Latar Belakang Implementasi Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 17 Tahun 2011 Tentang Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol.

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UUD 1945 menentukan bahwa penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah- daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi atas daerah-daerah kabupaten dan kota, yang masing- masing memiliki pemerintahan daerah. Setiap daerah mempunyai otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya demi efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. Pelaksanaan kebijakan otonomi daerah dengan prinsip otonomi luas, riil dan bertanggungjawab yang digulirkan sejak era reformasi memberikan kewenangan kepada setiap daerah untuk mengatur dan mengelola daerah masing-masing, termasuk menetapkan regulasi yang memuat kebijakan daerah dalam rangka menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya. Undang-Undang No. 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah UU No. 9 Tahun 2015 memberikan kewenangan kepada daerah untuk membentuk peraturan daerah Perda guna menyelenggarakan otonomi daerah dan tugas pembantuan. Penyusunan Rancangan Perda Ranperda dapat berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD atau kepala daerah. Dalam kaitan itu, Kota Denpasar membentuk Peraturan Daerah No 17 tahun 2011 tentang Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol Perda No. 11 Tahun 2011. Perda No. 11 Tahun 2011 dibentuk berdasarkan delegasi kewenangan yang ditentukan dalam Pasal Pasal 141 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah UU No. 28 Tahun 2009. UU No. 28 Tahun 2009 memberikan wewenang kepada Daerah untuk memungut Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol sebagai salah satu jenis Retribusi Perizinan Tertentu. Namun demikian, kendati pun sudah ditetapkan sejak sejak 29 Desember 2011, Perda No. 11 Tahun 2011 belum dapat berlaku efektif karena beberapa ketentuan harus diimplementasikan dengan Peraturan Walikota, yang belum terbentuk hingga saat ini. Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2013 Perpres 742013 tentang Pengendalian dan Pengawasan 2 Minuman Beralkohol pada tanggal 6 Desember 2013 melegalkan penjualan Minuman Beralkohol golongan A di toko pengecer dalam bentuk kemasan, tetapi tidak jelas apa yang dimaksudkan dengan toko pengecer. Sementara itu, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 06M-DAGPER12015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20M-DAGPER42014 tentang Pengendalian dan Pengawasan Terhadap Pengadaan Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol Permendag 062015 membatasi tempat-tempat penjualan minuman beralkohol. Minuman Beralkohol golongan A hanya dapat dijual di Toko Bebas Bea TBB, tempat tertentu lainnya yang ditetapkan oleh Walikota, supermarket, dan hypermarket. Sedangkan toko Pengecer, seperti minimarket, Circle K, dan lain-lain. Karena itu, beberapa Circle K di Denpasar tidak lagi menerima stok bir, kulkas penjualan bir ditutupi sarung 1 . Namun demikian, larangan tersebut tidak berlaku mutlak di Denpasar. Sebab, sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Nomor 04PDNPER42015 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengendalian Peredaran dan Penjualan Minuman Beralkohol Golongan A Juknis No. 04PDNPER42015, sebagai tindak lanjut Permendag 062015 memperkenankan pengecer menjual sebatas di pantai Sanur. Selain itu, Walikota dapat menetapkan tempat-tempat tertentu serbagai tempat penjualan Minuman Beralkohol untuk diminum langsung di tempat dengan memperhatikan karakteristik daerah dan budaya lokal. Karena itulah urgen dan relevan untuk ditetapkan Peraturan Walikota Denpasar Perwali sebagai pelaksanaan Perda No. 11 Tahun 2011 sehingga terdapat kepastian hukum mengenai tempat-tempat yang diperkenankan menjual minuman beralkohol, tarif, tata cara pemungutan, pembayaran dan tempat pembayaran, angsuran dan penundaan pembayaran, penagihan dan penghapusan piutang retribusi izin tempat penujualan minuman beralkohol.

1.2. Identifikasi Masalah