Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penelitian dengan topik turnover telah banyak dilakukan oleh para ahli Ongori, 2007. Walaupun sudah banyak penelitian yang dilakukan tetapi tren terjadinya turnover terus meningkat. Terjadinya turnover didukung oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia yang rata-rata mencapai 5,9 pada rentang waktu lima tahun terakhir. Hal tersebut, mengakibatkan terjadinya persaingan memperebutkan karyawan oleh sejumlah perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan menganggap mepertahankan karyawan sebagai salah satu tantangan bisnis yang paling penting Radjasa, 2012. Turnover adalah berpindahnya karyawan dari tempatnya bekerja Mobley, 1986. Perpindahan karyawan dapat berdampak positif dan negatif bagi perusahaan. Dampak positif turnover antara lain: pergantian karyawan menyebabkan kinerja perusahaan meningkat apabila karyawan yang keluar adalah karyawan yang berkinerja rendah, masuknya keterampilan dan kreativitas yang dibawa oleh karyawan baru ke dalam perusahaan, kesempatan promosi jabatan bagi karyawan lain dan menghemat pengeluaran perusahaan apabila tidak mengganti karyawan yang keluar Allen, Bryant Vardaman, 2010. Turnover juga memiliki dampak yang negatif bagi perusahaan. Dengan berpindahnya karyawan, ada sejumlah biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan. Menurut Hinkin Tracie 2010 biaya tersebut berupa biaya perpisahan meliputi biaya untuk wawancara keluar dan pemrosesan berkas. Biaya rekrutmen meliputi biaya iklan, fee untuk agen jika menggunakan dan biaya korespondensi. Sedangkan biaya seleksi meliputi biaya cek kesehatan, wawancara HRD dan wawancara manajerial . Biaya lain yang juga harus ditanggung perusahaan adalah biaya pelatihan karyawan baru Allen, Bryant Vardaman, 2010. Selain itu, pergantian karyawan memungkinkan terjadinya penurunan atau kehilangan produktivitas perusahaan Hinkin Tracie, 2000. Penurunan produktivitas dapat terjadi apabila karyawan yang meninggalkan organisasi merupakan rekan kerja yang berharga. Hal tersebut akan berdampak pada merosotnya semangat kerja dan masalah komunikasi Mobley, 1986 Dampak negatif tersebut berpotensi merugikan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan akan berusaha mencegah terjadinya turnover. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kerugian yang akan ditanggung perusahaan. Perusahaan dapat mengetahui seberapa besar kemungkinan seseorang melakukan turnover . Turnover dapat diprediksi dengan mengetahui intensi turnover pada karyawan. Intensi turnover merupakan prediktor turnover yang baik Kreitner Kenicki, 2008. Intensi turnover adalah kesadaran dan keinginan yang disengaja untuk meninggalkan organisasi Tett Meyer, 1993. Salah satu alasan karyawan melakukan turnover karena mereka merasa atasan kurang memiliki kepemimpinan Branham, 2005. Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan Morrow, 1999. Dalam suatu organisasi, pemimpin merupakan seseorang yang mempengaruhi, memotivasi dan merubah perilaku Kreitner Kinicki, 2008. Kepemimpinan merupakan hal yang penting bagi organisasi. Kepemimpinan dibutuhkan untuk membuat suatu misi organisasi berhasil. Tanpa kepemimpinan sebuah organisasi akan mengalami stagnasi dan kehilangan arah tujuan Sharma Bajpai, 2010. Akan tetapi dalam proses penerapannya, kepemimpinan dapat berdampak positif atau negatif bagi perusahaan. Kepemimpinan dapat berdampak positif ketika pemimpin: mampu memberikan penghargaan pada bawahan, terbuka pada pendapat dari orang lain Sharma Bajpai, 2010, serta menjadi teladan bagi bawahan dan mampu memecahkan suatu masalah Barry, 2012. Hal tersebut akan mengakibatkan karyawan memiliki penilaian yang positif terhadap figur atasan. Penilaian yang positif terhadap kepemimpinan akan meningkatkan kepuasan kerja Chen, Beck Amos, 2005, meningkatka komitmen organisasi Tatlah, ali Saeed, 2011 dan mengurangi terjadinya turnover Branham, 2005. Ada banyak teori kepemimpinan yang ditawarkan oleh para ahli Yukl, 2007; Harsono, 2010. Salah satu model kepemimpinan yang ada adalah Heroic leadership Lowney, 2005. Heroic leadership merupakan model kepemimpinan yang memiliki 4 pilar. Pilar tersebut adalah kesadaran diri mengetahui kelemahan dan kelebihan dalam diri, ingenuitas mampu beradaptasi dalam situsai yang berubah, cinta menciptakan hubungan atas dasar kesetian dan penghargaan pada orang lain dan heroisme selalu berusaha yang terbaik. Heroic leadership menolak gaya kepemimpinan ketua yang selama ini dipraktikkan oleh kebanyakan perusahaan. Kepeimpinan ketua adalah kepemimpinan yang mengacu pada orang yang bertindak sebagai pemimpin. Selama ini, yang disebut sebagai pemimpin adalah orang yang memegang kekuasaan seperti manajer atau direktur Harsono, 2010. Menurut Harsono 2010, dari sekian banyak teori kepemimpinan yang ada memiliki kesamaan pokok. Kesamaan tersebut yaitu bahwa pengertian kepemimpinan mengacu pada unsur orangnya. Sedangkan perbedaan utama dari teori- teori kepemimpinan yang ada adalah pada keikutsertaan bawahan dalam pembuatan keputusan. Kelemahan dari kepemimpinan ketua antara lain: bahwa keputusan terakhir ada di tangan pemimpin, hal tersebut menegaskan bahwa partisipasi dalam pengambilan keputusan adalah partisipasi semu, orang yang terpilih sebagai pemimpin terkadang merasa lebih pandai, lebih bijaksana dan paling benar Harsono, 2010. Dalam hal ini orang lain akan diposisikan sebagai pengikut yang tenaganya diperas untuk melakukan apa yang diinginkan pemimpin. Sebagai gantinya heroic leadership memandang bahwa “kita semua pemimpin, dan kita memimpin sepanjang waktu”. Seorang pemimpin dengan heroic leadership akan memiliki pandangan bahwa setiap orang adalah pemimpin dan mereka memiliki pengaruh baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain Lowney, 2005. Oleh karena itu, pemimpin akan mengembangkan setiap calon pemimpin untuk memimpin sehingga pada suatu saat dia bisa bertindak sebagai seorang pemimpin yang baik. Selain itu, terdapat juga teori kepemimpinan yang memberikan kesempatan partisipasi memimpin atau pengambilan keputusan. Namun, dalam praktiknya teori tersebut hanya diposisikan sebagai gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan dapat berbeda tergantung pada siapa orangnya. Ketika seorang pemimpin bersedia maka kesempatan tersebut terbuka. Akan tetapi menurut teori tersebut tidak diungkapkan siapa yang berwenang menentukan keputusan akhir Harsono, 2010. Berbeda dengan pandangan heroic leadership tentang kepemimpinan. Heroic leadership memandang bahwa “kepemimpinan bukan suatu tindakan, melainkan suatu cara hidup”. Kepemimpinan bukan suatu tugas atau bukan peran yang harus dimainkan ketika seseorang bekerja. Oleh karena itu, kapanpun dan dimanapun orang tersebut berada heroic leadership akan terwujud dalam tindakannya Lowney, 2005. Dalam hal ini tindakan seseorang dengan heroic leadership mencerminkan pilar kesadaran diri, ingenuitas, cinta dan heroisme. Pilar-pilar yang ada dalam heroic leadership akan mampu menjadikan seorang pemimpin yang efektif. Pemimpin mungkin akan mampu menciptakan penilaian yang positif dari karyawan. Hal tersebut dikarenakan bawahan akan termotivasi mewujudkan tujuan karena pimpinan mereka memberikan suatu visi yang besar. Tidak hanya sebatas memberikan visi yang besar tetapi pemimimpin juga akan berusaha mewujudkan visi tersebut dengan penuh semangat. Oleh karena itu, pemimpin akan menjadi teladan bagi pengikutnya. Selain itu, hubungan kerja yang didasarkan pada cinta akan membuat seseorang merasa diterima dan dihargai. Perasaan diterima dan dihargai akan mengakibatkan terciptanya hubungan yang positif antara atasan dan bawahan. Karyawan yang menilai atasan adalah seseorang yang baik, menghargai para karyawan, mampu memberi semangat dan menjadi teladan akan memiliki kepuasan kerja yang tinggi Sharma Bajpai, 2010. Kepuasan kerja yang tinggi akan mengurangi terjadinya turnover. Akan tetapi, penelitian mengenai hubungan antara heroic leadership dengan intensi turnover belum pernah diteliti. Oleh karena itu, belum dapat disimpulkan bahwa heroic leadership termasuk dalam kepemimpinan yang berpengaruh terhadap turnover. Melalui penelitian ini, peneliti ingin mengetahui apakah heroic leadership memiliki hubungan dengan tingkat intensi turnover karyawan?

B. Rumusan Masalah