79
penurunan kendala-kendala perdagangan internasional serta berbagai sarana untuk saling menukar pandanganpikiran diantara para pengusaha. disamping fungsi itu, ICC memberikan
pula jasa-jasa bisnis melalui organ atau lembag-lembaganya. salah satu organnya adalah The Court of Arbitration Peradilan Arbitrase yang berkedudukan di Paris. peradilan ini dibentuk
1923. lembaga ini merupakan pusat penyelesaian sengketa international di antara pihak-pihak yang tunduk pada Kontrak international. keputusan yang dikeluarkan oleh ICC adaalah
keputusan yang final, maksudnya putusan itu merupakan putusan akhir dan tidak boleh diadakan banding atau kasasi.
Di dalam UU No 22 tahun 2001, para pihak dalam Kontrak Production Sharing, yaitu badan pelaksana dengan badan usaha atau bentuk usaha tetap. Apabila terjadi sengketa antara badan
usaha dengan badan pelaksana, hukum yang digunakan adalah hukum Indonesia karena kedua belah pihak merupakan badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan mereka
tunduk kepada hukum Indonesia. Akan tetapi, apabila terjadi sengketa antara Bentuk Usaha tetap dengan Badan Pelaksana, para pihak menggunakan aturan dalam International Chamber of
Commerce ICC karena Bentuk Usaha Tetap ini merupakan perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia. Dengan kata lain, dalam Kontrak itu adalah adanya unsur asing sehingga aturan
hukum yang digunakan adalah International Chamber of Commerce ICC. Perusahaan Minyak dan Gas Bumi dengan Kontraktor telah ditentukan pola penyelesaian sengketa, yaitu dengan cara
mediasi, konsiliasi, dan arbitrase. didalam model Kontrak itu tidak diatur secara lengkap tentang prosedur dan syarat-syarat di dalam penyelesaian sengketa itu berdasarkan konvensi
internasional tersebut. BP Migas SKK migas memilih dalam bentuk konsultasi.
G. Pekerjaan Kontrak Secara Melawan Hukum
Universitas Sumatera Utara
80
1. Perjanjian Baku Kontrak Production Sharing
Secara struktural Kontrak pertambangan Production Sharing contract di Indonesia merupakan Kontrak dimana para pihak memiliki kedudukan yang sejajar dalam menentukan isi
dan substansi Kontrak Pasal 1338 KUHPerdata. Namun kenyataannya, bentuk dan isi Kontrak telah ditentukan dan disiapkan oleh salah satu pihak. dalam literatur, Kontrak yang telah
disiapkan oleh salah satu pihak lazim disebut dengan standar Kontrak. Standar Kontrak merupakan perjanjian yang telah ditentukan dan telah dituangkan dalam bentuk formulir.
Kontrak ini telah ditentukan secara sepihak oleh salah satu pihak, terutama pihak ekonomi kuat terhadap ekonomi lemah. inti perjanjian baku menurut Hondius adalah isi perjanjian itu tanpa
dibicarakan dengan pihak lainnya, sedangkan pihak lainnya hanya diminta untuk menerima atau menolak isinya.
Kontrak Production Sharing yang kini digunakan dalam bidang pertambangan minyak dan gas bumi telah dibakukan secara sepihak oleh Pertamina dialihkan ke BP Migas dan saat ini
dialihkan kepada SKK Migas sehingga badan usaha dan badan usaha tetap menerima syarat- syarat yang ditentukan tersebut. persoalannya kini apakah dengan adanya berbagai syarat-syarat
baku tersebut, Kontrak Production Sharing yang ditandatangani para pihak mempunyai kekuatan mengikat. menurut Sluijter dan Mariam Darus Badrulzaman, perjanjian baku bukan merupakan
perjanjian karena bertentangan dengan Pasal 1320 KUHPerdata
105
. Sluijter mengatakan: “perjanjian baku, bukan perjanjian, sebab kedudukan pengusaha di
dalam perjanjian itu adalah seperti pembentuk undang-undang swasta. syarat-syarat yang ditentukan pengusaha dalam perjanjian itu adalah undang-undang dan bukan perjanjian”.
105
J.Satrio, Op.cit hlm 23
Universitas Sumatera Utara
81
Pandangan Mariam Darus Badrulzaman mengkaji asas kebebasan para pihak
106
. Disini salah satu pihak tidak mempunyai kekuatan tawar-menawar dalam menentukan isi Kontrak, khususnya
Kontrak Production Sharing. BP Migas hanya perlu menyodorkan isi Kontrak tersebut kepada badan usaha dan badan usaha tetap tinggal menyetujui “ya” atau “tidak”. Apabila badan usaha
dan atau badan usaha tetap menyetujui substansinya , ia menandatangani Kontrak tersebut. Akan tetapi, apabila substansi itu tidak disetujui, maka ia tidak menandatangani Kontrak itu.
Objek Kontrak Production Sharing adalah kegiatan usaha minyak dan gas bumi, terutama kegiatan usaha hulu yang mencakup eksplorasi dan eksploitasi. eksplorasi dalah kegiatan yang
bertujuan memperoleh informasi mengenai kondisi geologi untuk menemukan dan memperoleh perkiraan cadangan minyak dan gas bumi di wilayah kerja yang ditentukan. eksploitasi adalah
rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan minyak dan gas bumi dari wilayah kerja yang ditentukan, yang terdiri atas pengeboran dan penyelesaian sumur, pembangunan sarana
pengangkutan, penyimpanan, dan pengolahan untuk pemisahan dan pemurnian minyak dan gas bumi di lapangan serta kegiatan lain yang mendukungnya.
2. Prosedur Kegiatan Pertambangan dalam Lingkungan Hidup
Setiap Kontrak pertambangan wajib memperhatikan kondisi lingkungan hidup. sistem penambangan yang memperhatikan kondisi lingkungan ini disebut sistem penambangan good
and green practice mining. dalam praktiknya, konsep pengelolaan lingkungan industri
pertambangan harus mampu melakukan identifikasi dampak apa saja yang akan ditimbulkan dari setiap tahapan kegiatan usaha pertambangan secara cermat. penerapan dan pelaksanaan konsep
good and green practice mining bertujuan agar pengelolaan bahan galian memberikan manfaat
106
Ibid
Universitas Sumatera Utara
82
optimal bagi negaradaerah dan masyarakat dimana industri tambang berjalan. sejalan dengan itu, sebagaimana diuraikan diatas, maka faktor utama dapat berjalnnya konsep tersebut adalah
berjalannya fungsi pengawasan dan pengendalian di tangan pemerintah pusatpemerintah daerah sebagai regulator
107
. Kondisi lingkungan dan menerapkan AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
mengingat bahwa kegiatan pertambangan dapat menyebabkan : morfologi alam, ekologi, hidrologi, pencemaran air, udara, dan tanah.
Kegiatan usaha pertambangan telah dapat dipastikan merupakan kegiatan yang akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. dengan demikian, dalam praktiknya
memerlukan penanganan secara cermat. kecermatan dan ketelitian dalam pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan, diharapkan dapat menekan berbagai kemungkinan kendala teknis dan non
teknis, yang dapat bermuara pada timbulnya kerusakan lingkungan yang tidak terkendali, dan sebaliknya, kecermatan dan ketelitian itu diharapkan mendorong efisiensi dan efektifitas kerja di
lapangan. pencapaian efisiensi dan efektifitas operasional sebuah kegiatan usaha biasanya dimulai dari sebuah perencanaan kerja yang baik dan sistematis, dengan menempatkan instrumen
pengawasan dan evaluasi di dalamnya
108
. Undang-Undang Lingkungan Hidup Nomor 32 tahun 2009 juga memberikan petunjuk yang
jelas tentang kewajiban Para Pengusaha Pertambangan untuk menjaga kelestarian lingkungan di wilayah pertambangan bahkan Undang-undang ini memberikan sanksi pidana bagi setiap
pelanggar.
107
Nandang Sudrajat, Op.cit.
108
Ibid hlm. 132-133
Universitas Sumatera Utara
83
Jika perusahaan pertambangan yang dalam hal ini melaksanakan pertambangan minyak dan gas bumi tidak menerapkan kepedulian terhadap lingkungan sekitar merupakan cerminan bila
tidak mematuhi isi Kontrak. Kegiatan produksi minyak bumi merupakan suatu rangkaian proses yang kompleks dengan
melibatkan berbagai kegiatan industri minyak bumi mulai dari hulu sampai hilir yang meliputi kegiatan eksplorasi, eksploitasi, pengolahan dan transportasi. hal ini berarti perkembangan
industri baik pengolahan minyak bumi maupun industri yang menggunakan minyak bumi, ternyata merupakan salah satu sumber pencemar lingkungan.
Minyak bumi merupakan salah satu bahan kimia berbahaya dan beracun yang berpotensi mencemari lingkungan. baik tumpahan maupun ceceran minyak bumi di tanah maupun di
perairan, yang disengaja maupun tidak, memerlukan perhatian yang lebih serius mengingat minyak bumi merupakan senyawa xenobiotik yang seringkali bersifat rekalsitran sehingga tidak
mudah terdegradasi secara alami
109
. Menurut Harayama bioremediasi merupakan salah satu metode yang dapat dilakukan untuk mengatasi pencemaran minyak bumi sebab dari segi biaya
dan kelestarian lingkungan, biremediasi lebih murah dan berwawasan lingkungan dibandingkan dengan metode pemulihan lingkungan baik secara fisika maupun kimia
110
. Inilah yang dikerjakan oleh Perusahaan Investor Asing dalam Pertambangan Minyak bumi
dengan mengadakan pemulihan terhadap kondisi lingkungan yang telah terkontaminasi dengan minyak bumi, dan hal ini pun diatur di dalam Production Sharing contract. pelaksanaan dan
pengawasan perlindungan dan pelestarian di lingkungan pertambangan minyak dan gas bumi pada mulanya dilakukan hanya berdasarkan prinsip umum yang berlaku di industri perminyakan
109
Astri Nugroho. Bioremediasi Hidrokarbon Minyak Bumi. Jakarta: Graha Ilmu, 2006 hlm.vii
110
Ibid hlm 32
Universitas Sumatera Utara
84
seperti: ”good oil field practices”,” prudent and workmanlike manner operation” dan “safe and soud engineering principles”
111
. Dengan munculnya isu lingkungan hidup, kontraktor dipaksa
untuk mempertimbangkan semua faktor yang berkaitan dengan upaya pelestarian dan perlindungan lingkungan dalam pelaksanaan operasi nantinya. biaya operasi akan naik
dikarenakan perlunya pengeluaran tambahan untuk membelibarang modal atau untuk biaya operasi lainnya untuk tujuan perlindungan lingkungan hidup
112
. 3.
Pengaturan Pelestarian Lingkungan dalam KepMen 128 tahun 2003 Pasca dikeluarkan KEPMEN nomor 128 tahun 2003, memaksa setiap perusahaan
bertanggung jawab terhadap pencemaran yang terjadi akibat pengeboran. Dengan dalih tersebut maka terjadilah proyek biomediasi atau pemurnian tanah akibat pencemaran.
Pemulihan fungsi lingkungan hidup wajib dilaksanakan oleh pihak yang melakukan pencemaran maupun perusakan lingkungan hidup, sebagaimana diatur dalam Pasal 54 ayat 1
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kegiatan industri yang menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun wajib mengolah
limbah hasil produksinya sebelum membuangnya ke media lingkungan hidup, limbah minyak bumi yang dihasilkan usaha atau kegiatan minyak, gas, dan panas bumi atau kegiatan lain yang
menghasilkan limbah minyak bumi merupakan limbah bahan berbahaya dan beracun, demikian diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun jo. Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999.Pelaksanaan pengolahan limbah minyak bumi dan
tanah yang terkontaminasi minyak bumi dapat dilakukan secara biologis, yang mana tata cara pelaksanaannya diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 128 Tahun
111
Rudi Simamora, Hukum Minyak dan Gas Bumi Jakarta: Djambatan, 2000, hlm. 87
112
Ibid hlm 142
Universitas Sumatera Utara
85
2003 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Minyak Bumi dan Tanah Terkontaminasi oleh Minyak Bumi Secara Biologis.
Kegiatan bioremediasi yang dilakukan oleh CPI dilakukan berdasarkan ketentuan pada PP No. 18 Tahun 1999 tentang pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun jo. PP No. 85
Tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP No. 18 Tahun 1999. Sedangkan untuk tata cara pelaksanaan bioremediasi dilaksanakan berdasarkan ketentuan pada KepMenLH No. 128 Tahun
2003. Namun proyek tersebut masuk dalam biaya operasional cost recovery yang menjadi tanggung
jawab perusahaan dan negara, dalam hal ini Chevron dan SKK Migas.
H. KriminalisasiPemidanaan Perjanjian Production Sharing