wasiat, termasuk hak-hak pakai dan hutang piutang lainnya yang dibawa oleh masing-masing suami atau isteri ke perkawinan mereka. Pada masyarakat
patrilineal yang melaksanakan perkawinan jujur, istri ikut dan tunduk pada hukum kekerabatan suaminya, maka yang disebut harta bawaan adalah barang-barang
yang dikuasai suami dan dimilikinya adalah harta penunggu atau harta penanti suami.
3. Akibat Hukum dari Perkawinan di bawah Umur Menurut Kompilasi
Hukum Islam
Pada masyarakat yang menganut Islam, perkawinan merupakan suatu hal yang harus dilaksanakan sesuai dengan ajaran syariat Islam. Baik Perkawinan di
bawah umur maupun perkawinan pada umumnya adalah sah sepanjang telah memenuhi syarat dan rukun nikah namun, haram apabila mengakibatkan
mudharat.
Perkawinan menurut Kompilasi Hukum Islam sendiri tidak jauh berbeda konsepnya dengan perkawinan secara adat. Namun, perkawinan yang menurut
Undang-Undang Perkawinan adalah perkawinan di bawah umur sama halnya dengan ketentuan yang dibuat oleh KHI sesuai batasan umur menikah yang ada,
dimana ketentuan demikian tidak diatur dalam Hukum Adat. Perkawinan dilakukan untuk menerapkan prinsip-prinsip universal Hukum
Islam dalam Al Qur’an yang menyatakan bahwa perkawinan tersebut
dilangsungkan demi menjaga agama, jiwa bahkan keturunan.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu, perkawinan menurut Kompilasi Hukum Islam adalah sesuatu hal yang tidak dapat dibatasi oleh apapun kecuali syariat dan rukum Islam
itu sendiri. Perkawinan yang sah menurut Kompilasi Hukum Islam akan mengakibatkan akibat hukum yang sah. Perkawinan di bawah umur menurut
Kompilasi Hukum Islam menimbulkan akibat hukum terhadap pihak-pihak yang melangsungkan perkawinan tersebut. Akibat hukum dari perkawinan di bawah
umur akan timbul terhadap hubungan suami isteri, kedudukan anak, dan harta kekayaan.
Sebagaimana mestinya Hukum Islam lewat Kompilasi Hukum Islam telah meletakkan dasar hukumnya pada Al Qur’an dan Hadist. Menurut Kompilasi
Hukum Islam KHI suatu perkawinan akan berkekuatan hukum jika telah dicatatkan.
109
Artinya perkawinan di bawah umur sebaiknya dicatatkan di hadapan Pegawai Pencatat Nikah. Sebab banyak sekali fenomena dalam pelaksanaan
perkawinan bahwa perkawinan tersebut tidak dicatatkan sehingga tidak berkekuatan hukum yang akhirnya menyulitkan pihak-pihak tersebut dikemudian
hari ketika berbenturan dengan masalah hukum. Dalam Hukum Islam, masih menurut Kompilasi Hukum Islam, menyatakan bahwa calon pasangan suami isteri
berhak membuat perjanjian kawin.
110
Dengan adanya perjanjian kawin maka akan timbul akibat hukum yang sesuai dengan isi perjanjian kawin tersebut. Sebab
dalam perjanjian kawin dapat diperjanjikan hal-hal yang mengenai harta kekayaan, tempat kediaman bahkan masalah pemeliharaan anak. Mengetahui
akibat hukum dari suatu perkawinan yang dilansungkan adalah hal wajar dan
109
Kompilasi Hukum Islam Pasal 6 ayat 2
110
Ibid, Pasal 45-52
Universitas Sumatera Utara
wajib bagi calon pasangan suami-isteri. Dengan adanya perjanjian kawin maka di masa yang akan datang setiap calon pasangan suami-isteri telah bisa
mengantisipasi akibat-akibat hukum yang akan muncul dikemudian hari. Akibat hukum dari perkawinan yang dilangsungkan akan sejalan dengan hal-hal apa yang
diperjanjikan di dalam perjanjian kawin, sebab perjanjian kawin tersebut akan mengikat bagi kedua belah pihak dan memberi batasan-batasan mengenai hal-hal
yang hendak dilaksanakan.
a. Akibat hukum terhadap hubungan suami-isteri
Dengan adanya perkawinan yang sah maka secara otomatis akan menimbulkan akibat-akibat hukum bagi suami-isteri yakni berupa hak dan
kewajiban. 1
Suami adalah kepala keluarga dan isteri adalah ibu rumah tangga. 2
Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam rumah tangga dan kehidupan bersama dalam masyarakat.
3 Suami-isteri masing-masing berhak melakukan perbuatan hukum.pasal 79
KHI 4
Suami isteri memikul kewjiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan warahmah yang menjadi sendi dasar dan
susunan masyarakat. 5
Suami isteri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain.pasal 77 ayat 2
6 Suami wajib menyediakan tempat kediaman bagi isteri dan anak-anaknya
atau bekas isteri yang masih dalam iddah.pasal 81 ayat 1.
Universitas Sumatera Utara
7 Suami adalah pembimbing, terhadap isteri dan rumah tangganya, akan tetap
mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan oleh suami isteri bersama.pasal 80 ayat 1.
8 Kewajiban utama bagi seoarang isteri ialah berbakti lahir dan batin kepada
suami di dalam yang dibenarkan oleh Hukum Islam.pasal 83 ayat 1.
b. Akibat hukum terhadap anak
Bahwa pada dasarnya anak yang dilahirkan dalam perkawinan yang sah akan memiliki hubungan hukum yang sah terhadap orang tuanya. Anak dalam
perkawinan memiliki kedudukan yakni : 1
Anak sah oleh perkawinan yang sah. Hasil perbuatan suami-isteri yang sah di luar rahim isteri dan dilahirkan oleh isteri tersebut adalah sah.
2 Anak yang lahir di luar perkawinan hanya memiliki hubungan nasab dengan
ibunnya dan keluarga ibunya pasal 100 KHI. Oleh sebab kajian Hukum Islam tidak menyebutkan adanya perkawinan di
bawah umur secara mutlak dan eksplisit maka anak yang lahir dari perkawinan di bawah umur menurut Undang-Undang Perkawinan, bukanlah anak haram yang
notabene lahir dari orang tua yang masih di bawah umur atau lahir dari perkawinan orang tua yang masih belum menikah, melainkan anak tersebut akan
menjadi anak sah apabila kedua orang tuanya tetap melangsungkan pernikahan meskipun menikah dengan situasi kecelakaanmerried by accident. Hal ini pada
proses kelahiran anak tersebut is telah memiliki orang tua sah dimana orang tua anak telah menyelesaikan syarat dan rukun nikah sesuai dengan Syariat Islam.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu maka anak tersebut berhak penuh atas hak sebagai anak keturunan orang tuanya.
Pada ketentuannya, orang tua anak berhak mewakili si anak dalam melakukan perbuatan hukum selama anak masih dalam pengampuan dan
perwalian. Hal ini berhubungan dengan umur anak yang belum bisa dinyatakan cakap hukum.
c. Akibat hukum terhadap harta kekayaan
Mengenai akibat hukum dari perkawinan terhadap harta kekayaan, seiring dengan ketentuan Undang-undang Perkawinan, menurut ketentuan Pasal 85 jo
pasal 87 KHI, harta dalam perkawinan dibedakan menjadi 2 macam yaitu : harta bawaan dan harta bersama.
111
1 Harta bawaan
Harta bawaan adalah harta yang dibawa oleh masing-masing suami isteri ke dalam perkawinannya, harta benda yang diperoleh masing-masing baik sebagai
hadiah atau warisan. Harta bawaan dikuasai oleh masing-masing pemiliknya yaitu suami dan isteri. Artinya seorang suami atau isteri berhak sepenuhnya untk
melakukan perbuatan hukum mengenai harta bendanya masing-masing. Tetapi bila suami isteri menentukan lain yang dituangkan dalam perjanjian perkawinan
misalnya, maka penguasaan harta bawaan dilakukan sesuai dengan isi perjanjian itu.
111
Pasal 85 KHI menyatakan : adanya harta bersama dalam perkawinan itu tidak menutup kemungkinan adanya harta milik masing-masing suami isteri.
Universitas Sumatera Utara
2 Harta Bersama.
Harta bersama adalah harta yang diperoleh selama perkawinan baik oleh suami isteri secara bersama-sama atau oleh suami-isteri secara masing-masing
tanpa mempedulikan atas nama siapa. Pada dasarnya Kompilasi Hukum Islam tidak mengenal percampuran harta
bawaan suami-isteri secara otomatis akibat perkawinan. Harta bawaan isteri tetap milik isteri dan dikuasai sepenuhnya oleh isteri demikian juga sebaliknya harta
bawaan suami tetap milik suami dan dikuasai sepenuhnya oleh suami.
112
Kompilasi Hukum Islam juga memberikan kelonggaran kepada mereka berdua untuk membuat perjanjian perkawinan sesuai dengan keinginan mereka
berdua, dan perjanjian itu akhirnya mengikat mereka berdua secara hukum.
113
Bahwa selanjutnya menurut pasal 85 KHI diatur mengenai harta perkawinan sebagai berikut :
a Adanya harta perkawinan, tidak menutup kemungkinan adanya harta masing-
masing suami isteri. Pasal 85 KHI. b
Pada dasarnya tidak ada percampuran harta bawaan suami dengan harta bawaan isteri karena perkawinan. Pasal 86 KHI.
c Harta isteri tetap hak isteri dan dikuasai sepenuhnya oleh isteri demikian juga
sebaliknya harta suami tetap hak suami dan dikuasai sepenuhnya oleh suami. Pasal 86 ayat 2 KHI.
112
Djamil Latif, Aneka Hukum Perceraian di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982, hal.82
113
Zahri Hamid, Pokok-Pokok Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan di Indonesia, Binacipta, Jakarta, 1978, hal.31
Universitas Sumatera Utara
d Harta bawaan dari masing-masing suami isteri dan harta yang masing-masing
diperoleh dari hadiah dan warisan adalah di bawah penguasaan masing- masing, sepanjang para pihak tidak menentukan lain dalam perjanjian
perkawinan. Pasal 87 ayat 1 KHI. e
Suami dan isteri mempunyai hak yang sama dalam melakukan perbuatan hukum atas harta masing-masing berupa hibah, hadiah, sedekah, dan lainnya.
Pasal 87 ayat 2 KHI. f
Suami dan isteri tidak dapat menjual atau memindahkan harta bersama tanpa persetujuan yang lain. Pasal 92 KHI.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa selain harta bawaan Kompilasi Hukum Islam juga mengenal harta bersama. Hal ini dikarenakan
seorang pria menikahi seorang wanita dan hidup bersama, maka harta yang dihasilkan selama perkawinan menjadi harta bersama oleh karena adanya asas
Syarikat Fil Hayat yaitu kongsi dalam melayari bahtera hidup. Dengan itu maka suami isteri memiliki kongsi yang tidak terbatas.Syarikah Abadan.
114
hal ini sesuai dengan ketentuan Surat Al-Nisa’: ayat 21 yang menyatakan :
“Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul bercampur dengan yang lain sebagi suami isteri. Dan mereka isteri-
isterimu telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat”
115
114
T.M. Hasbih Ash Shiddiqie, Pedoman Rumah Tangga, Pustaka Maju, Medan, 1971, hal.9
115
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Proyek Penerbit Kitab Suci Al-Qur’an, Jakarta, 1974, hal.123
Universitas Sumatera Utara
B. Upaya Pemerintah Untuk Menegakkan Hukum Dalam Pelanggaran