128
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka diperoleh kesimpulan, sebagai berikut: 1.
Negara Indonesia tetap memberikan perlindungan kepada Investor yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Adapun perlindungan
tersebut ialah dalam bentuk kepastian hukum, kepastian hak Investor, Beberapa fasilitas pelayanan investasi yang dapat dimiliki oleh Investor, perusahaan yang tidak dapat
dinasionalisasi secara sepihak oleh pemerintah, akses informasi yang terbuka tentang investasi yang sedang ia jalankan Pasal 4, Pasal 6, Pasal 7 dan Pasal 14 UU No. 25 tahun
2007. Pelindungan hukum terhadap investor juga diperoleh berdasarkan kontrak PSC yang telah disepakati bersama dengan SKK migas. Berdasarkan kontrak maka Investor dan negara
memiliki kedudukan yang seimbang sehingga negara tidak dapat menggunakan kekuasaannya secara berlebihan dalam sesuatu hal yang terdapat dalam kontrak. Kontrak
PSC menjadi UU bagi kedua belah pihak, sehingga persoalan yang terjadi selama kontrak berlangsung diselesaikan sesuai apa yang tertulis dalam PSC.
2. Kontrak Production Sharing yang menjadi dasar hubungan kerjasama dengan kontraktor
dengan negara menjadi sumber hukum utama bagi kedua belah pihak. Pengaturan Kontrak Production Sharing
memang tidak tercantum secara khusus dalam KUHPerdata sebab Kontrak Production Sharing merupakan bentuk kontrak innomaat. Kontrak Production
Sharing mengatur penyelesaian sengketa secara perdata bahkan tidak mengenal
penyelesaian secara hukum pidana. Pelanggaran terhadap kontrak diselesaikan secara
Universitas Sumatera Utara
129
hukum perdata. Hal ini berarti pelanggaran terhadap Kontrak Production Sharing tidak dapat dipidanakan. Jika dipidanakan berarti terdapat kriminalisasi terhadap kontrak dan hal
ini sangat bertentangan dengan asas perjanjian dan asas hukum perdata. Kriminalisasi terhadap kontrak hanya akan menimbulkan ketidakpastian dalam hukum khususnya hukum
perjanjian, bahkan lebih dari itu akan menimbulkan keraguan dari para investor yang menanamkan modal di Indonesia. Tentu saja bila itu terjadi maka tujuan UU Nomor 25
tahun 2007 meningkatkan penanaman modal di Indonesia menjadi tidak tercapai. 3.
Kasus Bioremediasi PT CPI dapat diselesaikan secara perdata dengan tetap juga memperhatikan hukum lingkungan sebab bioremediasi merupakan tanggung jawab dari
hukum lingkungan. Bioremediasi diatur dalam Kemenlh No 128 tahun 2003 maka bioremediasi dibuktikan sesuai kepmen tersebut. Bila dilihat secara hukum lingkungan maka
PT CPI dilindungi juga melalui UU Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup yang menyatakan bahwa terhadap pelanggaran tanggung
jawab lingkungan maka dapat diberikan teguran tertulis, pencabutan izin usaha, maupun penutupan perusahaan. Ini menegaskan bahwa bila PT CPI Menurut Kemenlh tidak
mengerjakan tanggung jawab lingkungan maka dapat diberikan sanksi-sanksi tersebut. Ternyata Kemenlh menilai bahwa PT CPI taat terhadap tanggung jawab lingkungan.
Penyelesaian kasus PT CPI sangat tepat bila dikembalikan kepada jalur perdata. Para pihak dalam kontrak SKK Migas dengan PT CPI dapat berunding bersama untuk penyelesaian
kasus ini. Dan setiap pihak Kejagung harus menghormati hasil kesepakatan tersebut sebab Kontrak PSC adalah Undang-undang bagi Para pihak. Perlu pembuktian yang benar untuk
menyelesaikan kasus ini.
B. Saran