Putusan Peradilan Kasus PT Chevron Pacific Indonesia

112 supaya pengambilan sumber daya alam minyak dan gas bumi milik negara dapat memberikan manfaat dan penerimaan yang maksimal bagi negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Dalam melaksanakan tugas tersebut, SKK Migas menyelenggarakan fungsi: 1 memberikan pertimbangan kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral atas kebijaksanaannya dalam hal penyiapan dan penawaran Wilayah Kerja serta Kontrak Kerja Sama; 2 melaksanakan penandatanganan Kontrak Kerja Sama; 3 mengkaji dan menyampaikan rencana pengembangan lapangan yang pertama kali akan diproduksikan dalam suatu Wilayah Kerja kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral untuk mendapatkan persetujuan; 4 memberikan persetujuan rencana pengembangan selain sebagaimana dimaksud dalam poin sebelumnya; 5 memberikan persetujuan rencana kerja dan anggaran; 6 melaksanakan monitoring dan melaporkan kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral mengenai pelaksanaan Kontrak Kerja Sama; dan 7 menunjuk penjual minyak bumi danatau gas bumi bagian negara yang dapat memberikan keuntungan sebesar-besarnya bagi negara. Production Sharing Contract yang menjadi dasar perjanjian antara pemerintah dengan PT CPI. Perjanjian keperdataan yang telah disepakati BP Migas dan PT CPI memiliki mekanisme koreksi dalam over lifting dan under lifting apabila terjadi kekeliruan penghitungan.

E. Putusan Peradilan Kasus PT Chevron Pacific Indonesia

a. Kronologis Singkat Universitas Sumatera Utara 113 Untuk mudah memahami “sejarah” kasus bioremediasi dikutip dari timeline Majalah Tempo edisi 19 Mei 2013 144 : 1. Juni 2011 : PT Green Planet dan PT Sumigita berhasil mendapat tender proyek bioremediasi Chevron. Mereka termasuk mengalahkan PT Putra Riau Kemari yang diwakili oleh Edison Effendi saksi ahli dari Kejaksaan yang diduga memiliki konflik kepentingan yang mengawali munculnya kasus ini 2. Februari 2012 : Rombongan penyidik kejaksaan agung mengunjungi lokasi bioremediasi di Chevron Riau, terlihat dalam rombongan Edison Effendi 3. Maret 2012 : Penyidik menyatakan proyek bioremediasi adalah proyek fiktif, tujuh orang ditetapkan tersangka. 4. April 2012 : Penyidik kembali mengambil sampel di 2 fasilitas dari total 9 fasilitas yang dimiliki PT CPI, Edison kembali hadir dalam rombongan 5. Juni 2012 : Penyidik dengan bantuan Edison melakukan uji sampel, hasil uji ini menyatakan hasil bioremediasi negative 6. September 2012 : Enam dari tujuh tersangka ditahan 7. November 2012 : Hasil audit BPKP menyebutkan adanya kerugian Negara 8. Desember 2012 : Penyidik melimpahkan kasus ini ke Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta 9. Februari 2013 : Terdakwa Widodo diputus dalam Pengadilan Negeri Tipikor. 10. Juli 2013 : Terdakwa Widodo diputus dalam Pengadilan Negeri Tipikor 11. April 2013 : Tersangka dari kontraktor PT CPI yaitu Sdr Herland dituntut 15 tahun dan Sdr Ricksy 12 tahun penjara 12. Mei 2013 : Vonis dijatuhkan, Sdr Herland mendapat vonis 6 tahun penjara berikut denda dan Sdr Ricksy 5 tahun penjara berikut denda. Total denda yang ditagihkan adalah Rp 450 juta dan kerugian Negara yang harus dikembalikan 9.9 juta dolar. Kedua tersangka menyatakan banding dan kejaksaan pun menyatakan banding. b. Pertimbangan hukum Hakim Pertimbangan hukum Hakim Praperadilan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan: 144 Artikel Opini “Kasus Bioremediasi Chevron: Gedung Bunder Blunder lagi” Universitas Sumatera Utara 114 1. Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mengabulkan sebagian permohonan praperadilan empat tersangka PT Chevron Pacific Indonesia PT CPI. Hakim menilai penahanan Kukuh Kertasafari, Widodo, Bachtiar Abdul Fatah dan Endah Rumbiyanti oleh penyidik Kejaksaan Agung Kejagung tidak sah. Hakim menuturkan bahwa Syarat penahanan harus didasarkan bukti yang cukup seperti yang diatur dalam pasal 21 ayat 1 KUHAP serta 184 dan 183 KUHAP. Permohonan praperadilan keempat karyawan CPI disidang terpisah, masing- masing hakim tunggal mengabulkan sebagian permohonan tersangka. Dalam putusannya, Hakim menyatakan tindakan penyidik selaku termohon menetapkan mereka sebagai tersangka tidak sah menurut hukum. 2. Selain itu, penahanan yang dilakukan berdasarkan Sprin-30F.2Fd.1092012 tanggal 26 September 2012 juga dinyatakan tidak sah. Hakim memerintahkan termohon membebaskan tersangka dari tahanan, membayar ganti rugi Rp1 juta kepada pemohon, serta penyidik diminta memulihkan hak-hak pemohon. 3. Walau penetapan tersangka dan penahanan dianggap tidak sah, Hakim tidak mengabulkan permintaan pemohon untuk menghentikan penyidikan. Menurut Hakim, penghentian penyidikan bukan merupakan lingkup materi praperadilan, sehingga permohonan itu sudah sepatutnya dikesampingkan atau ditolak. 4. Dalam memutuskan permohonan praperadilan, terlebih dahulu Hakim mempertimbangkan apakah penahanan yang dilakukan penyidik selaku termohon telah memenuhi syarat objektif dan subjektif. Baik pemohon maupun termohon, masing-masing memperkuat dalilnya dengan mengajukan bukti-bukti di persidangan. 5. Sesuai Pasal 21 ayat 1 KUHAP, penahanan dilakukan terhadap seorang tersangka yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti cukup, adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran tersangka akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti, dan mengulangi tindak pidana. 6. Selain itu, penahanan harus memenuhi syarat obyektif sebagaimana diatur Pasal 21 ayat 4 KUHAP, yaitu bagi tersangka yang diduga melakukan tindak pidana dengan ancaman hukuman lima tahun atau lebih. Berdasarkan ketentuan ini, Hakim bersepakat dengan dalil yang dikemukakan termohon. 7. Hakim menjelaskan, termohon telah melakukan upaya penahanan yang merupakan pengurangan kebebasan, pengekangan, dan pembatasan hak asasi diri pemohon. Untuk itu, termohon harus membuktikan apakah tindakannya sudah dilakukan sesuai ketentuan hukum yang berlaku atau tidak. Maka pada penyidikan, sudah dapat dianggap cukup bukti apabila ditemukan batas minimum pembuktian, sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, meliputi keterangan saksi, ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa. 8. Hal ini sesuai dengan keterangan ahli hukum pidana Chairul Huda yang diajukan pemohon. Chairul berpendapat bukti-bukti yang menentukan seseorang menjadi tersangka dapat diuji di sidang praperadilan. Penahanan harus memenuhi sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah sebagaimana diatur Pasal 184 ayat 1 KUHAP. 9. Nyatanya, termohon hanya mengajukan bukti berupa surat panggilan saksi dan undangan ekspos, tanpa menunjukkan Berita Acara Pemeriksaan BAP. Padahal, bukti BAP diharapkan dapat menunjukkan penyidik telah memiliki bukti cukup untuk memperkuat, serta membuat terang suatu tindak pidana untuk menetapkan tersangkanya. 10. Dengan demikian, Hakim menganggap penahanan yang dilakukan termohon tidak berdasarkan alat bukti yang cukup. Seluruh bukti termohon dinilai tidak dapat membuktikan Universitas Sumatera Utara 115 tentang adanya minimal dua alat bukti yang dapat dijadikan dasar untuk menetapkan pemohon sebagai tersangka dan kemudian menahannya. 11. Lebih dari itu,Hakim sependapat dengan dalil termohon yang menyatakan penyidik berwenang menilai suatu keadaan yang menjadi syarat subjektif penahanan. Meski selama pemeriksaan pemohon bersikap kooperatif dan tidak akan melarikan diri, syarat subjektif penahanan tidak dapat diuji dalam forum praperadilan. Pertimbangan hukum Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan: 1. Majelis hakim Pengadilan Tipikor Jakarta menolak seluruh keberatan eksepsi pihak terdakwa bioremediasi PT Chevron Pacific Indonesia CPI. Menurut majelis surat dakwaan penuntut umum telah memenuhi syarat formal sesuai KUHAP. Majelis menyatakan dalam amar putusan sela bahwa Pengadilan Tipikor Jakarta berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara terdakwa. 2. Menurut majelis dalam nota keberatannya: pihak terdakwa menyatakan dakwaan tidak dapat diterima dan sepatutnya dibatalkan. Pendapat itu mengacu pada putusan praperadilan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang menyatakan penetapan tersangka tidak sah. Putusan praperadilan tetap berlaku selama tidak ada putusan pembatalan dari pengadilan yang lebih tinggi. 3. Hakim menimbang bahwa putusan praperadilan tidak masuk dalam lingkup keberatan sebagaimana diatur Pasal 156 ayat 1 KUHAP, sehingga sudah seharusnya dikesampingkan. Praperadilan memiliki kewenangan untuk menentukan sah tidaknya suatu penangkapan, penahanan, penuntutan, atau ganti kerugian seperti tertulis pada Pasal 77 KUHAP. Sama halnya pada materi keberatan yang mempersoalkan kewenangan Pengadilan Tipikor untuk mengadili. Pengadilan Tipikor pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berwenang mengadili perkara terdakwa karena perkara didakwakan penuntut umum adalah perkara korupsi, bukan perkara tindak pidana lingkungan. Seperti tertuang dalam surat dakwaan penuntut umum, yang menguraikan terdakwa menandatangani kontrak bridging senilai AS741,402 ribu dengan Herland bin Ompo selaku Direktur PT Sumigita Jaya. Perbuatan terdakwa menimbulkan kerugian keuangan negara, sehingga masuk dalam ketentuan UU Tipikor. 4. Hakim juga menolak materi keberatan yang mempersoalkan kompetensi relatif Pengadilan Tipikor Jakarta dalam mengadili perkara terdakwa. Menurut Hakim, meski lokasi bioremediasi berada di wilayah hukum Pengadilan Negeri Pekanbaru, penuntut umum telah menetapkan locus delicti di BP Migas, Jl Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Selain itu, sebanyak 30 orang saksi bertempat tinggal dekat dengan wilayah Pengadilan Tipikor pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Sedangkan jumlah saksi yang dekat dengan Pengadilan Negeri Pekanbaru berjumlah 24 dan terdakwa tinggal di Jakarta. Atas dasar itu majelis berpendapat keberatan tidak dapat diterima. 5. Mengenai materi keberatan lainnya, seperti Kejaksaan Agung tidak mengirimkan SPDP terdakwa ke KPK, adanya konflik kepentingan saksi Edison Effendi, penuntut umum salah memahami Kepmen LH No.128 Tahun 2003, majelis menganggap sudah sepatutnya dikesampingkan karena tidak masuk dalam lingkup keberatan. Universitas Sumatera Utara 116 Pertimbangan hukum Hakim pada Pengadilan Tinggi yaitu: 1. menimbang bahwa Mejelis hakim tingkat pertama dalam putusan Nomor 82Pid.BTPK2012.PN.Jkt.Pst telah memberikan pertimbangan yang tepat dan benar dalam putusan sela tersebut sehingga putusan tersebut harus dikuatkan dan perlawanan terdakwa harus ditolak. 2. bahwa permintaan banding oleh JPU dan terdakwa telah memenuhi syarat yang ditentukan oleh Undang-undang, maka secara formal dapat diterima. 3. menimbang, bahwa memori banding penuntut umum berisi keberatan-keberatan pada pokoknya sebagai berikut : a. mengenai pembuktian unsur “setiap orang”. bahwa unsur “setiap orang” adalah adalah siapa saja, yang tediri dari orang perorangan atau korporasi; bahwasetiap orang adalah unsur pasal, bukan unsur delik. b. mengenai unsur “melawan hukum” bahwa terdakwa dan orang-orang dalam proyek bioremediasi telah terbukti melakukan perbuatan melawan hukum, karena pekerjaan pembersihan limbah minyak secara bioremediasi telah dilakukan dengan melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 4. menimbang bahwa memori banding penasehat hukum terdakwa berisi keberatan sebagai berikut: b. mengenai komposisi pendapat Majelis hakim Tingkat pertama dalam perkara Nomor 82Pid.BTPK2012.PN.JKT.PST. Tanggal 19 Juli 2013 atas nama terdakwa Widodo, terdapat 3tiga pendapat dari 5lima orang Majelis hakim yang memeriksa dan memutus perkara a quo, yaitu dengan komposisi pendapat Majelis Hakim: 1:2:2, yang terdiri dari: 1 1satu orang Majelis Hakim Hakim Anggota II berpendapat dakwaan yang terbukti adalah dakwaan primair. 2 2dua orang Majelis Hakim Hakim Ketua dan Hakim Anggota I berpendapat dakwaan yang terbukti adalah dakwaan subsidair: 3 2dua orang Majelis Hakim Hakim Anggota III dan Hakim Anggota IV berpendapat semua dakwaan tidak terbukti dan membebaskan terdakwa Widodo dari semua dakwaan Vrijspraak vide Pasal 191 ayat 1 KUHAP. Bahwa pertimbangan yang demikian adalah pertimbangan yang bertentangan dengan Pasal 182 ayat 6 KUHAP, karena berdasarkan ketentuan pasal 182 KUHAP dihubungkan dengan dengan fakta tersebut dalam hal komposisi pendapat Majelis Hakim 1:2:2 sebagaimana diuraikan diatas, maka berlaku ketentuan Pasal 182 ayat 6 KUHAP yang menyatakan “Jika Putusan diambil dengan suara terbanyak tidak dapat diperolah, putusan yang dipilih adalah pendapat hakim yang paling menguntungkan bagi terdakwa”. Bahwa adapun Pendapat Majelis Hakim dalam perkara terdakwa a quo tidak diperoleh suara terbanyak, sehingga putusan yang dipilh adalah pendapat Hakim yang paling menguntungkan bagi terdakwa, yaitu pendapat dari 2dua orang Majelis Hakim Hakim Anggota III dan Hakim Anggota IV yang berpendapat membebaskan terdakwa Widodo dari seluruh dakwaan Vrijspraak vide Pasal 191 ayat 1 KUHAP. Bahwa dengan menyatakan terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama dan berlanjut Universitas Sumatera Utara 117 sebagaimana dalam dakwaan subsidair tersebut, maka Judex Pactie dalam pertimbangan putusan perkara terdakwa Widodo a quo halaman 313 paragraf 2 adalah pertimbangan yang bertentangan dengan Pasal 182 ayat 6 KUHAP. c. Mengenai Pembuktian unsur-unsur dakwaan Subsidair: Judex Pactie kecuali anggota Majelis Hakim III dan anggota Majelis Hakim IV yang memberikan dissenting opinion salah dan keliru dalam memberikan pertimbangan terhadap unsur dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi; bahwa dari rumusan pertimbangan Judec Pactie a qou tidak jelas dan tidak tegas menyebutkan siapa yang telah diperkaya akibat perbuatan terdakwa, apakah Herland bin Ompo atau PT Sumigita Jaya atau diri terdakwa atau Ricksy Permaisuri atau PT Green Planet Indonesia, sungguh sangat membingungkan. bahwa yang paling pasti terdakwa Widodo, dalam pekerjaan bioremediasi di PT CPI tidak menerima atau mendapatkan keuntungan apapun. Judex Pactie kecuali anggota Majelis Hakim III dan anggota Majelis Hakim IV yang memberikan dissenting opinion salah atau keliru dalam memberikan pertimbangan terhadap unsur dapat merugikan negara atau perekonomian negara. bahwa yang memiliki kewenangan untuk melakukan penghitungan kerugian negara adalah BPK sebagai lembaga negara yang diatur berdasarkan UUD 1945. Bahwa kerugian negara yang diakibatkan oleh perbuatan terdakwa dalam perkara a quo tidak nyata dan tidak pasti jumlahnya, dengan demikian penghitungan kerugian negara oleh BPKP yang quod non disebabkan oleh perbuatan terdakwa jumlahnya tidak nyata dan tidak pasti. 5. Menimbang bahwa Majelis Hakim tingkat banding setelah mempelajari dengan seksama berkas perkara banding a quo yang terdiri dari beriata acara sidang, keterangan saksi maupun pendapat ahli, keterangan terdakwa, surat-surat bukti salinan resmi Putusan sela Pengadilan Tindak Pidan Korupsi pada pengadilan negeri Jakarta Pusat Nomor 82Pid.BTPK2012Jkt.Pst. tanggal 11 Januari 2013 dan putusan Pengadilan Pengadilan Tindak Pidan Korupsi pada pengadilan negeri Jakarta Pusat Nomor 82Pid.BTPK2012Jkt.Pst. tanggal 19 Juli 2013, memori banding dari Penuntut Umum dan Penasihat Hukum terdakwa, kontra memori banding, dan surat-surat lainnya yang bersangkutan dengan perkara ini, maka alasan dan pertimbangan Majelis Hakim Tingkat Pertama dalam putusan tersebut adalah benar dan tepat serta disetujui oleh Majelis Hakim Tingkat Banding, oleh karena itu alasan dan pertimbangan tersebut diambil alih dan dijadikann dasar oleh Majelis Hakim Tingkat Banding dalam memeriksa dan mengadili perkara ini pada tingkat banding dan untuk mempersingkat uraian putusan ini, dianggap semuanya telah termuat dalam putusan ini. 6. Menimbang bahwa terhadap memori banding Penuntut umum ad-1 dan ad-2 tersebut, maka Majelis Hakim Tingkat banding menolaknya karena unsur “setiap orang” dalam dakwaan primair telah dipertimbangkan dengan tepat dan benar oleh Majelis Hakim Tingkat Pertama yang menyimpulkan bahwa unsur “setiap orang” tidak terbukti dalam dakwaan primair, tetapi terbukti dalam dakwaan subsidair. 7. menimbang bahwa terhadap memori banding Penasihat Hukm Terdakwa ad-1 dan ad-2 tersebut, maka Majelis Hakim Tingkat Banding menolaknya karena ternyata 2dua orang Hakim berpendapat dakwaan subsidair terbukti dan seorang hakim berpendpaat dakwaan primair terbukti, ahal ini menunjukkan bahwa 3tiga oranghakim berpendapat terdakwa Universitas Sumatera Utara 118 terbukti melakukan tindak pidan korupsi, sebagaiman didakwakan oleh JPU,hal inii tidak mengurangi makna pasal182 ayat 6 KUHAP. 8. menimbang bahwa terhadap keseluruhan memori banding dan pembanding ternyata tidak ditemukan hal-hal yang baru dapat melemahkan atau membatalkan putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada pengadilan negeri Jakarta Pusat Nomor 82Pid.BTPK2012Jkt.Pst tanggal19 Juli 2013 yang dimintakan banding, dan hanya berupa pengulangan dari apa yang pernah disampaikan di Persidangan Pengadilan Tingkat Pertama, dan kesemuanya telah dipertimbangkan dnegan cermat oleh Majelis Hakim Tingkat Pertama berdasarkan alat-alat bukti yang cukup dan sah sesuai dengan ketentuan KUHAP, oleh karena itu memori banding tersebut tidak perlu dipertimbangkan lebih lanjut oleh Majelis Hakim tingkat banding. 9. menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada pengadilan negeri Jakarta Pusat Nomor 82Pid.BTPK2012Jkt.Pst tanggal 19 Juli 2013 yang dimintakan banding a quo harus dikuatkan. 10. bahwa karena terdakwa bersalah dan harus dipidana maka terdakwa dibebani biaya perkara pada kedua tingkat pengadilan sesuai dengan Pasal 222 ayat 1 KUHAP c. Putusan Peradilan : Putusan Praperadilan pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. .38Pid.Prap2012PN.Jkt-Sel : Pengadilan Negeri Jakarta Selatan telah memutus bebas dari tahanan bagi semua karyawan Chevron. Memutuskan mengabulkan sebagian permohonan pemohon dan menyatakan penahanan tidak sah. Pengadilan tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 82Pid.B2012PN.Jkt.Pst. tanggal 19 Juli 2013 : 1. menyatakan terdakwa Widodo tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana dalam dakwaan primair.’ 2. membebaskan terdakwa oleh karena itu dari dakwaan primair 3. menyatakan terdakwa Widodo telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan “tindak pidana korupsi secara bersama-sama dan berlanjut” sebagaimana dalam dakwaan subsidair. 4. menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama 2dua tahun dan denda sebesar Rp 200.000.000,- dua ratus juta rupiah dengan ketentuan apabila denda tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan selama 3 tiga bulan. 5. menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh terdakwa dikurangkan seluruhnya dengan pidana yang dijatuhkan. Universitas Sumatera Utara 119 6. menetapkan alat bukti surat dan barang bukti tertulis dalam putusan tetap dilampirkan dalam berkas putusan 7. membebankan terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp 10.000,- Sepuluh ribu rupiah. Pengadilan Tinggi : Putusan pengadilan Tinggi dengan nomor 05PIDTPK2014PT.DKI, tanggal 25 Maret 2014: 1. Menerima permintaan banding dari PU dan terdakwa 2. Menguatkan putusan pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor 82Pid.BTPK2012.PN.Jkt.Pst. tanggal 19 Juli 2013 yakni dengan amar putusan: a. menyatakan terdakwa Widodo tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana dalam dakwaan primair.’ b. membebaskan terdakwa oleh karena itu dari dakwaan primair c. menyatakan terdakwa Widodo telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan “tindak pidana korupsi secara bersama-sama dan berlanjut” sebagaimana dalam dakwaan subsidair. d. menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama 2dua tahun dan denda sebesar Rp 200.000.000,- dua ratus juta rupiah dengan ketentuan apabila denda tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan selama 3 tiga bulan. e. menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh terdakwa dikurangkan seluruhnya dengan pidana yang dijatuhkan. f. menetapkan alat bukti surat dan barang bukti tertulis dalam putusan tetap dilampirkan dalam berkas putusan g. membebankan terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp 10.000,- Sepuluh ribu rupiah. Mahkamah Agung melalui putusan Nomor 2330Pid.B d. Analisis Putusan Analisis terhadap Putusan Praperadilan : Putusan yang menyatakan membebaskan ke-4 tersangka yang ditetapkan oleh Kejagung dengan dasar bahwa bukti-bukti penahanan ke-4 tersangka tersebut tidak cukup. Sesuai Pasal 21 ayat 1 KUHAP, penahanan dilakukan terhadap seorang tersangka yang diduga keras Universitas Sumatera Utara 120 melakukan tindak pidana berdasarkan bukti cukup, adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran tersangka akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti, dan mengulangi tindak pidana. Selain itu, penahanan harus memenuhi syarat obyektif sebagaimana diatur Pasal 21 ayat 4 KUHAP, yaitu bagi tersangka yang diduga melakukan tindak pidana dengan ancaman hukuman lima tahun atau lebih. pada penyidikan, sudah dapat dianggap cukup bukti apabila ditemukan batas minimum pembuktian, sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, meliputi keterangan saksi, ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa. Analisis mengenai putusan praperadilan yang dibatalkan oleh Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan Pengadilan Tinggi Jakarta Selatan, bahwa Pengadilan ini tetap menjalankan persidangan dan memutuskan terdakwa bersalah sementara Praperadilan pada pengadilan negeri telah memutuskan bahwa penahanan terhadap tersangka tidak sah karena kurang bukti-bukti yang cukup dan memerintahkan kepada kejagungtermohon membebaskan tersangka dari tahanan, membayar ganti rugi Rp1 juta kepada pemohon, serta penyidik diminta memulihkan hak-hak pemohon. Adapun Sifat putusan praperadilan: a Putusan Praperadilan yang tidak dapat dibanding Menurut ketentuan Pasal 83 KUHAP, tidak semua putusan praperadilan dapat dimintakan banding dan tidak semua juga putusan peradilan yang tidak dapat diminta pemeriksaan banding. Pasal 83 menyatakan terhadap putusan praperadilan seperti dalam Pasal 79,80,81 tidak dapat dimintakan banding. boleh dikatakan hampir semua jenis putusan praperadilan tidak dapat dimintakan banding. Memang demikianlah prinsipnya. hal ini sesuai dengan asas acara menyangkut tata cara pemeriksaan Praperadilan, dilakukan dengan “acara cepat”. sekiranya terhadap putusan Praperadilan diperkenankan upaya banding, hal itu tidak sejalan dengan sifat Universitas Sumatera Utara 121 dan tujuan maupun dengan cirinya, yakni dalam waktu singkat putusan dan kepatian hukum sudah dapat diwujudkan. Putusan Peradilan yang tidak dapat dimintakan banding yakni Penetapan Sah atau tidaknya penangkapan atau Penahanan serta Putusan Ganti Kerugian dan Rehabilitasi. 1 Putusan PraPeradilan yang dapat dibanding Pasal 83 ayat 2 bahwa putusan Praperadilan yang menetapkan “tidak sahnya” penghentian penyidikan atau penuntutan saja yang dapat diajukan banding. bertitik tolak dari ketentuan dari Pasal 83 ayat 2 : a terhadap putusan yang menetapkan “sahnya” penghentian penyidikan atau penuntutan, “tidak dapat” diajukan permintaan banding. b terhadap putusan yang mentapkan tentang “tidak sahnya” penghentian penyidikan atau penuntutan “dapat” diajukan permintaan banding.c Pengadilan Tinggi yang memeriksa dan memutus permintaan banding tentang tidak sahnya penghentian penyidikan atau penuntutan, bertindak sebagai pengadilan yang memeriksa dan memutusa “dalam tingkat akhir” 2 Kasasi Terhadap putusan Praperadilan berdasarkan Pasal 244 KUHAP, permintaan Kasasi hanya dapat diajukan terhadap putusan pengadilan yang berbentuk “putusan perkara pidana”. oleh karena putusan Praperadilan bukan mengenai perkara pidana, akan tetapi hanya tentang sah atau tidaknya tindakan pejabat yang terlibat dalam pemeriksaan penyidikan atau penuntutan, berarti putusan Praperadilan benar- benar berada di luar ruang lingkup Pasal 244 KUHAP. Peradilan tertinggi Mahkamah Agung lebih cenderung pada pendirian, tidak memperkenankan permintaan Kasasi atas putusan Praperadilan. ini dapat dilihat dalam ungkapan pertimbangan yang tertuang dalam satu putusan Universitas Sumatera Utara 122 tanggal 29 Maret 1983, No.227K1982. dari putusan ini dapat disadur pertimbangan sebagai berikut : 1. Mahkamah Agung berpendapat terhadap putusan-putusan Praperadilan tidak dimungkinkan permintaan kasasi karena keharusan cepat perkara Praperadilan tidak akan terpenuhi kalau masih dimungkinkan pemeriksaan kasasi. 2. wewenang Pengadilan Negeri yang dilakukan oleh Praperadilan dimaksudkan hanya sebagai wewenang pengawasan secara horizontal terhadap tindakan pejabat penegak hukum lainnya. 3. juga Pasal 244 KUHAP, tidak membuka kemungkinan melakukan pemeriksaan kasasi terhadap putusan Praperadilan karena pemeriksaaan kasasi yang diatur Pasal 244 hanya mengenai putusan perkara pidana yang benar-benar diperiksa dan diputus Pengadilan Negeri atau Pengadilan selain dari Mahkamah Agung. 4. selain daripada itu, menurut hukum acara pidana, baik mengenai pihak-pihak maupun acara pemeriksaannya berbeda sifat dan kedudukannya jika dibandingkan dalam pemeriksaan Praperadilan. Dan juga dalam putusan Mahkamah Agung tanggal 10 mei 1984, Reg. No.680 Kpid1983. salah satu bagian pertimbangannya berbunyi: bahwa menurut yurisprudensi tetap terhadap putusan-putusan Praperadilan tidak dapat dimintakan kasasi, sehingga permohonan kasasi dari pemohon kasasi tidak dapat diterima. Tidak ada upaya hukum untuk melawan putusan praperadilan telah diatur dalam Pasal 83 Ayat 1 KUHAP dan Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 65PUU-IX2011 yang menyatakan inkonstitusional dan tidak mempunyai kekuatan hukum tetap Pasal 83 Ayat 2 KUHAP. Putusan praperadilan harus dihormati dan dijunjung tinggi, termasuk oleh Kejaksaan Agung. Analisis terhadap putusan Pengadilan yang menyatakan dakwaan melakukan korupsi yang didakwakan oleh JPU adalah benar, ialah: Perbuatan Korupsi ialah perbuatan yang mengambil uang negara sehingga negara dirugikan. Persoalan melakukan korupsi menurut UU Nomor 20 tahun 2001 harus memenuhi beberapa unsur yaitu adanya unsur : memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan negara; menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara Pasal 2 dan 3 Universitas Sumatera Utara 123 UU Nomor 31 tahun 1999 jo UU Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan tindak Pidana korupsi. Selain itu, perbuatan korupsi yang didakwakan dalam kasus pemulihan lingkungan yang telah disepakati dalam Kontrak Production Sharing PSC dengan pemerintah c.q SKK Migas seharusnya tetap memperhatikan penyelesaian perselisihan secara PSC. Berdasarkan pula kepada UU Nomor 31 tahun 1999 jo UU Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan tindak Pidana korupsi, bahwa terdakwa yang didakwakan korupsi memiliki hak untuk membuktikan bahwa ia tidak melakukan tindak pidana korupsi. Dalam hal ini, hakim juga patut mempertimbangkannya, sekalipun bila ia membuktikan tidak korupsi tidak berarti ia tidak terbukti melakukan korupsi karena jaksa akan terus membuktikan dakwaannya Pasal 37 UU Nomor 31 tahun 1999 jo UU Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan tindak Pidana korupsi dan penjelasannya. Hakim dalam putusannya kurang menyelidiki lebih dalam setiap unsur perbuatan korupsi tersebut hanya cenderung kepada dakwaan JPU. Sebab, kembali lagi bahwa perbuatan korupsi juga memerlukan pembuktian yang cermat dan benar supaya sasarannya secara hukum dapat tercapai. Perbuatan korupsi yang didakwakan oleh JPU ialah berkaitan dengan Cost Recovery PSC dimana Cost Recovery tersebut menggunakan uang negara dalam pengembaliannya kepada kontraktor. Namun, pembayaran Cost Recovery bukanlah pembayaran yang biasa, sebab untuk melakukan pembayaran kepada kontraktor harus melakukan beberapa proses audit yang disaksikan oleh beberapa lembaga yang terkait seperti SKK migas, BPK, Dan Pihak Kontraktor sendiri. Selain itu, ternyata dalam kontrak PSC juga memuat unsur overunder lifting yaitu mekanisme pengoreksian jika ternyata ditemukan terjadi kekeliruan pembayaran misalnya karena terjadi wanprestasi. Hal ini berarti bilapun Kejagung mendajwa ada perbuatan korupsi maka mekanisme tersbut dapat dipakai untuk menyelesaikan perkara tersebut. Itulah sebabnya, Universitas Sumatera Utara 124 dakwaan melakukan korupsi Hukum pidana bukanlah putusan yang tepat dijatuhkan oleh Hakim mengingat bahwa ada pengaturan jelas sebagai Undang-undang bila terjadi perselisihan yang terdapat dalam kontrak PSC. Hakim perlu menyelidiki kembali sumber dari dakwaan ini. Perbuatan Korupsi sebagaimana yang diputuskan secara sah dilakukan dalam dakwaan subsidair dijatuhkan oleh Hakim juga kurang analisis yang tepat mengingat dakwaan ialah kegiatan bioremediasi yang dibiayai oleh negara yang dikerjakan oleh PT Chevron Pacific Indonesia sebagai tanggung jawab hukum terhadap lingkungan hidup ternyata dinilai fiktif oleh Kejagung. Kegiatan Bioremediasi yang dilakukan PT CPI sudah mendapat perhatian dari Internasional maupun dari nasional. Dari sisi internasional dapat dilihat dalam : Indonesian Petroleum Association , 23rd Annual Convention Proceedings Volume 2, Pages 361-370. `“Bioremediation Methodology of Oil Wastes in CPI Sumatran Operations” by : Robert C. Bess, Dasmaji, Dafris Nasrun, M. Hariandja, C. D. Fuhr, Roger Kidder Bioremediation of oil and oil residues has become a viable technique for eliminating or significantly reducing undesirable contamination of the environment. The bacteria used may be wholly indigenous or customized commercial bacteria to provide a jump start to the bioremediation process. In either event, the bacteria are completely naturally occurring bacteria and not bio-engineered bacteria. Thus, there is not the danger of a rogue bacteria taking over the environment as some thought when bioremediation was first introduced. In order to develop the appropriate bioremediation methodology for P.T. Caltex Pacific Indonesia, a pilot bioremediation project was initiated in the Minas producing district using customized bacteria from Polybac Corporation as well as indigenous Sumatran bacteria. This paper describes the preparation work, experimental design, parameters measured, and strategic plan in developing bioremediation methodology for P.T. Caltex Pacific Indonesia. Dari sisi nasional, PT CPI telah mendapat penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup berupa PROPER dengan warna hijau. Warna hijau memiliki makna penghargaan yaitu telah melakukan analisis AMDAL dan telah memperhatikan lingkungan hidup. Warna hijau merupakan warna kedua setelah warna emas dalam tingkatan warna PROPER. Universitas Sumatera Utara 125 Berdasarkan hal tersebut, dan berdasarkan bukti-bukti yang diajukan oleh Terdakwa dan kuasa hukumnya khususnya para saksi dapat dilihat bahwa PT CPI telah melaksanakan program bioremediasi. Hakim dalam pertimbangan tidak memperhatikan hal tersebut, padahal bukti-bukti yang diajukan oleh JPU ternyata juga tidak memberatkan terdakwa.

F. Penyelesaian Kasus Berdasarkan Production Sharing Contract

Dokumen yang terkait

Perlindungan Terhadap Investor dari Penerapan Ketentuan Pidana pada Perbuatan Wanprestasi Kontrak Bagi Hasil/Production Sharing Contract (Studi Kasus Pada PT Chevron Pacific Indonesia)

2 52 145

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Dalam Ketentuan Kontrak Standar Pada Pembiayaan Syariah Bank Syariah Mandiri Dikaitkan Dengan Ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Perlindungan Konsumen

1 78 148

Hubungan Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011.

67 288 147

Penerapan Batas-Batas Antara Wanprestasi Dengan Perbuatan Melawan Hukum Dalam Suatu Perikatan

11 108 97

Akibat Hukum Wanprestasi Reksadana Dikaitkan Dengan Perlindungan Hukum Terhadap Investor (Studi di BNI 46 Cab. Medan)

1 38 102

Perlindungan Hukum Bagi Investor Terhadap Praktik Insider Trading Dalam Perdagangan Saham

0 34 139

Penerapan Ketentuan Pidana Dalam Kekerasan Fisik Terhadap Istri Dintinjau Dari Aspek Perlindungan Terhadap Korban (Studi Terhadap 4 (empat) Putusan Pengadilan Negeri)

0 43 139

Perlindungan Hukum Bagi Investor Terhadap Praktik Insider Trading Pada Pasar Modal di Indonesia

5 104 66

Analisis Perlindungan Hukum Bagi Anak Korban Tindak Pidana Perkosaan Berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Anak (Studi Kasus Wilayah Hukum Lampung Utara)

1 17 51

BAB II PERLINDUNGAN TERHADAP INVESTOR BERDASARKAN KONTRAK - Perlindungan Terhadap Investor dari Penerapan Ketentuan Pidana pada Perbuatan Wanprestasi Kontrak Bagi Hasil/Production Sharing Contract (Studi Kasus Pada PT Chevron Pacific Indonesia)

0 0 40