61 5
Jalan Tanah 7
DUSUN I,II,III 6
Jalan Koral 6
Dusun I,II,III 7
Jalan Poros 3
Dusun I,II,III 8
Rumah Kompos -
- 9
Embung Air 2
Dusun I,III 10
Sumur Bor -
-
4.1.2 Sejarah Desa
Menurut sejarah dahulu kala, atau zaman penjajahan Belanda bahwa desa Lintongnihuta adalah bagian dari Kenegerian Rianiate yang dipimpin oleh seorang
Kepala Negeri. Akibat dari Politik Devide Et Imvera oleh Kolonial Belanda maka Kenegerian Rianiate tepecah menjadi beberapa bagian wilayah yang disebut
BIUS. Lintongnihuta termasuk salah satu dari Bius yang disebut Bius Siualu Tali yang berdampingan dengan Bius Sisada Rassang. Bius dipimpin oleh seorang
Pandua, dan kepemimpinannya dilanjutkan atau diwariskan kepada keturunan Pandua yang disebut dengan Dewan. Setiap perkampungan warga di dalam Bius
dipimpin oleh seorang Happung. Pada saat itu Bius Siualu Tali Lintongnihuta Dipimpin oleh Pandua Op. Hujogo Nadeak yang dilanjutkan oleh keturunannya
Peterus Nadeak yang disebut sebagai Dewan. Bius Sisada Rassang Aeksorseang – Sitonggi-tonggi dipimpin oleh Pandua Marga Simbolon.
Bius Siualu Tali adalah tanah wilayat yang dikuasai oleh 8 delapan marga dan 8 delapan raja dari setiap marga. Kedelapan Raja ini adalah Raja
Tanah di Bius Siualu Tali sesuai dengan pembagian letak tanah yang disebut dengan Talian atau Golat yang terdiri dari delapan Golat. Pembagian ini dilakukan
Universitas Sumatera Utara
62 sesuai dengan adat Bius Siualu Tali yang dilambangkan dengan seekor Horbo
kerbau. Horbo ini dibagi 2 bagian yang disebut Bariba Horbo dibelah dua. Setiap Bariba Horbo atau disebut Sambariba Horbo Separoh dari Kerbau
melambangkan Satu Raja Jolo yang memimpim 4 Marga Raja. Kedua Bagian Bariba Horbo ini di Rajai Oleh Raja Jolo Simbolon yang Merajai Bariba Horbo
Simbolon dan Raja Jolo Sitanggang yang merajai Bariba Horbo Sitanggang. Sambariba Horbo Simbolon terdiri dari Marga:
- Simbolon - Sitanggang
- Sirimbang - Sigalingging
- Nadeak - Malau
- Tamba - Naibaho
Berdasarkan Delapan marga inilah terjadinya delapan Harajaon Tano Kerajaan Tanah, Delapan Talian atau Golat dengan sebutan lain delapan Turpuk.
Dan selanjutnya pembagian Jambar atau Torda Bius disesuaikan dengan bentuk Harajaon Tano Kerajaan Tanah. Bius Sisada Rassang Aeksorseang Sitonggi-
tonggi artinya satu Marga yang menjadi Tuan Tanah yaitu Marga Simbolon. Marga inilah yang mengangkat Marga lain untuk menjadi Raja-Raja Bius untuk
memenuhi syarat Kebiusan seperti halnya Bius Siualu Tali. Terbentuknya Desa Lintongnihuta adalah hasil mufakat dari Penatua-
penatua dan Raja-raja Bius dari Dua Bius yaitu Bius Siualu Tali Lintongnihuta dan Bius Sisada Rassang Aeksorseang - Sitonggi-tonggi sebelum kemerdekaan
Republik Indonesia. Pada waktu itu Desa dipimpin oleh beberapa Kepala Happung yang diangkat oleh kepala kenegerian Rianiate Kepala Nagari. Hingga
tahun 1965 desa masih dipimpin oleh Kepala Happung yang diangkat oleh Kepala
Universitas Sumatera Utara
63 Nagari. Pada tahun 1966 Pemimpin desa dipilih oleh masyarakat yang disebut
dengan Kepala Desa. Kepala Desa yang pertama terpilih adalah bernama Jamuda Nadeak 1966 – 1984. Sejak Tahun 1984 terjadi Periodeisasi untuk
kepemimpinan Desa. dari 1984 hingga 1992 Desa Lintongnihuta dipimpin oleh Hasiholan Simbolon dan 1992-2000 Desa Lintongnihuta tetap dipimpin oleh
Hasiholan Simbolon. Tahun 2000-2007 dipimpin oleh Manogu Simbolon. Tahun 2007- Sekarang dipimpin oleh Sahat Simbolon.
Batas-batas desa Lintongnihuta mempunyai sejarah pertada ingatan yang sah sebagai perpadanan atau perjanjian antar biusdesa tetangga yang
berdampingan dengan desa Lintongnihuta, sebagai berikut: Sebelah Timur
: Berbatas dengan Desa Ronggurnihuta. Dengan sejarah pertandaparpadanan Situmurun, Batu Magulang dan Aek
Sirara, Sitonggi-tonggi natarulang ujung tali dolok raja yang artinya: apabila masyarakat desa Ronggurnihuta
turun menggarap tanah melewati batas wilayah desa Lintongnihuta akan turun harkat dan martabat
kemanusiaannya Situmurun, Magulang Hajolmaonna Susah keturunannya Batu Magulang, Merah Air
KencingnyaMelarat Kehidupannya Aek Sirara. Sebelah Barat
: Berbatas dengan Desa Paraduan. Sebagai pertanda batas adalah Jalan Desa Paraduan yang membentang dari desa
Sabungannihuta menuju desa Parmonangan dan bukit landai sebagai tanah Kas desa atau Hutan Rakyat desa
Lintongnihuta.
Universitas Sumatera Utara
64 Sebelah Utara
: Berbatas dengan desa Sabungannihuta dan desa Sijambur. Dengan pertanda; ke desa Sabungannihuta adalah Munggu
Tambak Hau yang ditanamai pohon Hariara di Partukkot Silali desa Sabungannihuta. Ke desa Sijambur adalah
Munggu Tambak Hau yang ditanam Pohon Bintatar di Panaharan Dekat Lokasi SMP Karya Murni sampai ke
Lumban Dolok ditandai dengan Utusan Masyarakat bius Siualutali Lintongnihuta ditempatkan marhuta diwilayah
perbatasan untuk mengawasi batas-batas tersebut yaitu Huta Pallimutan yang diutus adalah Naibaho dan
Sigalingging. Huta baru 1 ditempatkan Marga Sitanggang dan Malau. Hutabaru 2 ditempatkan marga Simbolon dan
Sirimbang dan Huta Pardekkean ditempatkan marga Nadeak dan Tamba.
Sebelah Selatan : Berbatas dengan desa Huta Ginjang Kec. Palipi.
Parpadanan Huta Sitabo-tabo desa Huta Ginjang dan Huta Sitonggi-tonggi desa Lintongnihuta yang artinya Rukun
dan Damai berdampingan karena warga masih satu rumpun diwilayah perbatasan.
Sesuai perkembangan zaman, Desa Lintongnihuta tetap mengikuti perkembangan pembangunan di bidang Kemasyarakatan, Infrastruktur, Pertanian
Pendidikan, Kesehatan, Agama, Sosial dan Budaya, dan lain-lain. Masyarakat tetap memegang teguh syarataturan Kebiusan yang kokoh sesuai adat istiadat
Universitas Sumatera Utara
65 setempat, dan tetap mempertahankan pokokpola pikir Penatua-penatuaRaja-raja
Bius terdahulu untuk mengawasi dan memelihara keutuhan wilayah desa Lintongnihuta. Demikian secara singkat sejarah Desa Lintongnihuta.
4.1.3 Demografi Desa