Nilai-Nilai yang Diperjuangkan Spiritualitas Tarekat Carolus Borromeus dalam Pendidikan

masyarakat sehingga seorang putri yang menjadi guru akan bertambah derajatnya dalam masyarakat. Pendidikan calon guru putri di Magelang diarahkan menjadi guru kepandaian putri. Maka berdirilah Sekolah Guru Kepandaian Putri sebagai karya pendidikan pertama di Magelang dengan nama SGKP Pius X. SGKP mendidik calon guru untuk Sekolah Kepandaian Putri. Pendidikan di SGKP memberikan keterampilan kerumahtanggaan seperti menjahit dan memasak. Selain itu SGKP sebagai persemaian calon guru memberikan ilmu pendidikan, psikologi, dll., yang mendukung murid sebagai guru kepandaian putri nantinya. Oleh Sr. Chantal Jonckbloedt kepala sekolah pertama tujuan SGKP Pius X adalah untuk persemaian guru wanita masa depan yang mahir, juga persemaian ibu-ibu dan pendidik masa depan bagi warga negara dan surga kelak, ibu-ibu yang terdidik baik dan modern untuk menghadapi tugas-tugasnya. 17 Melihat tujuan SGKP Pius X tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan Tarekat CB di Magelang mempunyai gagasan pendidikan untuk menjadi orang tua yang baik, yang belum pernah digagas dan diwujudkan dimanapun. Gagasan yang luar biasa ini tidak dapat terwujud dalam waktu yang lama. SGKP Pius X hanya terselenggara dari tahun 1953 sampai 1960. Selepas tahun 1960 SGKP oleh kebijakan pemerintah dialihkan menjadi Sekolah Kesejahteraan Keluarga Atas. Maksud perubahan pendidikan dari SGKP ke SKKA yaitu berupaya mengantar dan mendampingi generasi muda supaya lebih mampu memasuki bidang kerja yang tersedia dan beragam jenisnya, baik 17 Ibid., hlm. 21. sebagai karyawan atau mandiri dengan menciptakan lapangan kerja sendiri. 18 Mulai tahun 1976 menjadi Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga dan Sekolah Menengah Kejuruan mulai tahun 1999. 19 SKKA berjalan tanpa arah yang jelas, karena kurikulum yang ditetapkan belum sejalan dengan kebutuhan akan keterampilan yang dibutuhkan oleh murid-muridnya. 20 selama sepuluh tahun SKKA Pius X berjalan degan model pembelajaran mirip dengan SGKP. Kala itu yang mengepalai adalah Sr. Christera Sri Rudati dari tahun 1965-1987. SKKA Pius X sebagai lembaga pendidikan kejuruan tetap setia dalam karya perutusannya di bawah naungan Yayasan Tarakanita dan berusaha terus menerus mengaktualisasikan diri supaya para muridnya selamat. Selamat yang dimaksudkan adalah para murid Pius X mampu memanfaatkan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian mereka dari pendidikan kejuruan Pius X, menjadikan sarana hidup yang lebih baik dan berguna bagi masyarakat. 21 Di bawah kepemimpinan Sr. Christera SKKA Pius X berusaha mengaktualisasikan diri supaya dapat menyesuaikan dengan kebutuhan zaman dan masyarakat. Sebagai sekolah kejuruan yang berorientasi pada lulusan yang terampil dan siap kerja supaya dapat memasuki dunia usaha, memerlukan bekal yang bermacam-macam. Kecuali keterampilan diperlukan juga kreativitas, 18 Bambang Eka Prasetya Ed, Perempuan Memandang Dunia Global, Jakarta: Pustaka Alumni Pius X, 2003, hlm. 28. 19 Tim Buku Kenangan, loc.cit., hlm. 25. 20 Bambang Eka Prasetya Ed, op.cit., hlm. 21. 21 Ibid., hlm. 9. tanggungjawab, dan keberanian menanggung risiko. Beliau merasa SKKA belum mampu membekali lulusannya dengan seperangkat nilai dan sikap yang dibutuhkan untuk memasuki kehidupan. Yang dimaksud nilai adalah sesuatu yang dianggap berharga oleh seseorang, dikejar dan diwujudkan untuk meningkatkan kualitas hidup. 22 SKKA memiliki jurusan Boga dan Busana. Keterampilan-keterampilan mengelola boga dan busana ditingkatkan untuk memulai perubahan. Namun hasilnya baru bisa tertuju pada diri sendiri. Praktik seperti itu memboroskan biaya, mengingat banyak murid berasal dari keluarga yang kurang mampu. Proses pembelajaran semacam itu mengarahkan ke pola hidup konsumtif, bukan produktif. 23 Melalui penugasan oleh Tarekat untuk studi di IKIP Jakarta mengenai Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Sr. Christera menggerakkan guru dan murid untuk melakukan perubahan. Perubahan dimulai dengan menerapkan metode praktik yang baru pada awal dekade tujuhpuluhan. Bila metode praktik yang lama hanya belajar membuat produk saja, pada metode yang baru murid dilatih juga untuk mencari pesanan keluar sekolah sehingga hasil praktik tidak sia-sia. Mencari pesanan di masyarakat diterapkan baik di jurusan Boga maupun Busana. Praktik berdasarkan pesanan menuntut tanggungjawab terhadap pemesanan. Para murid tidak dapat bekerja seenaknya. Produksi harus tepat 22 Ibid., hlm. 27-28. 23 Ibid., hlm. 26.