SMP Stella Duce Tarakanita

Mulai tahun 1964 SMA Stella Duce dikepalai oleh Sr. Bernardia. Perkembangan murid sekolah membuat SGAK Putri harus pindah ke Trenggono Yogyakarta. Kepindahan SGAK Putri tersebut membuat SMA Stella Duce mampu menerima banyak murid. Tahun 1965 sampai 1967 SMA Stella Duce membuka 10 kelas satu. Bahkan tahun 1968 SMA Stella Duce membuka kelas jauh di Suryodiningratan no. 13. SMA Stella Duce pada tahun tersebut memiliki 18 kelas di Jl. Sabirin dan 8 kelas di Suryodiningratan no. 13. 36 Tahun 1976 SMA Stella Duce di Suryodiningratan menjadi satu di Jl. Sabirin no. 1-3. Mulai tahun tersebut penerimaan murid dibatasi menjadi 8 kelas dengan rata-rata 40 orang untuk menjaga kualitas. Kebijakan itu diberlakukan oleh Kepala Sekolah baru yakni Ibu C. Hartini yang bertugas dari tahun 1976 sampai 1987. SGAK Putri di Suryodiningratan no.13 setelah dikelola secara penuh oleh Yayasan Tarakanita menjadi SPG Stella Duce. Atas prakarsa Romo G. Carrie SJ siswi-siswi SPG memperoleh kesempatan mempelajari kateketik 37 dan diberikan ijasah khusus oleh KAS. 38 Ijasah itu membuat tamatan SPG Stella Duce berhak mengajar agama. 36 Ibid. 37 Kateketik merupakan refleksi ilmiah atas pengajaran dan pendidikan iman yang dijalankan di paroki-paroki dan lembaga-lembaga pendidikan. Kateketik diajarkan di sekolah tinggi dan kursus kateketik pada segala tingkat dengan bahan ajar seperti teologi, isi mata pelajaran agama, dll., lihat dalam buku karya A. Heuken, SJ., Ensiklopedi Gereja Jilid IV K-Kl, Jakarta : Cipta Loka Caraka, 2005, hlm. 48. 38 Sr. Francino Hariandja, CB., op.cit., hlm. 236. Selain SPG Stella Duce Suryodiningratan, Yayasan Tarakanita juga memiliki SPG di Bantul. SPG di Bantul semula bernama SPG Sugiyopranoto yang didirikan oleh Badan Usaha Pendidikan Katolik Putra Bakti tahun 1967. Gedung yang dipakai sebagai gedung sekolah adalah gedung SMP Kanisius Ganjuran. Tahun 1979 Pengurus Yayasan Putra Bakti melimpahkan wewenangnya kepada Yayasan Tarakanita, dengan surat tertanggal 10 maret 1979 No. 02BUKPPB79. Sr Ceicilio diberi tugas sebagai Kepala Sekolah yang baru. Sr. Ceicilio kemudian mengganti nama SPG menjadi SPG Stella Duce II, sedangkan SPG yang di Suryodiningratan menjadi SPG Stella Duce I. Tahun 1989 semua SPG dihapus dan pada umumnya beralih fungsi menjadi SMA. SPG Stella Duce I dan II milik Yayasan Tarakanita juga beralih fungsi menjadi SMA. SMA Stella Duce di Jl. Sabirin no. 1-3 menjadi SMA Stella Duce I, SPG Stella Duce Suryodiningratan dan Bantul menjadi SMA Stella Duce II dan III, sehingga Yayasan Tarakanita memiliki 3 SMA di Yogyakarta. 39

e. Akademi Kesejahteraan Sosial Tarakanita

AKTK pada mulanya bernama Akademi Kewanitaan atau AKWA. AKWA didirikan oleh Sr. Josephine Vincenza, yang saat itu juga menjadi 39 Panitia Penerbit, Kenangan Pesta Emas SMU Stella Duce 1 Yogyakarta 1948-1998, Yogyakarta, 1998, hlm. 25. Kepala Sekolah SMA Stella Duce, pada tanggal 2 Februari 1967. 40 AKWA merupakan sekolah lanjutan dari Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Ide mendirikan AKWA bermula dari kegelisahan Sr. Vincenza yang melihat secara nyata kompleksnya masalah yang dihadapi para siswanya akibat kurang harmonis dalam keluarga. Maka berdirinya AKWA adalah untuk mempersiapkan generasi muda khususnya putri dengan pengetahuan dan nilai-nilai hidup yang diperlukan untuk memasuki dunia kerja dan hidup berkeluarga secara bertanggungjawab. 41 AKWA merupakan salah satu wujud karya pendidikan Tarekat CB yang bertradisi pada pendidikan untuk putri. Tarekat tidak hanya memikirkan kebutuhan sekarang dalam pelayanannya terhadap masyarakat di bidang pendidikan , tetapi juga kebutuhan masa yang akan datang, dan disesuaikan dengan kebutuhan jaman. Peranan wanita akan diarahkan menjadi: 1. Wanita sebagai saka guru kebudayaan 2. Wanita harus dapat menjadi partner pria yang seimbang dalam pembangunan berpartisipasi dalam pembangunan 3. Wanita juga harus bekerja di luar rumah, artinya dapat menyumbangkan tenaga dan pikirannya kepada masyarakat 40 Panitia Lustrum VI AKS Tarakanita, Buku Kenangan Lustrum VI Akademi Kesejahteraan Sosial Tarakanita Yogyakarta 1967-1997, Yogyakarta, 1997, hlm. 23. 41 Ibid. 4. Wanita sebagai pembimbing keluarga, baik keluarga sendiri maupun keluarga orang lain 42 Sr. Vincenza jatuh sakit beberapa bulan sesudah berdirinya AKWA. Akhirnya beliau harus kembali ke Belanda dan meninggal pada 28 Februari 1968. 43 Direktris AKWA tahun 1968 adalah Sr. Bernardia. Tahun 1969 sampai tahun 1972 dipangku oleh Sr. Xaverius. Ketika dipimpin oleh Sr. Bernardia sampai Sr. Xaverius AKWA masih disebut semi AKWA. Semi AKWA memiliki masa pendidikan selama satu tahun. Semi AKWA memasuki jalur pendidikan formal pada jenjang pendidikan tinggi pada masa ini. Semi AKWA kemudian mendapatkan nama resmi Akademi Kewanitaan Tarakanita. Jabatan direktur dipangku oleh Ibu Dra. S.P. Murniati Soecipto didampingi oleh Sr. Raymunda SH mulai tahun 1976. AKWA mengalami penyempurnaan mulai dan diarahkan pada dunia kerja dua tahun kemudian. Penyempurnaan tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan lebih diarahkan pada dunia kerja, sehingga nama Akademi Kewanitaan dirasa sudah tidak sesuai lagi. Yayasan Tarakanita sebagai pembina AKWA dalam suratnya no. A51376YK minta kepada Kopertis wilayah IV untuk mengganti nama AKWA menjadi Akademi Kesejahteraan Keluarga Dan 42 Provinsialat CB, 1988, op.cit., hlm. 217. 43 Ibid., hlm. 218. Tehnologi Kerumahtanggaan Tarakanita. 44 AKTK Tarakanita terbuka bagi peserta didik putra dan putri. AKTK menjadi Akademi Kesejahteraan Sosial Tarakanita tahun 1985.