Dari para birawati diharapkan bantuan mereka yang lebih mendalam, disamping sembahyang Apostolat, memberikan pendidikan kepada pemudi secara
lengkap dan benar-benar bersifat Katolik, terutama di tanah misi dengan disesuaikan kepada psikologi rakyat di tempat mereka bekerja.
22
Pesan dari surat tersebut ditindaklanjuti oleh suster-suster di KAS termasuk juga Suster-suster CB. Tarekat CB kemudian berupaya menyelenggarakan pendidikan
khusus putri dan juga umum baik di Yogyakarta maupun di Magelang.
1. Karya Pendidikan di Yogyakarta
a. TK Tarakanita Bumijo
TK Bumijo didirikan pada tanggal 1 Agustus 1945. TK Bumijo bertempat di Bumijo, kecamataan Jetis, Kota Yogyakarta. Sekolah tersebut
tutup karena Agresi Militer Belanda. Sr. Cornelio membuka kembali TK Bumijo tahun 1949.
23
TK Bumijo bernaung di bawah Yayasan Kanisius, sebelum Yayasan Tarakanita berdiri. Tanggal 1 Agustus 1954 sekolah
tersebut masuk dalam Yayasan Tarakanita sehingga namanya menjadi TK Tarakanita Bumijo.
TK St. Yusuf Dagen pada mulanya dibuka oleh Keluarga Wo Sung pada tahun 1942. TK St. Yusuf Dagen kemudian dipercayakan kepada
Tarekat CB dan dikelola oleh Sr. Marie Tarcisius pada tahun 1946.
24
TK St. Yusuf Dagen bertempat di Jl. Dagen 179 Yogyakarta menjadi satu dengan
22
Ignatius College Jogjakarta, Vikariat Apostolik Semarang, 12 September 1960, Surat Gembala: Perihal himbauan kepada biarawati di wilayah Vikariat
Apostolik Semarang untuk menyelenggarakan Pendidikan Katolik.
23
Panitia Penerbit Kenangan Usia Emas Yayasan Tarakanita, op.cit., hlm. 38.
24
Ibid.
SD St. Yusuf dan SMP Stella Duce. Ketiga sekolah yang bertempat di Jl. Dagen 179 tersebut kemudian bernaung pada Yayasan Tarakanita pasca
berdirinya yayasan tersebut. Atas kebijakan Yayasan Tarakanita TK dan SD St. Yusuf Dagen berpindah ke Bumijo dan melebur menjadi satu dengan TK
dan SD Tarakanita Bumijo pada tahun 1972.
b. SD Tarakanita Bumijo
Sr. Bernardia mulai mengumpulkan anak-anak setelah Agresi Militer Belanda II berakhir.
25
Jumlah anak yang terkumpul sekitar 80 anak. Anak-anak ini kemudian dididik dalam sekolah dasar di Bumijo. SD Bumijo
yang dikelola Sr. Bernadia bernaung pada Yayasan Kanisius. Banyak anak yang masuk ke sekolah setelah masa perang berakhir.
Perkembangan jumlah murid di SD Bumijo membuat sekolah di bagi menjadi dua yakni SD Bumijo I dan SD Bumijo II pada tahun 1952. SD
Bumijo I sering disebut SD Latihan karena digunakan untuk latihan mengajar siswi SPG Stella Duce. Bertambahnya murid membuat lahirlah
SD Tarakanita Bumijo III tahun 1964. Nama SD Tarakanita Bumijo sudah dipakai sejak SD Bumijo masuk ke dalam naungan Yayasan Tarakanita
pada tahun 1954, sehingga terdapat tiga SD Tarakanita I,II, dan III.
26
SD St. Yusuf Dagen juga mengalami perkembangan yang signifikan setelah Agresi Militer Belanda II. Banyaknya murid yang masuk
25
Panitia Penerbit Kenangan Usia Emas Yayasan Tarakanita, loc.cit., hlm. 37.
26
Ibid.
ke sekolah setelah masa perang membuat SD St. Yusuf berkembang menjadi tiga yakni SD St. Yusuf I, II, dan III.
27
SD St. Yusuf dan SD Bumijo memiliki perbedaan. SD St. Yusuf yang terletak di Jl. Dagen 179
mayoritas muridnya adalah anak-anak Tionghoa, sedangkan SD Tarakanita Bumijo mayoritas muridnya adalah anak-anak Jawa.
MPR melalui GBHN tahun 1978 dan 1983 menetapkan bahwa usaha-usaha pembauran bangsa perlu lebih ditingkatkan di segala bidang
kehidupan, baik di bidang ekonomi maupun sosial budaya untuk memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa.
28
Usaha-usaha pembauran seperti yang ditetapkan oleh pemerintah telah mulai dilakukan oleh SD
Tarakanita di Yogyakarta bahkan sejak tahun 1970. Persiapan-persiapan dilakukan dalam tahun tersebut untuk melaksanakan pembauran. Pembauran
akan dilakukan dengan menggabung antara SD St. Yusuf dengan SD Tarakanita Bumijo. Pembauran dilakukan supaya menghilangkan sifat
eksklusif dan label sekolah khusus suku tertentu. Akhirnya pembauran dapat terlaksana pada tahun 1972 dengan pindahnya SD St. Yusuf I, II, dan III ke
Bumijo. SD St. Yusuf I, II, dan III menjadi SD Tarakanita Bumijo IV, V, dan VI.
29
Pembauran lebih lanjut dilakukan dengan penerimaan murid baru yang langsung dicampur.
27
Ibid.
28
Babari, Hambatan-hambatan dalam Proses Pembauran Bangsa, Analisa, No. 9 Tahun XIII, September 1984, hlm. 688
.
29
Panitia Penerbit Kenangan Usia Emas Yayasan Tarakanita, loc.cit.