Pencegahan perkawinan dapat diajukan oleh keluarga garis keturunan lurus ke atas dan ke bawah, wali nikah, wali pengampu, dan pihak-pihak yang
bersangkutanPasal 62. Pencegahan perkawinan diajukan ke Pengadilan Agama dan diputuskan oleh Pengadilan Agama. Apabila ada pihak-pihak yang ingin
mencabut kembali permohonan pencegahan perkawinan dan ingin melanjutkan perkawinan maka Pegawai pencatat Nikah akan terlebih dahulu memeriksa
perkara tersebut untuk dilanjutkan atau tidak.
G. Pembatalan Perkawinan
1. Pembatalan Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan
Perkawinan yang tidak memenuhi syarat-syarat Undang-Undang dapat dibatalkan keabsahannya. Perkawinan anak dibawah umur tidak memenuhi syarat-
syarat dalam Undang-Undang Perkawinan, karena melanggar batas umur seperti yang telah ditentukan dalam Undang-Undang.
Selain itu, dalam pasal 27 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan bahwa seorang suami isteri dapat mengajukan
permohonan pembatalan perkawinan apabila :
63
a. Perkawinan yang dilangsungkan di bawah ancaman yang melanggar hukum. b. Pada waktu berlangsungnya perkawinan terjadi salah sangka mengenai diri
suami isteri.
63
Libertus Jehani, Perkawinan Apa Risiko Hukumnya, Forum Sahabat, Jakarta, 2008, hal.40-41
Universitas Sumatera Utara
Pengajuan permohonan pembatalan perkawinan diajukan ke pengadilan daerah hukum dimana perkawinan tersebut dilangsungkan atau tempat tinggal
kedua suami isteri pasal 25 Undang-Undang Perkawinan.
Dalam pasal 23 Undang-Undang Perkawinan disebutkan pihak yang dapat membatalkan perkawinan yaitu :
64
a. Para keluarga dalam garis keturunan yang lurus ke atas dari suami atau isteri.
b. Suami atau isteri.
c. Pejabat yang berwenang hanya selama perkawinan belum putus.
d. Pejabat yang ditunjuk dan setiap orang yang mempunyai kepentingan hukum
secara lansung terhadap perkawinan tersebut, tetapi hanya setelah pekawinan itu putus.
2 . Pembatalan Perkawinan Menurut Hukum Adat
Pada umumnya masyarakat Hukum Adat Indonesia tidak mengenal lembaga pembatalan perkawinan, oleh karena pada dasarnya Hukum Adat tidak
berpegang pada persyaratan kawin yang memerlukan adanya persetujuan kedua calon mempelai dan batas umur. Yang dikenal adalah oleh karena pengaruh
agama yang dianut, yaitu larangan perkawinan sedarah, berhubungan semenda, hubungan sesusuan dan hubungan kekerabatan klen.
Pada masyarakat adat telah mendarah daging bahwa pembatalan perkawinan adalah sesuatu yang pantang dilakukan. Pembatalan perkawinan
64
Ibid
Universitas Sumatera Utara
berarti mencoreng martabat keluargakerabat. Sebab jika terjadi pembatalan perkawinan dalam masyarakat adat maka si gadis tersebut telah berstatus janda.
Janda memiliki nilai yang rendah di kalangan masyarakat adat,seperti sulit untuk mendapatkan pasangan.
Sebagian kalangan masyarakat adat di Indonesia memilki prinsip berbeda, yaitu bahwa apabila perkawinan dianggap tidak baik maka perceraian dapat
ditempuh. Masyarakat adat tersebut antara lain, Jawa, melayu, minangkabau dahulu, dan kalangan minahasa yang membolehkan ‘hidup bersama’.
65
3. Pembatalan Perkawinan Menurut Kompilasi Hukum Islam.