1. Karya Pastoral
Tarekat CB sebagai bagian dari Gereja Katolik tentu tidak bisa dilepaskan dari tugas pastoral.
64
Suster-suster CB melakukan karya pastoral sejauh dibutuhkan oleh gereja atau paroki
65
dimana mereka tinggal. Mereka biasanya membantu paroki setempat dalam memberikan pelajaran agama kepada anak-
anak di lingkungan sekitar tempat mereka tinggal. Ada pula pelayanan pastoral di samping pelayanan utama di gereja, misalnya pastoral rumah sakit,
pendampingan kelompok religius atau umat beriman melalui rumah retret.
a. Pastoral Rumah Sakit
Bagi rumah sakit Katolik pelayanan pastoral merupakan tugas pokok.
66
Pelayanan pastoral bukan merupakan tugas sampingan dibanding tugas-tugas lain di rumah sakit Katolik. Rumah sakit Katolik tidak hanya
memberikan pelayanan medis untuk kesehatan jasmani, namun juga
64
Tugas yang dilakukan oleh orang-orang yang diberi tanggungjawab oleh uskup untuk menangani pelayanan-pelayanan tertentu seperti pembinaan iman dan
keluarga. Biarawan atau biarawati biasanya juga membantu imam atau romo di paroki dimana mereka tinggal.
Gerald O’Collins dan Edward G. Farrugia, Kamus Teologi, terj. Ignatius Suharyo, Yogyakarta: Kanisius, 1996, hlm. 232-233.
65
Paroki merupakan bagian dari Keuskupan yang mempunyai romo atau pastor sendiri. Karena uskup tidak bisa selalu hadir disetiap tempat sebagai
pemimpin, maka ia menunjuk romo paroki dan mendirikan paroki-paroki. Dalam paroki umat menjadi anggota gereja lewat baptisan, orang-orang muda
memperoleh pembinaan iman, orang sakit mendapat pelayanan, orang tua dan kaum miskin diperhatikan, dsb. Ibid., hlm. 230.
66
B. Kieser, Pastoral dalam Rumah Sakit, Yogyakarta: Pusat Pastoral Yogyakarta, 1990, hlm.5.
memberikan pelayanan untuk kesehatan rohani. Kebutuhan akan kesehatan rohani mencakup segi sosial, emosional, dan religius.
Setiap unit karya kesehatan milik Tarekat CB juga mengamalkan pelayanan pastoral sebagaimana yang dipesankan oleh Gereja. Buku
guiding principles pelayanan kesehatan menunjukkan bahwa setiap rumah sakit milik Tarekat CB menjalankan pelayanan pastoral sesuai dengan
kebijakan gereja setempat.
67
Pelayanan pastoral dalam rumah sakit dilakukan oleh Suster-suster CB dan tenaga medisnya bekerjasama dengan
gereja setempat.
Pelayanan pastoral rumah sakit yakni berupa pendampingan pasien dan pelayanan keagamaan. Bagi pasien Katolik diusahakan mendapatkan
pelayanan keagamaan sesuai dengan tata ibadat Katolik. Pelayanan keagamaan ini bekerjasama dengan gereja setempat. Sesuai dengan
Pedoman Etis dan Pastoral Rumah Sakit Katolik pendampingan pasien mencakup kunjungan pasien, konseling, pendampingan pasien yang akan
meninggal, dan pendampingan keluarga pasien.
68
Pelayanan seperti ini diperlukan karena penderita tidak hanya diperlakukan sebagai kasus medis
67
Sr. Sesilia Widiastuti, CB., Guiding Principles Spiritualitas CB Pelayanan Kesehatan, 2006, hlm.29.
68
Departemen Dokumentasi dan Penerangan Kantor Waligereja Indonesia, Pedoman Etis dan Pastoral Rumah Sakit Katolik 1987 dan Pesan-pesan MAWI
kepada Karya-karya Kesehatan Katolik 1978, Jakarta: KWI,1988, hlm.17-18.
belaka tapi juga sebagai subyek yang memantapkan kembali makna hidupnya.
69
b. Pelayanan Pastoral Rumah Retret
Mgr. A. Djajasaputra, SJ mencita-citakan adanya rumah retret yang dapat digunakan oleh masyarakat Katolik di Jakarta sejak tahun 1960.
70
Selain pelayanan pastoral dalam rumah retret diharapkan sekaligus ada pelayanan nyata yang dilakukan untuk masyarakat sekitar rumah retret.
Pelayanan yang diusahakan oleh rumah retret bagi masyarakat sekitar adalah pelayanan kesehatan. Mgr. Dajajasaputra mengundang Suster-suster
CB supaya dapat menyelenggarakan karya pastoral dan karya kesehatan dalam satu tempat.
Tempat yang digunakan sebagai rumah retret dan sekaligus menjalankan pelayanan kesehatan adalah Wisma Samadi Klender. Wisma
Samadi terdiri atas tiga gedung untuk pendalaman iman atau retret. Selain itu terdapat pastoran, susteran, asrama untuk karyawan, dan klinik bersalin.
Wisma Samadi dipimpin oleh Romo K. Looymans, SJ. Dua orang suster CB yang akan membantu datang pada tanggal 3 Juli 1967. Mereka adalah
Sr. Theodoro van Thienen dan Sr. Afra Soeyarni.
71
69
B. Kieser, op.cit, hlm.12.
70
Provinsialat CB 1988, op.cit., hlm. 43.
71
Ibid.