur pembatasan MB memperkuat alasan penerbitan Perpres tersebut. Perpres ini mengelompokan MB ke dalam 3 tiga golongan, yaitu: 1 MB Golongan A, yang mengandung etil alkohol atau etanol C2H5OH dengan kadar sampai dengan 5; 2 MB golongan B, mengandung etil alkohol atau etanol dengan kadar lebih dari 5 - 20; dan 3 MB golongan C, mengandung etil alkohol atau etanol dengan kadar lebih dari 20 - 55. Perpres melegalkan penjualan MB golongan A di toko pengecer dalam bentuk kemasan. Karena itulah, bir yang merupakan minuman beralkohol dengan kadar sampai dengan 5 marak dijumpai di toko-toko semacam Seven Eleven dan mini market sejenisnya. Perpres 742013 menuai kritik dan penolakan dari berbagai kalangan yang dinilai sebagai langkah mundur karena menjadi payung hukum produksi dan peredaran miras di Indonesia, sehingga sulit untuk sepenuhnya memberantas keberadaan barang tersebut. Sebaliknya, para penikmat MB merasa mendapatkan perlindungan, padahal ada yang meregang nyawa sebagai akibat Miras oplosan. 31

3.5. Permendag 20M-DagPer42014

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 20M-Dag Per42014 Tentang Pengendalian dan Pengawasan Terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol diterbitkan sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 9 Perpres 742013. Dalam Permendag ini selain ditentukan penggolongan MB menjadi 3 tiga yakni Golongan A, Golongan B, dan Golongan C seperti ditentukan dalam Perpres 742013; ditentukan juga bahwa penggolongan tersebut ditetapkan oleh Menteri, sebagaimana terdapat di dalam Lampiran I dan II. Pada Lampiran I mengenai Jenis atau Produk Minuman Beralkohol Golongan A, Golongan B, dan Golongan C terdapat jenis atau produk MB Golongan A, yaitu: Shandy, Minuman ringan beralkohol, BirBeer, Larger, Ale, Bir hitamStout, Low Alcohol Wine, Minuman beralkohol berkarbonasi, dan Anggur Brem Bali. Jenis atau produk MB Golongan B, yaitu: Reduced Alcohol Wine, AnggurWine, Minuman Fermentasi PancarSparkling Champagne Wine, Carbonated Wine, Koktail 31 Anonim, “Minuman Beralkohol Memang Legal Di Indonesia”, https:www.selasar.compolitikminuman- beralkohol-legal-di-indonesia , Sabtu 7 Nopember 2012, hlm.1. 24 AnggurWine Coktail, Anggur Tonikum KininaQuinine Tonic Wine, Meat Wine atau Beef Wine, Malt Wine, Anggur BuahFruit Wine, Anggur Buah ApelCider, Anggur Sari Buah PirPerry, Anggur BerasSakeRice Wine, Anggur Sari Sayuran Vegetable Wine, Honey Wine Mead, Koktail Anggur Wine Cocktail, TuakToddy, Anggur Brem Bali, Minuman Beralkohol Beraroma, Beras Kencur, dan Anggur Ginseng. Sedangkan jenis atau produk MB Golongan C, yaitu: Koktail AnggurWine Cocktail, BrendiBrandy, Brendi BuahFruit Brandy, WiskiWhiskies, Rum, Gin, Geneva, Vodka, Sopi ManisLiqueurs, CordialCordials, Samsu Medicated Samsu, ArakArrack, Cognac, Tequila, dan Aperitif. Jenis MB golongan A, golongan B, dan golongan C tersebut pengadaannya berasal dari produksi dalam negeri atau impor. Pasal 14 menentukan bahwa penjualan langsung MB golongan A, golongan B danatau golongan C untuk diminum langsung di tempat, yaitu: Hotel, Restoran, Bar sesuai dengan peraturan perundangundangan di bidang kepariwisataan; dan tempat tertentu lainnya yang ditetapkan oleh Walikota. Penjualan MB secara eceran hanya dapat dijual oleh pengecer, pada: Toko Bebas Bea TBB - Duty Free Shop dan tempat tertentu lainnya yang ditetapkan oleh Walikota. Selain itu, MB golongan A juga dapat dijual di toko Pengecer, berupa: minimarket; supermarket, hypermarket; atau toko pengecer lainnya. Pengecer harus menempatkan MB secara terpisah dengan penjualan barang lainnya dan hanya dapat dilayani oleh pramuniaga. Penjualan eceran dalam kemasan harus dibuktikan dengan Kartu Identitas pembeli yang menunjukkan telah berusia 21 dua puluh satu tahun sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Penjual Langsung dan Pengecer dilarang menjual MB golongan A, golongan B, dan golongan C, kepada pembeli di bawah usia 21 dua puluh satu tahun. Pengecer berkewajiban melarang pembeli MB meminum langsung di lokasi penjualan.

3.6. Permendag 062015