TindakanBkelasBsiklusBII a. PerencanaanBtindakanBkelasBsiklusBII HasilBPenelitianB

2. TindakanBkelasBsiklusBII a. PerencanaanBtindakanBkelasBsiklusBII

Berdasarkan hasil pada tindakan kelas siklus I, maka rencana tindakan kelas siklus II perlu direvisi dan hasilnya akan digunakan sebagai acuan pelaksanaan tindakan kelas siklus II. Berbagai revisi yang disepakati bersama guru bidang studi IPS yaitu : 1 Dalam setiap pertemuan guru perlu mengoptimalkan pemberian motivasi untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. 2 Prosedur permainan Make A Match diupayakan lebih menarik lagi agar minat dan semangat belajar siswa semakin meningkat. 3 Proses pembelajaran harus berpusat pada siswa. 4 Pengefektifan alokasi waktu pembelajaran. Pembelajaran tindakan kelas siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil revisi tentang motivasi 66,78, keaktifan 64,94, hasil belajar siswa 70,86 dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang telah dibuat, dilaksanakan selama 2 jam pelajaran 80 menit dengan materi ajar yaitu pelaku-pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian Indonesia. Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran Make A Match pada tindakan kelas siklus I.

b. PelaksanaanBtindakanBkelasBsiklusBII

1 Siklus II 69 Pelaksanaan tindakan kelas siklus II pertemuan 1 dan 2 dilakukan pada hari Selasa tanggal 29 Mei 2012 dimulai pukul 08.30 – 09.50 Wib. Jumlah siswa yang hadir sebanyak 33 siswa. Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti berperan sebagai guru sedangkan guru IPS berperan sebagai pengamat observer. Pada kegiatan awal setelah guru memasuki ruangan, guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam. Guru mempresentasikan inti dari materi pelaku-pelaku kegiatan perekonomian Indonesia, memberi motivasi, pengarahan mengenai tujuan dan prosedur pembelajaran. Kegiatan selanjutnya adalah guru memberi kesempatan setiap siswa untuk membaca materi selama 20 menit. Kemudian diadakan permainan Make A Match kurang lebih 30 menit. Dalam langkah selanjutnya guru mengevaluasi kegiatan permainan Make A Match sebagai kesimpulan kurang lebih 10 menit. Setelah selesai kegiatan Make-A Match dilanjutkan dengan mengerjakan post test dengan soalpilihan ganda sejumlah 10 urain 5 soal. Mencari pasangan setiap siswa mendapat 1 kartu soal atau jawaban dan semua siswa menjawab benar semua. Jumlah siswa 33 siswa tuntas 33, nilai rata-rata 76,27 dengan KKM 67. Pada siklus II keinginan dan kesadaran untuk belajar tinggi, karena tanpa dorongan dari dalam siswa sendiri sulit untuk belajar. Oleh karena itu motivasi dari guru penting dimana semula siswa kurang diberi 70 motivasi, setelah diberi motivasi siswa rajin belajar tidak hanya kalau ada ulangan saja siswa belajar. Guru selalu mengingatkan siswa untuk selalu belajar. Pada siklus II keaktifan siswa tinggi, karena kalau siswa tidak memperhatikan, mendengarkan dan bertanya siswa nanti tidak dapat mencari pasangannya dengan benar kalau bermain Make A –Match. Hasil belajar siswa meningkat dari siklus I dan siklus II. Karena ada motivasi, sehingga siswa punya kesadaran sendiri untuk belajar dan bertanya kepada guru apabila ada kesulitan pelajaran dan rajin belajar.

c. ObservasiBdanBMonitoringBTindakanBkelasBSiklusBII

Observasi dan monitoring yang dilakukan oleh peneliti dan guru IPS dalam tindakan ditujukan pada semua komponen pendukung dalam proses pembelajaran yaitu siswa, guru dan metode mengajar. Berdasarkan tindakan yang dilakukan dari siklus II pertemuan 1 sampai siklus II pertemuan 2, hasil pengamatan pada kegiatan awal adalah sebagian besar siswa sudah serius membaca. Persiapan guru sudah lebih matang. Alokasi waktu telah dimanfaatkan dengan baik sehingga pelaksanaan pembelajaran sudah baik. Selain itu, pelaksanaan pembelajaran sudah baik. Selain itu, pelaksanaan permainan Make A Match sudah baik. Prosedur permainan sudah dilaksanakan oleh siswa dengan baik. Siswa mulai memahami kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode Make A Match. Pada kegiatan akhir, guru 71 mengevaluasi kegiatan permainan Make A Match sebagai kesimpulan. Sebelum mengakhiri pembelajaran pada siklus II pertemuan 2, siswa terlebih dahulu mengerjakan post test untuk mengetahui hasil belajar siswa. Selama observasi dan monitoring berlangsung, guru bidang studi IPS memberikan penilaian terhadap keaktifan siswa. Sebelum menutup pelajaran guru memberi motivasi kepada siswa untuk lebih giat belajar dan berdiskusi tentang materi di luar jam pelajaran sekolah.

d. RefleksiBterhadapBtindakanBkelasBsiklusBII

Refleksi tindakan kelas siklus II dilaksanakan setelah pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan 2. Kegiatan ini mendiskusikan hasil observasi tindakan kelas siklus II. Berdasarkan hasil observasi tindakan kelas siklus II, terlihat bahwa proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Make A Match dalam siklus II sudah lebih baik dari pada siklus I hasil belajar siswa pada aspek kognitif sudah sesuai yang diharapkan, yaitu 75 siswa sudah mencapai nilai ≥ 67. e. EvaluasiBterhadapBtindakanBkelasBsiklusBII Hasil observasi dan refleksi pada tindakan kelas siklus II di evaluasi bersama dengan guru bidang studi IPS dan diperoleh kesepakatan bahwa permasalahan tentang motivasi, keaktifan dan hasil belajar yang terdapat di kelas VIII A sudah terselesaikan, sehingga setelah siklus II berakhir pembelajaran dapat dihentikan tidak perlu dilanjutkan pada siklus II dst 72 3. HasilBBelajarBSiswaBAspekBKognitif a. Hasil B Belajar B Kognitif B dari B Awal B Pembelajaran B sebelum B Siklus,B SiklusBIBdanBSiklusBII Hasil belajar kognitif diperoleh dari nilai tes hasil belajar setelah menjawab soal-soal uraian yang diberikan pada awal sebelum siklus, soal pilihan ganda 10, uraian 5, siklus I dan siklus II. Soal yang diberikan pada awal pembelajaran sebelum siklus prasiklus sebanyak 10 soal, sedangkan siklus I dan siklus II sebanyak 15 soal. Ketuntasan belajar klasikal siswa dinilai berhasil apabila sekurang-kurangnya 75 siswa menguasai materi yaitu dilihat dari hasil belajar siswa yang mencapai nilai ≥ 67. Hasil belajar kognitif siswa kelas VIII A dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match pada awal pembelajaran prasiklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5.2. Ketuntasan Klasikal Aspek Kognitif Siswa Pelaksanaan Tindakan Rata-rata Ketuntasan Presentase Awal 58,80 7 20,59 Siklus I 70,86 25 75,76 Siklus II 80,71 33 100 Tabel 5.2. menunjukkan bahwa dari awal pembelajaran sebelum siklus prasiklus hingga siklus II jumlah siswa yang tuntas selalu mengalami peningkatan. Pada pembelajaran pra siklus jumlah siswa 73 yang tuntas KKM sebanyak 7 siswa 20,59 , kemudian pada siklus I meningkat menjadi 25 siswa 75,76 dan pada siklus II ketuntasan meningkat menjadi 33 siswa 100 .

b. Keaktifan B Siswa B dari B Awal B Pembelajaran B Prasiklus, B Siklus B IB SampaiBSiklusBII

Keaktifan siswa dilihat dari perolehan skor siswa selama kegiatan pembelajaran yaitu pada saat siswa memperhatikan dan mendengarkan pada saat pembelajaran, membaca materi, kemampuan menjawab pertanyaan dan pada saat melaksanakan kegiatan Make A Match selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk hasil pengamatan keaktifan siswa secara kumulatif dapat menggunakan PAP II dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 5.3. Kriteria Deskriptif Presentase Keaktifan Siswa secara Kumulatif Interval Kriteria 81 - 100 Sangat Tinggi 66 - 80 Tinggi 56 - 65 Sedang 46 - 55 Rendah 0 - 45 Sangat Rendah Sumber : Masidjo, 1995 : 157 Dari data diatas diubah menjadi 3 kategori, sebagai berikut : Interval Kriteria 66 - 100 Tinggi 56 - 65 Sedang 0 - 45 Rendah 74 Pengamatan keaktifan siswa dilakukan pada setiap tindakan yaitu pada awal pembelajaran prasiklus, siklus I pertemuan 1 dan 2, siklus II pertemuan 1 dan 2. Keaktifan siswa dari awal pembelajaran prasiklus, siklus I sampai siklus II diperoleh dari lembar pengamatan yang dilakukan oleh guru kolaborasi yang dalam hal ini dilakukan oleh guru mata pelajaran IPS yaitu Sukarjono. Untuk hasil pengamatan keaktifan siswa secara kumulatif dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.4. Keaktifan Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II dalam Pelaksanaan Tindakan Awal Siklus I Siklus II Pertemuan 1 dan 2 Pertemuan 1 dan 2 Skor rata- rata 58,71 64,94 85,76 Kriteria Sedang Sedang Tinggi Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa keaktifan siswa mulai dari awal pembelajaran sebelum siklus pra siklus hingga siklus II pertemuan 2 mengalami peningkatan. Pelaksanaan tindakan pada awal kegiatan sebelum siklus yaitu sebesar 58,71 yang berarti bahwa keaktifan siswa dalam pembelajaran “Sedang”, kemudian pada siklus I pertemuan 1 dan 2 keaktifan juga dikategorikan “Sedang” yaitu sebesar 64,94, sedangkan pada siklus II pertemuan 1 dan 2 keaktifan siswa sudah dikategorikan “Tinggi” yaitu sebesar 85,76. 75 Untuk mengetahui peningkatan keaktifan siswa dari awal pembelajaran sebelum siklus sampai siklus II pertemuan 2 dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.5. Peningkatan Keaktifan Siswa Pelaksanaan Tindakan Peningkatan Keaktifan Siklus I 6,23 Siklus II 20,82 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari awal sebelum siklus sampai siklus I pertemuan 1 dan 2 terjadi peningkatan sebesar 6,23 kemudian dari siklus IIpertemuan 1 dan 2 terjadi peningkatan sebesar 20,82. Sedangkan untuk menentukan keaktifan siswa dari aspek yang diamati digunakan kriteria pada tabel di bawah ini : Tabel 5.6. Kriteria Deskriptif Presentase dari Masing-masing aspek Keaktifan Siswa Interval Kriteria 66 - 100 Tinggi 56 - 65 Sedang 0 - 45 Rendah Tabel 5.7. Rincian Keaktifan Siswa dari Setiap Aspek yang diamati Aspek Awal K SIP1 dan SIP2 K SIIP1 dan SIIP2 K Memperhatikan dan mendengarkan 46,44 R 6656,29 S 84,10 T Membaca 62,44 S 64,88 S 84,10 T Kemampuan 62,44 S 65 S 87,42 T 76 menjawab pertanyaan kerjasama dengan pasangan 63,53 S 64,88 S 87,42 T Pada awal sebelum siklus keaktifan siswa “Rendah”, untuk aspek memperhatikan dan mendengarkan sebesar 46,44, pada aspek membaca materi, aspek kemampuan menjawab pertanyaan, dan aspek kerjasama dengan pasangannya 62,44, sebesar 62,44 dan sebesar 63,53. Pada siklus I pertemuan 1 dan 2 keaktifan siswa “Sedang” untuk aspek memperhatikan dan mendengarkan sebesar 65, aspek membaca materi sebesar 64,88, aspek kemampuan menjawab pertanyaan sebesar 65 dan aspek kerjasama dengan pasangan sebesar 64,88. Pada siklus II pertemuan 1 dan 2 keaktifan siswa untuk aspek memperhatikan dan mendengarkan dan membaca materi tergolong “Tinggi”, yaitu sebesar 84,10 dan sebesar 84,10, untuk aspek kemampuan menjawab pertanyaan dan aspek kerjasama dengan pasangannya sebesar 87,42 dan sebesar 87,42. c. Motivasi B Belajar B Siswa B dari B Awal B Pembelajaran B PraSiklus,B SiklusBIBsampaiBSiklusBII Motivasi belajar siswa dilihat dari perolehan skor siswa selama kegiatan pembelajaran yaitu pada saat siswa mempunyai keinginan untuk berhasil, mempunyai dorongan dan kebutuhan dalam belajar, 77 adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar dan adanya lingkungan belajar yang kondusif pada saat melaksanakan kegiatan diskusi kelompok selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk menentukan kriteria motivasi belajar siswa dengan menggunakan diskriptif presentase, digunakan kriteria sebagai berikut : Tabel 5.8. Kriteria Deskriptif Presentase Motivasi Belajar Siswa secara kumulatif Interval Kriteria 81 - 100 Sangat Tinggi 66 - 80 Tinggi 56 - 65 Sedang 46 - 55 Rendah 0 - 45 Sangat Rendah Sumber : Masidjo, 1995 : 157 Dari data diatas diubah menjadi 3 kategori, sebagai berikut : Interval Kriteria 66 - 100 Tinggi 56 - 65 Sedang 0 - 45 Rendah Pengamatan motivasi belajar siswa dilakukan pada setiap tindakan, yaitu pada awal pembelajaran prasiklus, siklus I pertemuan 1 dan 2, siklus II pertemuan 1 dan 2. Motivasi belajar siswa dari awal pembelajaran prasiklus, siklus I sampai siklus II diperoleh dari lembar pengamatan yang dilakukan oleh guru kolaborasi yang dalam hal ini dilakukan oleh guru mata pelajaran IPS yaitu Sukarjana. Untuk hasil 78 pengamatan motivasi belajar siswa secara kumulatif dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.9. Motivasi Belajar Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Pelaksanaan Tindakan Awal Siklus I Siklus II Pertemuan 1 dan 2 Pertemuan 1 dan 2 Skor rata- rata 58,86 66,78 79,47 Kriteria Sedang Sedang Tinggi Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa motivasi belajar siswa mulai dari awal pembelajaran sebelum siklus prasiklus hingga siklus II pertemuan 2 mengalami peningkatan. Pelaksanaan tindakan pada awal kegiatan sebelum siklus yaitu sebesar 58,86 yang berarti bahwa motivasi belajar siswa dalam pembelajaran “Sedang”, kemudian pada siklus I pertemuan 1 dan 2 motivasi belajar juga dikategorikan “Sedang” yaitu sebesar 66,78, sedangkan pada siklus II pertemuan 1 dan 2 motivasi belajar siswa dikategorikan “Tinggi” yaitu sebesar 79,47. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa dari awal pembelajaran sebelum siklus sampai siklus II pertemuan 2 dapat dilihat pada tabel di bawah ini : 79 Tabel 5.10. Peningkatan Motivasi Siswa Pelaksanaan Tindakan Peningkatan Keaktifan Siklus I 7,92 Siklus II 12,69 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari awal sebelum siklus sampai siklus I pertemuan 1 dan 2 terjadi peningkatan sebesar 7,92, siklus 2 pertemuan 1 dan 2 terjadi peningkatan sebesar 12,69. Sedangkan untuk menentukan motivasi belajar siswa dari aspek yang diamati digunakan kriteria pada tabel di bawah ini : Tabel 5.11. Kriteria Deskriptif Presentase dari Masing-masing aspek Motivasi Belajar Siswa Interval Kriteria 75,00 ≤ 100 Tinggi T 50,00 ≤ 75,00 Sedang S 25,00 ≤ 50,00 Rendah R Tabel 5.12. Rincian Motivasi Belajar Siswa dari Setiap Aspek yang diamati Indikator Awal K SIP1 dan SIP2 K SIIP1 dan SIIP2 K Adanya hasrat dan keinginan berhasil 61,32 S 64,61 S 78,33 T Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 61,76 S 76,06 B 82,12 T Adanya harapan dan cita-cita masa depan 62,94 S 65,15 S 82,27 T Adanya penghargaan dalam belajar 56,03 S 64,94 S 78,33 T 80 Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar 56,03 S 64,94 S 77,42 T Adanya lingkungan belajar yang kondusif 55,09 S 65 S 78,33 T Pada awal sebelum siklus motivasi belajar siswa “Sedang” untuk indikator adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil sebesar 61,32, pada indikator adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar dan adanya lingkungan belajar yang kondusif “Sedang” yaitu sebesar 61,76, sebesar 62,94, sebesar 56,03, sebesar 56,03 dan sebesar 55,09. Pada siklus I pertemuan 1 dan 2 motivasi belajar siswa “Sedang” untuk indikator adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil sebesar 64,64, indikator adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar sebesar 76,06, adanya harapan dan cita-cita masa depan sebesar 65,15, adanya penghargaan dalam belajar sebesar 64,94, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar sebesar 64,94 dan adanya lingkungan belajar yang kondusif sebesar 65. Pada siklus II pertemuan 1 dan 2 motivasi belajar siswa “Tinggi” untuk indikator adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil sebesar 78,33, sedangkan untuk indikator adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, indikator adanya harapan dan cita-cita masa 81 depan, indikator adanya penghargaan dalam belajar, indikator adanya kegiatan yang menarik dalam belajar dan adanya lingkungan belajar yang kondusif “Tinggi” yaitu sebesar 82,12, sebesar 82,27 sebesar 78,33, sebesar 77,42 dan sebesar 78,33.

B. Pembahasan

Dokumen yang terkait

Penerapan Metode Pembelajaran make a Match Card dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata pelajaran Fiqh di MTs. Nasyatulkhair Depok

0 6 150

Efektivitas pembelajaran kooperatif model make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di SMP Islam Al-Syukro Ciputat

0 21 119

Pengaruh pembelajaran Kooperatif tipe Make A match terhadap motivasi belajar matematika

1 8 166

Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Siswa Kelas IV SDN Pisangan 03

0 10 174

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR EKONOMI Penerapan Strategi Pembelajaran Make A Match Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Prestasi Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas VIII MTS Muhammadiyah Waru Ta

0 2 17

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR EKONOMI Penerapan Strategi Pembelajaran Make A Match Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Prestasi Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas VIII MTS Muhammadiyah Waru Tah

0 1 15

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN PADA SISWA PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN PADA SISWA KELAS 1X C SMP NEGERI 01 KARTASURA TAHUN AJARAN 2010

0 1 17

PENERAPAN STRATEGI MAKE A MACTH UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII A SMP Penerapan Strategi Make A Match Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII A Di SMP Ta’mirul Islam Surakarta Tahun

0 1 17

TAPPDF.COM PDF DOWNLOAD METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL ... 1 SM

0 0 8

Penerapan model pembelajaran komperatif metode Make-a Match untuk meningkatkan keaktifan, motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Muhammadiyah Mungkid Kabupaten Magelang - USD Repository

0 0 155