b Wanita dengan bibinya atau kemenakannya. 2 Larangan tersebut pada ayat 1 tetap berlaku meskipun isteri-isterinya telah
ditalak raj`i, tetapi masih dalam masa iddah. d.
Pasal 42 Seorang pria dilarang melangsungkan perkawinan dengan seorang wanita
apabila pria tersebut sedang mempunyai 4 empat orang isteri yang keempat- empatnya masih terikat tali perkawinan atau masih dalam iddah talak raj`i ataupun
salah seorang diantara mereka masih terikat tali perkawinan sedang yang lainnya dalam masa iddah talak raj`i.
e. Pasal 43 1 Dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria :
a Dengan seorang wanita bekas isterinya yang ditalak tiga kali. b Dengan seorang wanita bekas isterinya yang dili`an.
2 Larangan tersebut pada ayat 1 huruf a. gugur, kalau bekas isteri tadi telah kawin dengan pria lain, kemudian perkawinan tersebut putus ba`da dukhul
dan telah habis masa iddahnya. f. Pasal 44
Seorang wanita Islam dilarang melangsungkan perkawinan dengan seorang pria yang tidak beragama Islam.
F. Pencegahan Perkawinan
1. Pencegahan Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan
Universitas Sumatera Utara
Pasal 13 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menetukan bahwa perkawinan dapat dicegah apabila ada pihak-pihak yang tidak
memenuhi syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan. Pencegahan perkawinn harus didasarkan pada alasan-alasan yang ditentukan oleh Undang-
Undang. Alasan-alasan mengajukan pencegahan perkawinan diantaranya karena :
58
a. Calon mempelai masih di bawah pengampuan
b. Salah satu calon mempelai atau keduanya belum cukup umur.
c. Adanya larangan perkawinan.
d. Terjadinya cerai berulang.
e. Dan tidak dipenuhinya tata cara perkawinan.
Pencegahan perkawinan diatur dalam Bab II Undang-Undang Perkawinan, Pasal 13 sampai dengan Pasal 21.
59
Pihak-pihak yang dapat mengajukan pencegahan perkawinan adalah :
60
a. Para pihak yang garis lurus ke atas dan ke bawah.
b. Saudara.
c. Wali nikah.
d. Wali pengampu.
e. Pihak-pihak yang berkepentingan.
f. Mereka yang masih terikat dalam perkawinan.
58
Hilman, Cet.Ke-1, Op.cit, hal.72
59
Wahono Darmabrata dan Surini Ahlan Sjarif, Hukum Perkawinan dan Keluarga di Indonesia, Cet.Ke-2, Fak. Hukum Universitas Indonesia Jakarta, 204, hal.40-41
60
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, hal.5-6pihak-pihak yang dapat mengajukan perkawinan
Universitas Sumatera Utara
g. Pejabat yang ditunjuk pasal 7 ayat 1 dan pasal 8 UU No.1 Tahun 1974.
Apabila suatu perkawinan dilaksanakan secara sah berdasarkan Hukum Adat dan Hukum Agama, hanya saja tidak memenuhi ketentuan Undang-Undang
Perkawinan ini, maka perkawinan itu tidak termasuk yang harus dicegah jika pasangan perkawinan tidak ada masalah dalam perkawinannya.
61
Pencegahan perkawinan diajukan ke Pengadilan Agama untuk perkawinan secara Islam dan ke Pengadilan Negeri untuk perkawinan di luar Islam, dalam
daerah hukum dimana perkawinan akan dilangsungkan dengan memberitahukan kepada pegawai pencatat perkawinan.
2. Pencegahan Perkawinan Menurut Hukum Adat.
Dalam masyarakat Hukum Adat tidak mengenal lembaga pencegahan perkawinan layaknya seperti dalam Undang-Undang Perkawinan. Orang tua pada
umumnya tidak mau membawa persoalan perkawinan ke pengadilan atau kantor. Hal ini dikarenakan bahwa upaya damai adalah hal biasa yang ditempuh untuk
menyelesaikan persoalan. Selain itu masyarakat hukum adat yang berbeda-beda sistem
kekerabatannya memiliki cara yang berbeda-beda pula dalam menyelesaikan permasalahan terhadap lembaga perkawinan, ada yang menganut semenda dan
ada yang bebas mencar , mentas. Hukum adat tidak melarang poligami atau terjadinya cerai kawin berulang dan tata cara perkawinan yang berlaku adalah
menurut adat istiadat masing-masing.
61
Hilman, Op.Cit, hal.72
Universitas Sumatera Utara
Pencegahan perkawinan menurut Hukum Adat merupakan kasuistis, dimana pencegahan perkawinan biasanya terjadi apabila ada perbedaan agama,
suku bangsa, kasta keturunan, perbedaan martabat adat, adanya larangan adat misal kawin semarga dalam adat batak, larangan bepindah agama dalam adat bali,
kawin lari, dan perselisihan pembayaran uang jujur dan sebagainya.
62
Semisal dalam kasus kawin lari maka orang tua perempuan boleh mengajukan keberatan atas ketidaksediaan anak perempuannya dibawa lari oleh
pihak laki-laki melalui kepala adat dan alat negara. Namun hal ini jarang terjadi, kecuali dengan paksa dibawa kawin lari oleh si laki-laki padahal si perempuan
tidak berkenan.
3. Pencegahan Perkawinan Menurut Kompilasi Hukum Islam.