Pelayanan Pastoral Rumah Retret

merenda pakaian bayi kemudian dijual dan menghasilkan uang. Bercocok tanam kedelai kemudian dibuat tahu dan tempe dan dijual juga. Hasil dari peternakan dan perikanan juga demikian. Melalui kegiatan tersebut mereka juga bisa sekolah. Panti asuhan bekerjasama dengan Dinas sosial semenjak Masa Orde Baru. Panti asuhan menerima anak-anak terlantar yang disalurkan oleh Dinas Sosial. Dinas sosial juga memberikan sumbangan berupa alat pertanian dan hewan ternak. 76 Melalui kerjasama ini panti asuhan dapat terus mengasuh dan memenuhi kebutuhan anak-anak panti. Panti asuhan mempunyai misi yakni mendampingi anak-anak supaya mereka dapat hidup mandiri sehingga setelah keluar dari panti mereka dapat hidup dan berguna bagi masyarakat. 77 Sesuai dengan tujuan tersebut Suster-suster CB membuat panti asuhan terbuka dan terlibat dengan kegiatan masyarakat sekitar. Anak-anak panti terlibat dalam berbagai kegiatan kampung seperti kerja bakti, kesenian desa, olahraga kampung, dan sebagainya. Keterlibatan ini dimaksudkan supaya mereka setelah keluar nanti mampu membaur dengan masyarakat.

b. Mensa dan Asrama Syantikara

Berdirinya Universitas Gajah Mada membuat banyak pelajar berdatangan ke Yogyakarta dari seluruh Indonesia. Banyak pelajar dari luar daerah yang membutuhkan tempat tinggal. Pelajar dari luar daerah mendapatkan tempat tinggal di pondokan yang dimiliki penduduk 76 Sr. Francis Romala, CB., op.cit., hlm. 15. 77 Ibid., hlm. 13. Yogyakarta, namun kondisinya kurang layak untuk tempat tinggal dan belajar. Melihat kondisi tersebut Suster-suster CB di Yogyakarta kemudian membuka asrama khusus mahasiswi dibuka pada tahun 1952 di Yogyakarta. 78 Asrama untuk sementara menggunakan gedung novisiat lama yang belum dipakai karena telah dibangun novisiat baru di Mrican. Asrama yang dibuka oleh Tarekat CB ini banyak peminatnya. Mahasiswi yang masuk asrama untuk sementara terbatas karena belum memiliki gedung sendiri. Gedung baru asrama baru dibangun tahun 1965 dan selesai tahun 1966. Tepatnya 12 September 1966 Asrama Mahasiswi Syantikara resmi berdiri. 79 Gedung baru Asrama Mahasiswi Syantikara mampu menampung 80 mahasiswi. Suster-suster CB melihat kondisi Yogyakarta di tahun 1960an yang sedang berkembang belum mampu menyediakan fasilitas pendukung untuk pelajar. Mahasiswa kesulitan mendapatkan tempat untuk belajar dengan nyaman. Mahasiswa yang menyewa kamar di pondokan atau kos sering tidak ada listrik dan suasana kurang tenang. Tarekat CB berencana membangun suatu tempat bagi pelajar di Yogyakarta yang dapat digunakan 78 Provinsialat CB, Enampuluh Tahun Kongregasi Suster-Suster St. Carolus Borromeus Berkarya di Indonesia, 1978, hlm.1. 79 Ibid.