3. Ranah kognitif, merupakan aspek yang berkaitan dengan kemampuan berpikir, kemampuan memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman,
konseptualisasi, penentuan dan penalaran. Agus Suprijono 2009:13 menyatakan bahwa hasil belajar
dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah
diketahui si subjek belajar, tujuan motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hal penting dalam proses belajar mengajar, karena dapat menjadi
petunjuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan seorang siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Dengan demikian jika
pencapaian hasil belajar itu tinggi, dapat dikatakan bahwa mengajar itu berhasil.
Menurut Dimyati dan Mudjiono 1999, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dan sisi
siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Sedang dari sisi guru hasil
belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.
G. HasilBPenelitianBYangBRelevan
Pada bagian ini peneliti mencoba untuk memaparkan hasil penelitian pada skripsi sya’ban Istiqomah 2011 dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Make-A Match untuk meningkatkan motivasi
20
dari hasil belajar siswa mata pelajaran IPS Geografi Pokok Bahasan Ketenagakerjaan pada siswa kelas VIII B Semester II SMPN 16 Surakarta
tahun ajaran 2009 2010” dapat dipaparkan bahwa :
1.
Metode pembelajaran kooperatif tipe Make-A Match dapat meningkatkan prestasi belajar IPS.
2.
Metode pembelajaran kooperatif tipe Make-A Match memiliki dampak positif mampu meningkatkan motivasi siswa yaitu dalam
siklus I 64,86 dan siklus II 88,19 dan meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar
siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I 62,16 dari jumlah siswa dari siklus II 89,18.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make-A Match dalam pembelajaran geografi
dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
H.
KerangkaBBerfikir.
Mutu pendidikan perlu ditingkatkan untuk mewujudkan manusia yang berkualitas tinggi, di antaranya pendidikan SMP. Untuk meningkatkan
kualitas siswa dalam proses belajar mengajar diperlukan model mengajar yg baik. Model yang selalu digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar
umumnya memakai metode konvensional. Model konvensional yang digunakan dalam proses belajar mengajar ternyata kurang optimal, karena
membuat siswa menjadi pasif. Sehingga perlu adanya guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa mek\lalui model Make-A Match
21
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua siklus dengan tahapan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Refleksi siklus I digunakan
untuk rencana pembelajaran pada siklus II. Setiap berakhirnya siklus diadakan post tes untuk mengetahui hasil belajar siswa. Penelitian ini berhasil
jika ketuntasan belajar individual mencapai nilai 67≤ dan suatu kelas tuntas belajar bila 75 siswa telah tuntas belajar.
Kegiatan pembelajaran sebaiknya menarik, ini adalah salah satu cara untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa, khususnya dalam mata pelajaran
IPS. Beberapa besar penguasaan siswa terhadap mata pelajaran diwujudkan dengan menggunakan soal tes, sehingga dapat diketahui nilai tes atau nilai
angka yang diberikan oleh guru. Memilih model pembelajaran kooperatif metode Make-A Match siswa
tidak bosan, mengantuk, membuat siswa senang, aktif dalam pembelajran memotivasi belajar siswa sehingga hasil ulangan akan meningkat. Model
Make-A Match ini akan diterapkan pada mata pelajaran ekonomi. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di tempat penelitian,
menunjukkan bahwa masih ada beberapa anak masih rendah dalam mengikuti pembelajaran ekonomi. Terbukti masih dijumpai dalam kelas terdapat
beberapa siswa yang bersikap acuh tak acuh ataupun asyik membicarakan hal-hal lain dengan teman di luar materi pelajaran pada saat guru menjelaskan
materi pelajaran. Hal tersebut dapat terjadi karena guru belum menggunakan model dan media pembelajaran yang menyenangkan, hanya memberi metode
ceramah dan latihan soal saja. Dengan kondisi yang seperti ini, model Make-
22
A Match dapat diterapkan dalam kelas sebagai upaya untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa. Karena dalam pembelajaran dengan menggunakan
model keaktifan Make-A Match diajak untuk belajar menjawab pertanyaan atau mencari jawaban dengan teman lainnya yang memungkinkan mereka
dapat kerjasama dengan temannya dan berdiskusi. Menurut pengamatan kami kerangka berpikir ini seperti tersebut diatas
adalah cocok untuk pembelajaran tentang keaktifan belajar siswa. Contohnya dengan pembelajaran ini siswa sangat senang, tidak membosankan, siswa bisa
bertukar pengalaman, berkreatif dalam mencari jawaban.
SkemaBKerangkaBBerfikir
23
Kondisi Awal Guru Pembelajaran
secara Konvensional Prestasi Belajar
Siswa Rendah
Siklus I
Gb. 2.1. Skema Kerangka Berfikir
I. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam proposal penelitian ini adalah :
1.
Penerapan model pembelajaran Make-A Match meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas VIII A Semester II SMP Muhammadiyah Mungkid
tahun pelajaran 20112012.
2.
Penerapan model pembelajaran Make-A Match meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII A Semester II SMP Muhammadiyah Mungkid
tahun pelajaran 20112012.
3.
Penerapan model pembelajaran Make-A Match meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A Semester II SMP Muhammadiyah Mungkid
tahun pelajaran 20112012.
24
Tindakan Penggunaan Model
Make-A Match Siklus II
Kondisi Akhir Penggunaan Model Make-A
Match Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.
BABBIII METODEBPENELITIAN
A. JenisBPenelitian