Panti Asuhan Santa Maria Ganjuran

Yogyakarta, namun kondisinya kurang layak untuk tempat tinggal dan belajar. Melihat kondisi tersebut Suster-suster CB di Yogyakarta kemudian membuka asrama khusus mahasiswi dibuka pada tahun 1952 di Yogyakarta. 78 Asrama untuk sementara menggunakan gedung novisiat lama yang belum dipakai karena telah dibangun novisiat baru di Mrican. Asrama yang dibuka oleh Tarekat CB ini banyak peminatnya. Mahasiswi yang masuk asrama untuk sementara terbatas karena belum memiliki gedung sendiri. Gedung baru asrama baru dibangun tahun 1965 dan selesai tahun 1966. Tepatnya 12 September 1966 Asrama Mahasiswi Syantikara resmi berdiri. 79 Gedung baru Asrama Mahasiswi Syantikara mampu menampung 80 mahasiswi. Suster-suster CB melihat kondisi Yogyakarta di tahun 1960an yang sedang berkembang belum mampu menyediakan fasilitas pendukung untuk pelajar. Mahasiswa kesulitan mendapatkan tempat untuk belajar dengan nyaman. Mahasiswa yang menyewa kamar di pondokan atau kos sering tidak ada listrik dan suasana kurang tenang. Tarekat CB berencana membangun suatu tempat bagi pelajar di Yogyakarta yang dapat digunakan 78 Provinsialat CB, Enampuluh Tahun Kongregasi Suster-Suster St. Carolus Borromeus Berkarya di Indonesia, 1978, hlm.1. 79 Ibid. untuk belajar, rapat, pertemuan, dan makan. Tempat khusus seperti itu disebut mensa. 80 Mensa dibangun satu kompleks dengan Asrama Mahasiswi Syantikara di Sagan. Mensa mempunya tiga bagian yang memiliki fungsi dan aturan berbeda. Ruang pertama merupakan ruangan yang digunakan untuk belajar kelompok, diskusi, atau rapat. Ruangan kedua digunakan oleh pelajar yang ingin belajar dengan tenang. Ruang kedua digunakan untuk belajar sendiri-sendiri. Ruang ketiga merupakan sebuah ruang serba guna. Ruang ini menjadi kantin ketika jam sarapan dan makan siang. Mahasiswi yang tinggal di asrma Syantikara juga belajar dan makan bersama mahasiswa dari luar. Ruang ini kemudian kembali menjadi tempat belajar ketika sarapan atau makan siang selesai. Ruang serba guna ini sering dipakai oleh mahasiswa UGM untuk melakukan kegiatan pada paruh pertama tahun 70an. Intensitas pemakaian gedung berkurang sejak tahun 1976 karena UGM mempunyai gedung kesenian sendiri. 81 80 Mensa adalah bahasa Latin yang berarti meja., K. Prent c.m., dkk., Kamus Latin-Indonesia, Semarang: Yayasan Kanisius, 1969, hlm. 529. 81 Provinsialat CB, 1978, op.cit., hlm. 3. 56

BAB III SEKOLAH KATOLIK TARAKANITA

A. Tarekat Carolus Borromeus Memasuki Karya Pendidikan di Keuskupan

Agung Semarang Sebagai anggota Gereja Katolik Tarekat CB ikut ambil bagian dalam karya perutusan. Perutusan atau misi Gereja Katolik yakni melayani umat manusia sampai mencapai harkat dan martabat mereka dalam Kristus. 1 Artinya adalah bahwa tujuan gereja untuk memberikan keselamatan kepada manusia. Keselamatan yang dimaksud merupakan keselamatan jiwa atau rohani dan keselamatan badan atau jasmani. Keselamatan rohani diberikan melalui iman dan kepercayaan dan semakin diwujudnyatakan melalui karya-karya gereja. Melalui karya-karya gereja inilah keselamatan jasmani terwujud. Maka untuk melaksanakan tugas penyelamatannya gereja menggunakan sarana-sarana kerohanian dan juga sarana-sarana lain yang terbukti efektif. 2 Gereja menggunakan sarana-sarana sesuai dengan kondisi dan kebutuhan manusia yang muncul. Tarekat CB yang mengabdikan diri bagi gereja melalui karya cintakasih kepada manusia berusaha menjalankan perutusan yang diberikan. Melihat kondisi zaman ketika tarekat berdiri kebutuhan manusia yang cukup mendesak adalah pelayanan kesehatan. Disela-sela memberikan pelayanan kesehatan pada awal berdirinya tarekat juga memberi pelajaran agama dan keterampilan kepada anak- 1 Majelis Pendidikan Katolik, Sekolah Katolik dan Pendidikan Katolik, Semarang: MPK Keuskupan Agung Semarang, hlm. 7. 2 Ibid., hlm. 7-8.