obat terlarang, dan sebagainya. Maka dengan penjelasan atau pengarahan dari dinas kesehatan tersebut para siswa bisa memikirkan tentang
pentingnya kesehatan.
L. Usaha-usahaBPeningkatanBKualitasBLulusan
1. Para guru SMP Muhammadiyah Mungkid akan berusaha menyiapkan hasil lulusan yang mempunyai kompetensi dalam kemampuannya yang
handal, terampil, berkualitas. 2. Memberi bekal keilmuan para lulusan untuk dapat dan mampu
merumuskan belajar di jenjang atasnya atau di jenjang yang lebih tinggi. Proses belajar mengajar yang baik tertib, lancar merupakan kunci utama
dalam pencapaian tujuan pendidikan sehingga perlu dievaluasi secara terus menerus. Ujian akhir kelas IX merupakan salah satu alat ukur
nasional untuk menentukan keberhasilan proses pembelajaran sekolah. Nilai ujian nasional yang tinggi menggambarkan semakin baiknya
kualitas pendidikan di sekolah dan sebaliknya. Nilai ujian nasional yang rendah dapat diindikasikan kurang berhasilnya proses pendidikan di
sekolah. Untuk meningkatkan kualitas lulusan, SMP Muhammadiyah Mungkid memiliki beberapa program, antara lain :
1 Mengadakan les untuk mata pelajaran yang diujikan pada ujian nasional
2 Mengadakan uji coba ujian nasional, dari : a. Sekolah
b. Dari rayon kabupaten
60
3 Mengadakan pembekalan mental. Untuk kelas VIII A dilihat dari prestasinya sedang, sebagian kecil
siswanya sulit diatur yang lainnya mudah diatur, absensi siswa baik mereka rajin sekolah. Latar belakang orang tua berpenghasilan sedang tetapi orang tua mereka
sadar pentingnya pendidikan sehingga orang tua mereka memberi dorongan agar berhasil dalam belajar
BABBV
61
HASILBPENELITIANBDANBPEMBAHASAN
A. HasilBPenelitianB
Sebelum pelaksanaan penelitian, dilakukan pembelajaran prasiklus dengan model konvensional kemudian dilakukan pengujian keadaan awal
kemampuan siswa yaitu dengan memberikan posttest pada materi pelaku- pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian Indonesia. Hasil post test
terangkum dalam tabel berikut : Tabel 5.1. Hasil Nilai Post Test Pra Siklus
No Hasil Tes
Pencapaian 1.
Nilai Tertinggi 75
2. Nilai Terendah
20 3.
Rata-rata 58,80
Berdasarkan tabel di atas dengan KKM ≥ 67, siswa yang mencapai ketuntasan belajar yaitu sebanyak 7 siswa 20,59, sedangkan yang tidak
tuntas sebanyak 27 siswa 79,41. Dengan jumlah siswa 34. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa sebelum diberi tindakan masih di
bawah standar ketuntasan klasikal yaitu 58,80 siswa mencapai nilai ≥ 67. Untuk itu perlu dilakukan tindakan pembelajaran siklus.
1. TindakanBkelasBsiklusBI a. PerencanaanBtindakanBsiklusBI
62
Sebelum melaksanakan tindakan terlebih dahulu menyusun Rencana Pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu selama 2 jam pelajaran 80
menit dengan materi ajar yaitu pelaku-pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian Indonesia. Langkah-langkah dalam Make-A Match
dalam setiap siklus adalah sama, untuk siklus I pertemuan 1 dan 2, pertemuan terfokus pada materi yaitu pengertian sistem ekonomi,
macam-macam sistem ekonomi dan sistem ekonomi di Indonesia, sedangkan pada siklus II pertemuan 1 dan 2 yang dipelajari pelaku
utama dalam perekonomian Indonesia.
b. PelaksanaanBtindakanBkelasBsiklusBI
1 Siklus I Tindakan kelas siklus I pertemuan 1 dan 2 dilaksanakan hari
Selasa tanggal 10 April 2012 dimulai pukul 08.30 – 09.50 Wib. Jumlah siswa yang hadir sebanyak 33 siswa. Dalam pelaksanaan
tindakan, penelitian berperan sebagai guru sedangkan guru IPS berperan sebagai pengamatobserver. Pada kegiatan awal setelah
guru memasuki ruangan, guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam.
Guru memberi pengarahan mengenai tujuan dan prosedur pembelajaran. Guru mempresentasikan inti dari materi “pelaku-
pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian Indonesia”. Kegiatan selanjutnya adalah guru memberi kesempatan setiap siswa untuk
membaca materi mengenai pelaku-pelaku ekonomi dalam sistem
63
perekonomian Indonesia selama 20 menit. Kemudian diadakan Make A Match kurang lebih 30 menit. Langkah-langkah penerapan
metode Make A Match sebagai berikut : 1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep
atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soaljawaban.
3. Tiap siswa memikirkan jawabansoal dari kartu yang dipegang.
4.
Tiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya : pemegang kartu yang bertuliskan nama tumbuhan
dalam bahasa Indonesia akan berpasangan dengan nama tumbuhan dalam bahasa latin ilmiah.
5. Setiap siswa dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
6. Jika siswa tidak dapat mencocokan kartunya dengan kartu temannya tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu
jawaban akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.
64
9. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
Permainan Make A Match yang salah mencari jawaban ada 2 pasang. Dengan demikian permainan Make A Match 15 pasang
mencari jawaban dan 2 pasang salah mencari jawaban. Bermain Make A Match dilanjutkan dengan mengerjakan Posttest dengan
soal pilihan ganda sejumlah 10, uraian 5 soal. Jumlah siswa 34, siswa yang tuntas 25, siswa tidak tuntas 8, siswa yang tidak ikut
ulangan 1 dan nilai rata-rata 70,80 dengan KKM 67. Memberi motivasi siswa untuk belajar, mendorong siswa punya hasrat atau
keinginan dan kesadaran untuk belajar. Pada siklus I keinginan dan kesadaran untuk belajar masih
sedang karena siswa belum punya kesadaran yang tinggi untuk belajar, oleh karena itu diberi dorongan dari dalam pentingnya
belajar, yang tadinya siswa hanya belajar tidak dari keinginan diri sendiri, kemudian siswa punya kesadaran bahwa belajar merupakan
kebutuhan siswa. Guru mendorong siswa aktif dalam kelas. Pada siklus I
keaktifan siswa sedang, ada siswa yang memperhatikan, mendengarkan, ada juga yang tidak. Guru dalam kegiatan
pembelajaran harus dapat membuat siswa aktif. Dengan cara mengajar yang menyenangkan tidak membuat siswa bosan atau
mengantuk, contohnya bermain Make A-Match sehingga siswa
65
menjadi aktif untuk mencari pasangannya, disamping itu siswa sudah berani bertanya.
c. ObservasiBdanBMonitoringBTindakanBKelasBSiklusBI
Observasi dan monitoring yang dilakukan oleh peneliti dan guru bidang studi IPS dalam tindakan pada komponen pendukung dalam
proses pembelajaran yaitu siswa dan model pembelajaran. Berdasarkan tindakan yang dilakukan, hasil pengamatan pada kegiatan awal adalah
terdapat siswa-siswa yang dengan serius membaca dan berdiskusi tetapi juga terdapat siswa yang malas membaca, hanya ramai bahkan
mengganggu teman lain yang mengikuti kegiatan belajar. Dalam hal ini, terlihat bahwa siswa belum memanfaatkan waktu secara optimal
sehingga konsep siswa mengenai materi belum matang. Keterbatasan waktu menyebabkan pelaksanaan pembelajaran belum baik. Selain itu
pelaksanaan Make A Match masih ada salah mencari jawaban. Pada awal kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode Make A
Match banyak siswa terlihat bingung karena belum terbiasa dengan metode pembelajaran yang dilakukan peneliti.
Pada kegiatan akhir, guru mengevaluasi kegiatan permainan Make A Match sebagai kesimpulan dan memberi dorongan kepada siswa
untuk belajar tentang materi pelaku-pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian Indonesia di luar jam pelajaran sekolah. Pada siklus I
pertemuan 1 dan 2 sebelum mengakhiri pembelajaran siswa terlebih dahulu mengerjakan post test untuk mengetahui hasil belajar siswa.
66
Selama observasi dan monitoring berlangsung, guru bidang studi IPS memberikan penilaian terhadap keaktifan siswa pada lembar observasi
aktivitas siswa.
d. RefleksiBterhadapBtindakanBkelasBsiklusBI
Refeksi tindakan kelas siklus I dilaksanakan setelah pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan 2. Kegiatan ini mendiskusikan hasil
observasi tindakan kelas siklus I pertemuan 1 dan siklus I pertemuan 2, terlihat bahwa proses pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran Make A Match dalam materi pelaku-pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian Indonesia belum sesuai yang diharapkan
dan perlu banyak pembenahan pada komponen siswa, guru dan model pembelajaran, sehingga siswa dapat memahami materi pelajaran secara
optimal. Dari kegiatan refleksi ini, diperoleh beberapa hal yang dapat dicatat sebagai masukan untuk perbaikan pada tindakan selanjutnya
yaitu :
1
Siswa belum memanfaatkan waktu secara optimal, sehingga siswa belum memahami materi.
2
Sebagian siswa belum berani mengajukan pertanyaan. 3 Keaktifan siswa sudah terlihat.
4 Prosedur permainan belum terlaksana dengan baik. 5 Alokasi waktu belum dimanfaatkan secara optimal.
67
Karena masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaan tindakan pada siklus I, maka peneliti mengadakan perbaikan tindakan dalam
siklus II.
e. EvaluasiBterhadapBtindakanBkelasBsiklusBI
Hasil observasi dan refleksi pada tindakan kelas siklus I dilakukan oleh peneliti dengan guru bidang studi IPS. Dengan adanya evaluasi,
diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang terdapat pada siklus I. hasil evaluasi tersebut adalah :
1 Menciptakan suasana belajar yang serius tetapi santai sehingga diharapkan keadaan siswa lebih terkendali dengan meminimalkan
siswa yang ramai.
2
Perlu adanya komunikasi yang ramah, terbuka dan komunikatif untuk memberikan kesan bersahabat dan tidak menakutkan agar
menumbuhkan keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan untuk mencari jawaban atau pasangan saat Make A Match berlangsung.
3 Guru harus membimbing siswa secara menyeluruh
4
Guru sesering mungkin memotivasi siswa agar mampu bekerja sama dengan pasangannya dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran.
5
Memperbaiki prosedur Make A Match 6 Alokasi waktu yang direncanakan harus dilaksanakan seefektif
mungkin
68
2. TindakanBkelasBsiklusBII a. PerencanaanBtindakanBkelasBsiklusBII
Berdasarkan hasil pada tindakan kelas siklus I, maka rencana tindakan kelas siklus II perlu direvisi dan hasilnya akan digunakan
sebagai acuan pelaksanaan tindakan kelas siklus II. Berbagai revisi yang disepakati bersama guru bidang studi IPS yaitu :
1 Dalam setiap pertemuan guru perlu mengoptimalkan pemberian motivasi untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa.
2
Prosedur permainan Make A Match diupayakan lebih menarik lagi agar minat dan semangat belajar siswa semakin meningkat.
3 Proses pembelajaran harus berpusat pada siswa. 4 Pengefektifan alokasi waktu pembelajaran.
Pembelajaran tindakan kelas siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil revisi tentang motivasi 66,78, keaktifan 64,94, hasil belajar
siswa 70,86 dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang telah dibuat, dilaksanakan selama 2 jam pelajaran 80 menit dengan
materi ajar yaitu pelaku-pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian Indonesia. Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model
pembelajaran Make A Match pada tindakan kelas siklus I.
b. PelaksanaanBtindakanBkelasBsiklusBII
1 Siklus II
69
Pelaksanaan tindakan kelas siklus II pertemuan 1 dan 2 dilakukan pada hari Selasa tanggal 29 Mei 2012 dimulai pukul
08.30 – 09.50 Wib. Jumlah siswa yang hadir sebanyak 33 siswa. Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti berperan sebagai guru
sedangkan guru IPS berperan sebagai pengamat observer. Pada kegiatan awal setelah guru memasuki ruangan, guru
membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam. Guru mempresentasikan inti dari materi pelaku-pelaku kegiatan
perekonomian Indonesia, memberi motivasi, pengarahan mengenai tujuan dan prosedur pembelajaran. Kegiatan selanjutnya adalah
guru memberi kesempatan setiap siswa untuk membaca materi selama 20 menit. Kemudian diadakan permainan Make A Match
kurang lebih 30 menit. Dalam langkah selanjutnya guru mengevaluasi kegiatan permainan Make A Match sebagai
kesimpulan kurang lebih 10 menit. Setelah selesai kegiatan Make-A Match dilanjutkan dengan mengerjakan post test dengan soalpilihan
ganda sejumlah 10 urain 5 soal. Mencari pasangan setiap siswa mendapat 1 kartu soal atau
jawaban dan semua siswa menjawab benar semua. Jumlah siswa 33 siswa tuntas 33, nilai rata-rata 76,27 dengan KKM 67. Pada siklus II
keinginan dan kesadaran untuk belajar tinggi, karena tanpa dorongan dari dalam siswa sendiri sulit untuk belajar. Oleh karena
itu motivasi dari guru penting dimana semula siswa kurang diberi
70
motivasi, setelah diberi motivasi siswa rajin belajar tidak hanya kalau ada ulangan saja siswa belajar. Guru selalu mengingatkan
siswa untuk selalu belajar. Pada siklus II keaktifan siswa tinggi, karena kalau siswa tidak
memperhatikan, mendengarkan dan bertanya siswa nanti tidak dapat mencari pasangannya dengan benar kalau bermain Make A –Match.
Hasil belajar siswa meningkat dari siklus I dan siklus II. Karena ada motivasi, sehingga siswa punya kesadaran sendiri untuk belajar dan
bertanya kepada guru apabila ada kesulitan pelajaran dan rajin belajar.
c. ObservasiBdanBMonitoringBTindakanBkelasBSiklusBII
Observasi dan monitoring yang dilakukan oleh peneliti dan guru IPS dalam tindakan ditujukan pada semua komponen pendukung dalam
proses pembelajaran yaitu siswa, guru dan metode mengajar. Berdasarkan tindakan yang dilakukan dari siklus II pertemuan 1 sampai
siklus II pertemuan 2, hasil pengamatan pada kegiatan awal adalah sebagian besar siswa sudah serius membaca. Persiapan guru sudah lebih
matang. Alokasi waktu telah dimanfaatkan dengan baik sehingga pelaksanaan pembelajaran sudah baik. Selain itu, pelaksanaan
pembelajaran sudah baik. Selain itu, pelaksanaan permainan Make A Match sudah baik. Prosedur permainan sudah dilaksanakan oleh siswa
dengan baik. Siswa mulai memahami kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode Make A Match. Pada kegiatan akhir, guru
71
mengevaluasi kegiatan permainan Make A Match sebagai kesimpulan. Sebelum mengakhiri pembelajaran pada siklus II pertemuan 2, siswa
terlebih dahulu mengerjakan post test untuk mengetahui hasil belajar siswa. Selama observasi dan monitoring berlangsung, guru bidang studi
IPS memberikan penilaian terhadap keaktifan siswa. Sebelum menutup pelajaran guru memberi motivasi kepada siswa untuk lebih giat belajar
dan berdiskusi tentang materi di luar jam pelajaran sekolah.
d. RefleksiBterhadapBtindakanBkelasBsiklusBII
Refleksi tindakan kelas siklus II dilaksanakan setelah pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan 2. Kegiatan ini mendiskusikan hasil
observasi tindakan kelas siklus II. Berdasarkan hasil observasi tindakan kelas siklus II, terlihat bahwa proses pembelajaran dengan menerapkan
model pembelajaran Make A Match dalam siklus II sudah lebih baik dari pada siklus I hasil belajar siswa pada aspek kognitif sudah sesuai
yang diharapkan, yaitu 75 siswa sudah mencapai nilai ≥ 67.
e.
EvaluasiBterhadapBtindakanBkelasBsiklusBII
Hasil observasi dan refleksi pada tindakan kelas siklus II di evaluasi bersama dengan guru bidang studi IPS dan diperoleh
kesepakatan bahwa permasalahan tentang motivasi, keaktifan dan hasil belajar yang terdapat di kelas VIII A sudah terselesaikan, sehingga
setelah siklus II berakhir pembelajaran dapat dihentikan tidak perlu dilanjutkan pada siklus II dst
72
3. HasilBBelajarBSiswaBAspekBKognitif a. Hasil B Belajar B Kognitif B dari B Awal B Pembelajaran B sebelum B Siklus,B
SiklusBIBdanBSiklusBII
Hasil belajar kognitif diperoleh dari nilai tes hasil belajar setelah menjawab soal-soal uraian yang diberikan pada awal sebelum siklus,
soal pilihan ganda 10, uraian 5, siklus I dan siklus II. Soal yang diberikan pada awal pembelajaran sebelum siklus prasiklus sebanyak
10 soal, sedangkan siklus I dan siklus II sebanyak 15 soal. Ketuntasan belajar klasikal siswa dinilai berhasil apabila sekurang-kurangnya 75
siswa menguasai materi yaitu dilihat dari hasil belajar siswa yang mencapai nilai ≥ 67.
Hasil belajar kognitif siswa kelas VIII A dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match pada awal pembelajaran
prasiklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5.2. Ketuntasan Klasikal Aspek Kognitif Siswa
Pelaksanaan Tindakan
Rata-rata Ketuntasan
Presentase Awal
58,80 7
20,59 Siklus I
70,86 25
75,76 Siklus II
80,71 33
100
Tabel 5.2. menunjukkan bahwa dari awal pembelajaran sebelum siklus prasiklus hingga siklus II jumlah siswa yang tuntas selalu
mengalami peningkatan. Pada pembelajaran pra siklus jumlah siswa
73
yang tuntas KKM sebanyak 7 siswa 20,59 , kemudian pada siklus I meningkat menjadi 25 siswa 75,76 dan pada siklus II ketuntasan
meningkat menjadi 33 siswa 100 .
b. Keaktifan B Siswa B dari B Awal B Pembelajaran B Prasiklus, B Siklus B IB SampaiBSiklusBII
Keaktifan siswa dilihat dari perolehan skor siswa selama kegiatan pembelajaran yaitu pada saat siswa memperhatikan dan mendengarkan
pada saat pembelajaran, membaca materi, kemampuan menjawab pertanyaan dan pada saat melaksanakan kegiatan Make A Match selama
kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk hasil pengamatan keaktifan siswa secara kumulatif dapat menggunakan PAP II dapat dilihat pada
tabel dibawah ini: Tabel 5.3. Kriteria Deskriptif Presentase Keaktifan Siswa secara
Kumulatif Interval
Kriteria 81 - 100
Sangat Tinggi 66 - 80
Tinggi 56 - 65
Sedang 46 - 55
Rendah 0 - 45
Sangat Rendah
Sumber : Masidjo, 1995 : 157 Dari data diatas diubah menjadi 3 kategori, sebagai berikut :
Interval Kriteria
66 - 100 Tinggi
56 - 65 Sedang
0 - 45 Rendah
74
Pengamatan keaktifan siswa dilakukan pada setiap tindakan yaitu pada awal pembelajaran prasiklus, siklus I pertemuan 1 dan 2, siklus
II pertemuan 1 dan 2. Keaktifan siswa dari awal pembelajaran prasiklus, siklus I sampai siklus II diperoleh dari lembar pengamatan
yang dilakukan oleh guru kolaborasi yang dalam hal ini dilakukan oleh guru mata pelajaran IPS yaitu Sukarjono. Untuk hasil pengamatan
keaktifan siswa secara kumulatif dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.4. Keaktifan Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II dalam
Pelaksanaan Tindakan
Awal Siklus I
Siklus II Pertemuan 1
dan 2 Pertemuan 1
dan 2 Skor rata-
rata 58,71
64,94 85,76
Kriteria Sedang
Sedang Tinggi
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa keaktifan siswa mulai dari awal pembelajaran sebelum siklus pra siklus hingga siklus II
pertemuan 2 mengalami peningkatan. Pelaksanaan tindakan pada awal kegiatan sebelum siklus yaitu sebesar 58,71 yang berarti bahwa
keaktifan siswa dalam pembelajaran “Sedang”, kemudian pada siklus I pertemuan 1 dan 2 keaktifan juga dikategorikan “Sedang” yaitu sebesar
64,94, sedangkan pada siklus II pertemuan 1 dan 2 keaktifan siswa sudah dikategorikan “Tinggi” yaitu sebesar 85,76.
75
Untuk mengetahui peningkatan keaktifan siswa dari awal pembelajaran sebelum siklus sampai siklus II pertemuan 2 dapat dilihat
pada tabel dibawah ini : Tabel 5.5. Peningkatan Keaktifan Siswa
Pelaksanaan Tindakan Peningkatan Keaktifan
Siklus I 6,23
Siklus II 20,82
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari awal sebelum siklus sampai siklus I pertemuan 1 dan 2 terjadi peningkatan sebesar
6,23 kemudian dari siklus IIpertemuan 1 dan 2 terjadi peningkatan sebesar 20,82.
Sedangkan untuk menentukan keaktifan siswa dari aspek yang diamati digunakan kriteria pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.6. Kriteria Deskriptif Presentase dari Masing-masing aspek Keaktifan Siswa
Interval Kriteria
66 - 100 Tinggi
56 - 65 Sedang
0 - 45 Rendah
Tabel 5.7. Rincian Keaktifan Siswa dari Setiap Aspek yang diamati Aspek
Awal K
SIP1 dan SIP2 K SIIP1 dan SIIP2
K Memperhatikan
dan mendengarkan
46,44 R
6656,29 S
84,10 T
Membaca 62,44
S 64,88
S 84,10
T Kemampuan
62,44 S
65 S
87,42 T
76
menjawab pertanyaan
kerjasama
dengan pasangan 63,53
S 64,88
S 87,42
T
Pada awal sebelum siklus keaktifan siswa “Rendah”, untuk aspek memperhatikan dan mendengarkan sebesar 46,44, pada aspek
membaca materi, aspek kemampuan menjawab pertanyaan, dan aspek kerjasama dengan pasangannya 62,44, sebesar 62,44 dan sebesar
63,53. Pada siklus I pertemuan 1 dan 2 keaktifan siswa “Sedang” untuk aspek memperhatikan dan mendengarkan sebesar 65, aspek
membaca materi sebesar 64,88, aspek kemampuan menjawab pertanyaan sebesar 65 dan aspek kerjasama dengan pasangan sebesar
64,88. Pada siklus II pertemuan 1 dan 2 keaktifan siswa untuk aspek
memperhatikan dan mendengarkan dan membaca materi tergolong “Tinggi”, yaitu sebesar 84,10 dan sebesar 84,10, untuk aspek
kemampuan menjawab pertanyaan dan aspek kerjasama dengan pasangannya sebesar 87,42 dan sebesar 87,42.
c.
Motivasi B Belajar B Siswa B dari B Awal B Pembelajaran B PraSiklus,B SiklusBIBsampaiBSiklusBII
Motivasi belajar siswa dilihat dari perolehan skor siswa selama kegiatan pembelajaran yaitu pada saat siswa mempunyai keinginan
untuk berhasil, mempunyai dorongan dan kebutuhan dalam belajar,
77
adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar dan adanya
lingkungan belajar yang kondusif pada saat melaksanakan kegiatan diskusi kelompok selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk
menentukan kriteria motivasi belajar siswa dengan menggunakan diskriptif presentase, digunakan kriteria sebagai berikut :
Tabel 5.8. Kriteria Deskriptif Presentase Motivasi Belajar Siswa secara kumulatif
Interval Kriteria
81 - 100 Sangat Tinggi
66 - 80 Tinggi
56 - 65 Sedang
46 - 55 Rendah
0 - 45 Sangat Rendah
Sumber : Masidjo, 1995 : 157 Dari data diatas diubah menjadi 3 kategori, sebagai berikut :
Interval Kriteria
66 - 100 Tinggi
56 - 65 Sedang
0 - 45 Rendah
Pengamatan motivasi belajar siswa dilakukan pada setiap tindakan, yaitu pada awal pembelajaran prasiklus, siklus I pertemuan
1 dan 2, siklus II pertemuan 1 dan 2. Motivasi belajar siswa dari awal pembelajaran prasiklus, siklus I sampai siklus II diperoleh dari lembar
pengamatan yang dilakukan oleh guru kolaborasi yang dalam hal ini dilakukan oleh guru mata pelajaran IPS yaitu Sukarjana. Untuk hasil
78
pengamatan motivasi belajar siswa secara kumulatif dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5.9. Motivasi Belajar Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Pelaksanaan Tindakan
Awal Siklus I
Siklus II Pertemuan 1
dan 2 Pertemuan 1
dan 2 Skor rata-
rata 58,86
66,78 79,47
Kriteria Sedang
Sedang Tinggi
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa motivasi belajar siswa mulai dari awal pembelajaran sebelum siklus prasiklus hingga siklus
II pertemuan 2 mengalami peningkatan. Pelaksanaan tindakan pada awal kegiatan sebelum siklus yaitu sebesar 58,86 yang berarti bahwa
motivasi belajar siswa dalam pembelajaran “Sedang”, kemudian pada siklus I pertemuan 1 dan 2 motivasi belajar juga dikategorikan
“Sedang” yaitu sebesar 66,78, sedangkan pada siklus II pertemuan 1 dan 2 motivasi belajar siswa dikategorikan “Tinggi” yaitu sebesar
79,47. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa dari awal
pembelajaran sebelum siklus sampai siklus II pertemuan 2 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
79
Tabel 5.10. Peningkatan Motivasi Siswa Pelaksanaan Tindakan
Peningkatan Keaktifan Siklus I
7,92 Siklus II
12,69 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari awal sebelum
siklus sampai siklus I pertemuan 1 dan 2 terjadi peningkatan sebesar 7,92, siklus 2 pertemuan 1 dan 2 terjadi peningkatan sebesar 12,69.
Sedangkan untuk menentukan motivasi belajar siswa dari aspek yang diamati digunakan kriteria pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.11. Kriteria Deskriptif Presentase dari Masing-masing aspek Motivasi Belajar Siswa
Interval Kriteria
75,00 ≤ 100 Tinggi T
50,00 ≤ 75,00 Sedang S
25,00 ≤ 50,00 Rendah R
Tabel 5.12. Rincian Motivasi Belajar Siswa dari Setiap Aspek yang diamati
Indikator Awal
K SIP1 dan SIP2 K
SIIP1 dan SIIP2 K
Adanya hasrat dan keinginan
berhasil 61,32
S 64,61
S 78,33
T
Adanya dorongan dan kebutuhan
dalam belajar 61,76
S 76,06
B 82,12
T
Adanya harapan dan
cita-cita masa depan
62,94 S
65,15 S
82,27 T
Adanya penghargaan
dalam belajar 56,03
S 64,94
S 78,33
T
80
Adanya kegiatan yang menarik
dalam belajar 56,03
S 64,94
S 77,42
T
Adanya lingkungan
belajar yang
kondusif 55,09
S 65
S 78,33
T
Pada awal sebelum siklus motivasi belajar siswa “Sedang” untuk indikator adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil sebesar
61,32, pada indikator adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam
belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar dan adanya lingkungan belajar yang kondusif “Sedang” yaitu sebesar 61,76,
sebesar 62,94, sebesar 56,03, sebesar 56,03 dan sebesar 55,09. Pada siklus I pertemuan 1 dan 2 motivasi belajar siswa “Sedang” untuk
indikator adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil sebesar 64,64, indikator adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar sebesar
76,06, adanya harapan dan cita-cita masa depan sebesar 65,15, adanya penghargaan dalam belajar sebesar 64,94, adanya kegiatan
yang menarik dalam belajar sebesar 64,94 dan adanya lingkungan belajar yang kondusif sebesar 65.
Pada siklus II pertemuan 1 dan 2 motivasi belajar siswa “Tinggi” untuk indikator adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil
sebesar 78,33, sedangkan untuk indikator adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, indikator adanya harapan dan cita-cita masa
81
depan, indikator adanya penghargaan dalam belajar, indikator adanya kegiatan yang menarik dalam belajar dan adanya lingkungan belajar
yang kondusif “Tinggi” yaitu sebesar 82,12, sebesar 82,27 sebesar 78,33, sebesar 77,42 dan sebesar 78,33.
B. Pembahasan
Siklus I berdasarkan tabel 5.12 persentase motivasi belajar siswa sedang, karena siswa belum tertarik materi pelajaran, guru belum memberi
motivasi secara baik Siklus II berdasarkan tabel 5.12 persentase motivasi belajar siswa tinggi
karena guru memotivasi siswa dengan memberi contoh kehidupan sehari-hari didalam keluarga atau dalam masyarakat sesuai dengan materi yang dipelajari
dan siswa lebih cepat paham dan tertarik dengan pelajaran karena kalau tidak ada motivasi akan mempengaruhi siswa dalam kegiatan pembelajaran,
mereka menjadi malas untuk belajar dan tidak suka atau bosan dengan pelajaran IPS, maka guru harus memberi motivasi yang membuat anak
semangat dalam pembelajaran. Siklus I berdasarkan tabel 5.7 persentase keaktifan sedang karena siswa
belum mengenal metode pembelajaran kooperatif Make-A Match. Siswa masih banyak yang bingung dengan pelaksanaan pembelajaran dikelas
dengan menggunakan model Make-A Match. Proses pembelajaran di kelas pada siklus I masih belum dapat terkondisikan, sehingga konsentrasi belajar
siswa belum terfokus.
82
Pada siklus ke II berdasarkan tabel 5.7 persentase keaktifan menunjukkan adanya peningkatan, aktifitas belajar siswa meningkat.
Meningkatnya aktifitas belajar siswa karena siswa telah memiliki pengalaman pada siklus I. Mereka sudah memiliki gambaran model pembelajaran Make-A
Match. Sehingga pada siklus ke II siswa sudah mulai mempunyai tanggung jawab terhadap tugas individu maupun dengan pasangannya.
Siswa terlihat antusias dan aktif saat mengikuti proses pembelajaran pada siklus ke II. Siklus ke II sudah tidak ada siswa pasif.
Hasil belajar dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan tes di setiap akhir siklus untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan
menggunakan model Make-A Match. Analisa data yang telah dilakukan diperoleh nilai rata-rata kelas pra tindakan sebesar 58,80, pada tes akhir siklus
I sebesar 70,86, dan pada siklus ke II 80,71. Hasil tersebut menunjukkan bahwa selama proses pembelajaran ada peningkatan hasil belajar siswa.
Menurut Sardiman 2005 : 100 aktifitas belajar adalah aktifitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktifitas itu harus
selalu berkait. Sesuai teori bahwa aktifitas belajar mempengaruhi hasil belajar siswa.
Secara teori jika aktifitas siswa yang didapatkan pada kegiatan pembelajaran tinggi, maka hasil belajar siswa juga meningkat dengan nilai yang tinggi.
Peningkatan pada siklus I sedang, tidak tuntas 8 sesuai KKM 67. Model Make-A Match menurut Lie 2003 : 55 “Siswa mencari pasangan sambil
belajar konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan”. Pembelajaran
83
siklus I pada dasarnya siswa belum mengetahui bagaimana pelaksanaan dan tahap-tahap yang ada pada model. Siswa belum menyiapkan diri untuk
belajar mengenai konsep dalam materi yang akan dipelajari pada siklus I, sehingga perolehan pemakaian pada siklus I masih rendah.
Siklus ke II terjadi peningkatan hasil belajar namun tidak semua siswa mengalami peningkatan, masih ada siswa yang nilainya turun, tetapi siswa
tuntas belajar sesuai KKM. Siswa yang turun nilainya belum paham materi pelajaran.
Motivasi, keaktifan dan hasil belajar siswa lebih baik atau lebih meningkat karena :
1. Siswa memperoleh kesempatan untuk menyampaikan pendapat. 2. Siswa dapat berinteraksi langsung dengan teman
3. Suasana pembelajaran sesuai dengan keinginan siswa yaitu menyenangkan dan bebas mengemukakan pendapat.
4. Siswa saling membantu dalam memecahkan masalah. Kasus :
1. Motivasi untuk menguasai materi yang sedang di bahas 2. Pemahaman ini menyebabkan penguasaan materi lebih baik
3. Hasil belajar juga akan mengalami paningkatan. Pembelajaran tindakan kelas siklus II jauh lebih baik dibandingkan
dengan tindakan kelas pada kegiatan pembelajaran siswa sebelum siklus prasiklus dan siklus I. Peneliti sudah bertindak sebagai fasilitator dan
memberikan bimbingan kepada siswa secara menyeluruh.
84
Secara keseluruhan guru menyambut baik terhadap penerapan pembelajaran dengan model Make-A Match karena dapat meningkatkan
keaktifan siswa dalam pembelajaran, meningkatkan motivasi belajar siswa dan meningkat hasil belajar siswa. Semakin banyaknya siswa yang tuntas dalam
pembelajaran dengan model pembelajaran Make-A Match disebabkan karena pada proses pembelajaran siswa tidak lagi dijadikan sebagai objek melainkan
siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Dari proses pembelajaran tersebut siswa mendapatkan pengalaman belajar sesuai dengan
kajian ilmu pengetahuan yang dipelajarinya secara optimal. Pada pembelajaran Make-A Match siswa dilatih, dituntut agar dapat bekerja sama dengan
pasangannya. Berdasarkan hasil yang telah dicapai selama pelaksanaan pembelajaran
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Make-A Match, siswa mengalami peningkatan aktivitas siswa, peningkatan motivasi belajar siswa
dan peningkatan hasil belajar aspek kognitif. Mulai dari prasiklus hingga siklus II terjadi peningkatan hasil belajar. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka
uraian teori yang terdapat dalam BAB II mendukung terhadap hasil tindakan kelas yang telah dilaksanakan yaitu penerapan model pembelajaran Kooperatif
Metode Make-A Match dalam upaya meningkatkan keaktifan, motivasi dan hasil belajar IPS Ekonomi pokok bahasan sistem perekonomian dan pelaku-
pelaku ekonomi kelas VIII A SMP Muhammadiyah Mungkid Kabupaten Magelang tahun ajaran 20112012.
85
Siklus I berdasarkan tabel 5.12 persen motivasi belajar siswa sedang 60,78 karena siswa belum tertarik materi pelajaran. Berdasarkan tabel 5.7
persen keaktifan sedang 64,94, karena siswa belum mengenal pembelajaran kooperatif Make –A Match. Hasil belajar rata-rata 70,86 sebelumnya
58,80. Siklus II berdasarkan tabel 5.12 persen motivasi tinggi 79,47, karena
guru memotivasi siswa dengan memberi contoh materi kehidupan sehari-hari. Berdasarkan tabel 5.7 persen keaktifan meningkat karena siswa telah memiliki
pengalaman pada siklus I. Hasil belajar rata-rata 80,71.
BABBVI PENUTUP
A. Simpulan