36 Sesuai dengan kemampuan dasar pekerja sosial, maka pekerja sosial harus mampu
mengagitasi masyarakat bahwa kedua-duanya menghasilkan keuntungan dikedua belah pihak.
3. Pembela Tujuan sebagai pembela disini adalah agar pihak-pihak yang melakukan
program kesejahteraan sosial dapat menjalankan kewajiban hukum. Perlu dipahami bahwa pekerja sosial tidak tampil sebagai pembela dalam arti hukum
atau institusi pengadilan, tetapi tampil dengan tindakan edukatif dengan tujuan agar pihak penyelenggara program menyadari kewajibannya terhadap
masayarakat setempat demi menjalin hubungan yang baik. 4. Pelindung
Peran pekerja sosial sebagai pelindung sangat penting, dimana hal ini merupakan konsekuensi logis terhadap masyarakat setepat yang kerap kali
menjadi pihak yang tidak berdaya jika dihadapkan dengan pihak penyelenggara program. Oleh karena itu, peran pekerja sosial sebagai pelindung diharapkan
dapat mendukung masyarakat setempat dalam upaya memperoleh hak-hak mereka Siagian, 2010:95-96.
2.3 Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat
Terinspirasi dari kelompok diskusi atas persoalan-persoalan sosial dan perjuangan masyarakat di Sumatera Utara khususnya persoalan lingkungan dan
kasus struktural lainnya pada awal 1980-an, oleh sekelompok warga gereja dari berbagai latar belakang pendidikan dan pekerjaan, mendirikan KSPH Kelompok
Universitas Sumatera Utara
37 Studi Penyadaran Hukum pada 4 Februari 1984, beralamat di Siborongborong,
Tapanuli Utara.
Untuk mempertajam visi dan melengkapi pendekatan dalam pelayanannya, sejak 23 Februari 1985, KSPH berganti nama menjadi KSPPM Kelompok Studi
dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat. Kemudian pada 9 September 2005, KSPPM merubah bentuk kelembagaannya dari “Yayasan” menjadi
“Perhimpunan”. Keprihatinan KSPPM berangkat dari realitas kemiskinan, kondisi politik dan demokrasi, pelanggaran dan kekerasan terhadap hak asasi manusia,
dan dampak buruk yang ditimbulkan pembangunan terhadap lingkungan dan hak- hak rakyat atas SDA. Dalam kerangka itu, lembaga ini melakukan kerja-kerja
studi dan riset, pengorganisasian, pendidikan populer, dan advokasi untuk mendampingi rakyat petani marginal di Tapanuli, Sumatera Utara. Keikutsertaan
KSPPM bersama rakyat, khususnya di tengah-tengah petani miskin dan marginal di pedesaan, berlandaskan semangat Kristiani sebagaimana tertulis pada Injil
Markus 1: 15 dan Lukas 4: 18-28 S.R. DGI 1971, Pematang Siantar. Sejak 1993 Sopo KSPPM pindah ke Parapat dekat Danau Toba. Sekarang melayani di 3
wilayah: Humbang-Silindung, Toba, Samosir, sejak phasing out dari wilayah
Dairi pada 2009.
2.4 Community Organizing Community Development
Untuk menghindari kerancuan konteks yang bisa merusak pemahaman, maka lebih tepat untuk menelusuri lebih dalam asal-usul kerumitan. Dalam
perkembangan pendampingan di Indonesia, teradapat 2 model pendampingan yang sangat umum dikenal, yakni CO Community Organizing pengorganisasian
Universitas Sumatera Utara
38 komunitas dan CDCommunity Development pengembangan komunitas.
Kesalahpahaman selama ini oleh karena didalam bahasa Indonesia kedua kata itu sama-sama diinterpretasikan sebagai “pendampingan”. Padahal, kedua kata itu
secara mendasar mempunyai konteks makna yang berlainan.
2.4.1 Community Organizing CO
Pengorganisasian komunitas atau CO adalah pengembangan yang lebih mengutamakan pembangunan kesadaran kritis dan penggalian potensi
pengetahuan lokal masyarakat. CO mengutamakan pengembangan masyarakat berdasarkan dialog atau musyawarah yang demokratis. Usulan masyarakat
merupakan sumber utama gagasan yang harus ditindaklanjuti secara kritis, sehingga partisipasi rakyat dalam merencanakan, membuat keputusan dan
melaksanakan program merupakan tonggak yang sangat penting. CO bergerak dengan cara menggalang masyarakat ke dalam suatu
organisasi yang mampu menjangkau seluruh lapisan komunitas. Suara dan kepentingan rakyat lebih utama daripada kepentingan kaum elit. CO juga
memiliki arti penting pembangunan sarana-sarana fisik yang dapat menunjang kemajuan masyarakat, namun titik tekan pembangunan itu ialah pengembangan
kesadaran asyarakat sehingga mampu mengelola potensi sumber daya mereka. Secara umum, metode yang dipergunakan dalam pengorganisasian
masyarakat adalah penumbuhan kesadaran kritis, partisipasi aktif, pendidikan berkelanjutan, pembentukan dan penguatan organisasi rakyat. Semua itu bertujuan
untuk melakukan transformasi sistem sosial yang dipandang menghisap masyarakat dan menindas represif tujuan pokok CO adalah membentuk suatu
tatanan masyarakat yang beradab dan berkemanusian yang menjunjung tinggi
Universitas Sumatera Utara
39 nilai-nilai demokratis, adil, transparan, berkesejahteraan ekonomis, politik dan
budaya.
2.4.2 Community Development CD
Pengembangan komunitas atau CD adalah pengembangan yang lebih mengutamakan sifat fisikal masyarakat. CD mengutamakan pembangunan dan
perbaikan atau pembuatan sarana-sarana sosial ekonomi masyarakat. Contohnya, pelatihan mengeni gizi, penyuluhan KB, pembangunan WC, jalan raya, bantuan
hibah, bantuan peralatan sekolah, dan sebagainya. Dengan demikian, peningkatan pengetahuan, keterampilan dan penggalian
potensi-potensi sosial ekonomi yang ada lebih diutamakan untuk mensukseskan target yang sudah ditetapkan oleh satu pihak pemerintah atau LSM. Partisipasi
dan usulan dari bawah pada umumnya kurang didengar. Pihak yang didekati untuk memulai kegiatan CD itu antara lain elit masyarakat, aparat pemerintahan,
dan pihak birokratis lainnya. CD biasanya bersifat jangka pendek, fisikal, dan tidak berkelanjutan.
2.4.3 Pengorganisasian Masyarakat
Ciri-ciri pengorganisasian masyarakat antara lain: 1. Transformasi kaum miskin, papa, tak punya hak suara menjadi komunitas
yang lebih dinamis, partisipatif, dan responsif secara politis. 2. Proses pembangunan organisasi rakyat yang lebih kolektif partisipatif,
berkelanjutan, membebaskan, sistematis, dengan cara mobiliasasi dan penguatan kemampuan serta pengelolaan sumber daya rakyat sebagai
resolusi atas isu dan kebutuhan yang dapat memberikan perubahan terhadap kondisi hidup yang menindas dan menghisapnya.
Universitas Sumatera Utara
40 3. Proses pendidikan yang radikal dan non formal
4. Lebih berwatak strategis atau menekankan tujuan jangka panjang.
Komunitas Pedesaan
Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa CO menekankan pengorganisasian ditingkat komunitas. Oleh karena itu, perlu dijelaskan lebih dahulu pengertian
umum “komunitas”. •
Menurut Larry Lyon 1987:5, komunitas dirumuskan sebagai “Komunitas adalah kelompok orang yang bertempat tinggal di suatu
wilayah tertentu, mempunyai kepentingan bersama, saling berinterasi satu dengan lainnya”.
• Ferdinand Tonnies menjelaskan bahwa dalam bukunya Gemeinschaft
und gesellscahft- Community and society bahwa secara tipikal “gemeinschaft” mengacu pada tatanan hubungan manusia sebagai
keluarga besar di pedesaan, sedangkan gesselshcaft mengacu pada tatanan masyarakat yang lebih kapitalis. Gemeinschaft atau komunitas
didasarkan atas “kehendak” rasional yang mencakup rasionalitas individualisme, ikatan emosi. Basis societas adalah perkotaan,
kapitalisme industrial. Societas dicirikan sebagai netralitas afektif legalisme. Kedua tipe ini ideal Larry Lyon, 1987:7.
Tentu saja didalam praktiknya tidak mudah merumuskan secara formal pengertian komunitas apalagi dalam konteks pedesaan di Indonesia. Di suatu desa
mungkin akan kita temui beberapa komunitas dengan ikatan-ikatan dan hubungan- hubungan sosialnya yang asling berlainan. Di sisi lain, proses strukturisasi
masyarakat pedesaan terus berlangung sehingga hamper tidak mungkin
Universitas Sumatera Utara
41 menemukan komunitas yang relatif homogeny, misalnya masyarakat adat.
Kapitalisasi pedesaan yang berlangsung berates-ratus tahun telah menciptakan masyarakat pedesaan yang fragmentatif dan heterogen.
Mencermati tingkat kesulitan itu, maka jenis komunitas dalam kaitan kegiatan pendampingan masyarakat dapat dipersempit menjadi 4 tipe umum.
Artinya, secara umum orang akan melihat bahwa ada 4 tipe komunitas yang lazim menjadi wilayah pengorganisasian ataupun penguatan masyarakat marjinal, yakni:
1. Komunitas Pedesaan Rural Community
Ciri terpenting komunitas pedesaan adalah alat produksi agraris tanah dan system pertanian ekonomi yang sudah mengenai hierarki
kepemilikan: ada tuan tanah, petani kecil, buruh tani, pengerajin, dan lain- lainya.
2. Komunitas Perkotaan Urban Community
Ciri komunitas perkotaan, terutama komunitas miskin pinggiran, mereka pada umumnya merupakan orang desa yang urban. Ciri pokok mereka
ialah untuk bertahan hidup, mereka menjual tenaga fisik buruh: menjadi kuli, buruh pabrik, dan lainnya. Sebagian menjadi pedagang kecil, montir,
sopir, preman, pelacur, dan lainnya.
3. Komunitas Pesisir Pantai Coastal Community; dan
Ciri utama komunitas ini adalah sebagian besar tidak memproduksi, tetapi mengandalkan penagkapan sumber daya laut seperti ikan dan lain-lainnya.
Alat produksi perahu dan system ekonominya juga berhierarki: ada juragan kapal, tengkulak pemilik pukat, buruh, nelayan tradisionil, dan
sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
42
4. Komunitas Masyarakat Adat Pedalaman Indigenous Community
Ciri utama komunitas ini adalah kehidupan yang kolektif bersama-sama. Sistem kepemilikan alat produksi tanah dan pengelolaannya diatur oleh
hukum adat. Sistem pengambilan keputusan dikelola oleh ketua adat dan masalah secara umum diputuskan secara perembukan musyawarah.
Sebagai penjelasan tambahan, tipe komunitas desa adalah bermukim di dataran tinggi dan rendah. Tentu saja komunitas dataran rendah akan berbeda
dengan komunitas dataran tinggi. Kita tidak perlu menganalisa ha ltu secara mendetail. Tipe kedua komunitas urban, umumnya hidup di pinggiran kota, dekat
sungai, dan hidup berdesak-desakkan. Tipe ketiga ialah komunitas pesisir pantai sebagai desa kaum nelayan. Tipe keempat komunitas adat masyarakat adat yang
tinggal di pedalaman. Setiap tipe tersebut saling berbeda, khas, dan unik.
2.5 Credit Union CU 2.5.1 Sejarah dan Filosofi Credit Union
Gagasan berCredit Union lahir pertama kali di negera Jerman pada abad XXI, ketika kapitalisme dan revolusi industri muncul yang menimbulkan berbagai
protes dari rakyat. Pada waktu itu kondisi perekonomian negara Jerman sangat terpuruk dan warga menjadi miskin dan melarat. Untuk memenuhi kebutuhan
hidup, warga mulai meminjam kepada rentenir. Pada masa itu warga Yahudi yang tinggal di Jerman memiliki tingkat ekonomi yang lebih baik, sehingga dari
mereka banyak yang menjadi rentenir. Karena tidak memiliki pilahn lain, maka warga meminjamnya. Tanah dan rumah dijadikan agunan broh atau jaminan
hutang. Dengan demikian kondisi yang semakin terpuruk, tanah dan rumah mereka hilang disita rentenir akibat tidak dapat membayar hutang. Akhirnya
Universitas Sumatera Utara
43 warga terpaksa tidur dan tinggal di gerobak-gerobak. Oleh Friederich Willem
Raiffesien 1818-1888 seorang warga Jerman mantan walikota melihat kondisi ini sangat prihatin dan mulai memikirkan bagaimana solusi agar perekonomian
warganya bisa membaik. Ketika menjadi walikota, beliau melihat masalah keeksistensian rentenir.
Beliau mulai mengumpulkan dana dari orang-orang kaya untuk disumbangkan kepada kaum miskin. Berbagai bantuan pun diberikan kepada warga miskin,
namun bukannya menolong masyarakat untuk keluar dari kemiskinan justru semakin banyak penyait sosial yang lahir. Budaya malas mulai tumbuh dan
semakin berkembang dikalangan masyarakat Jerman waktu itu. Berangkat dari pengalaman dan situsi yang demikian, maka Raffeisen
berpendapat bahwa: kesulitan si miskin hanya dapat diatasi dengan jalan mengumpulkan uang dari si miskin itu sendiri dan meminjamkannya kepada
sesame mereka. Saling tolong melalui kerja sama itulah satu-satuya pemecahan masalah yang permanen. Selanjutnya beliau berpendapat bahwa derma tidak akan
mendorong menusia untuk mulai membantu dirinya tetapi sebaliknya malah akan merendahkan martabat manusia yang menerimanya.
Diawali dengan konsep koperasi roti di satu desa, akhirnya bisa membuat koperasi susu dan akhirnya segala apa yang mereka konsumsi dibuat koperasinya.
Demikian Raffeisien mulai memperkenalkan konsep koperasi. Dengan kerja keras dan cinta kasih serta kesabaran, Raffeisien mengajak
warga secara bersama-sama untuk mengatasi persoalan ekonomi dan kemiskinan yang dialami oleh mereka. Akhirnya warga berhasil mengatasi persoalan ekonomi
dan bahkan mampu memproduk mencukupi kebutuhan mereka tanpa tergantung
Universitas Sumatera Utara
44 dari pihak luar. Demikian koperasi semakin berkembang. Bukan hanya
memproduk kebutuhan pribadi bahkan memproduk kebutuhan orang diluar kelompok mereka pada saat itu. Sehingga koperasi bukan lagi hanya
membicarakan uang dan hanya mampu mengatasi masalah ekonomi kelompoknya, namun lebih dari itu yakni sudah menjadi suatu gerakan manusia
dalam melawan globalisasi. Demikian Raffeisen pindah dari satu desa ke desa lain, dengan prinsip
kebersamaan menjadi kekuatan menuju kemandirian. Kesetiakawanan dapat menjalin kebersamaan dan kemandirian, slanjutnya ini bisa diarahkan menuju
keadilan dan kesejahteraan sosial proses menuju demokrasi ekonomi. Apa yang dialami petani dialami petani khususnya dan masyarakat Indonesia pada
umumnya dewasa ini, tidak berbeda dengan kondisi perekonomian di Jerman ketika itu. Kesulitan ekonomi ditanggulangi oleh pemerintah melalui bantuan
seperti: JPS, KUT, IDT, Raskin, dana kompensasi BBM, dan lainnya. Kalau dilihat dengan adanya berbagai bantuan ini justru menimbulkan banyak penyakit
sosial di masyarakat. Masyarakat miskin petani dan pedagang kecil dalam mengatasi kesulita ekonomi keluarga akhirnya juga harus berhutang ke rentenir
atau toke-toke di desa dengan suku bunga yang tinggi mencapai 10. Akhirnya dari waktu ke waktu, dari satu musim ke panen ke musim panen berikutnya,
petani semakin terperangkap hutang, gali lubang tutup lubang. Dengan kondisi ini, petani harus mampu untuk bangkit dan mencoba mengatasi sendiri
persoalannya. Dari pengalaman terlihat bahwa Credit Union sebagi alternative gerakan ekonomi dalam pemberdayaan ekonomi rakyat. Tercatat bahwa
dibeberapa negara, CU mampu mengatasi masalah perekonomian rakyat.
Universitas Sumatera Utara
45 Di Indonesia, CU yang pertama dibentuk adalah di Jawa Tengah
Purwokerto untuk membantu petani mendukung penyelamatan beras bagi penjajah. Kemudian muncul CU di Kanada dan India. Disana CU berhasil
mengembangkan petani-petani miskin. Selanjutnya CU berkembang di Amerika Serikat dan berperan dalam mengatasi kesulitan ekonomi negaranya. Demikian
juga CU berkembang di Thailand dan Bangkok. Bangkok menjadipusat CU
Khatolik. 2.5.2 Pengertian Credit Union
Credit Union adalah: Sekumpulan orang dalam suatu ikatan pemersatu yang bersepakat untuk menabung uang mereka sehingga menciptakan modal
bersama, guna dipinjamkan diantara sesama mereka dengan bunga yang ringan serta untuk tujuan produktif dan kesejahteraan. Dari defenisi tersebut jelas bahwa
CU merupakan kumpulan orang-orang, bukan kumpulan yang memiliki ikatan pemersatu atau yang disatukan oleh suatu kepentingan atau kebutuhan. Untuk
lebih mudah memahami dapat diuraikan sebagai berikut: •
Sekumpulan orang, berarti harus ada seurang-kurangnya 20 dua puluh orang yang nantinya menjadi: pemilik, pelaksana, dan pengawas.
• Dalam satu ikatan pemersatu, berarti sekumpulan orang itu diikat atau
dipersatukan oleh adanya kepentingan dan kebutuhan yang dirasakan bersama dalam satu lingkungan masyarakat.
• Bersepakat untuk menabung uang mereka, artinya bahwa sekumpulan
orang itu setuju tanpa ada paksaan untuk menabung uang mereka yang dihemat dari penghasilannya. Hal ini berarti pula bahwa masing-masing
Universitas Sumatera Utara
46 orang ikut bertanggungjawab, saling melayani, dan saling mempercayai
serta memanfaatkan tabungan untuk kemajuannya. •
Sehingga menciptakan modal bersama, artinya bahwa modal hanya diperoleh dari tabungan bersama para anggota, bukan modal dari luar.
• Guna dipinjamkan diantara sesama mereka, artinya pinjaman hanya
diberikan kepada anggota saja, dan pinjaman hanya dijamin oleh watak si peminjam.
• Dengan bunga yang ringan, artinya bahwa bunga dalam CU harus
serendah mungkin dan lebih rendah dari suku bunga yang berlaku di lingkungan masyarakat setempat.
• Untuk tujuan produktif dan kesejahteraan, artinya pinjaman diberikan
hanya untuk kebutuhan anggota bagi usaha yang bisa meningkatkan penghasilan anggota.
2.5.3 Tujuan Credit Union
Tujuan dibentuknya Credit Union adalah: •
Untuk menciptakan modal bersama; •
Untuk menyediakan pinjaman murah, cepat dan terarah; •
Untuk mengembangkan sikap bijaksana dalam menggunakan uang; •
Untuk mempererat ikatan persadaraan; •
Menumbuhkan sikap percaya diri. Atau dengan kata lain, tujuan dibentuknya CU adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan dengan proses pendidikan melalui kegiatan ekonomi. Dari tujuan ini terlihat bahwa CU bukan bertujuan untuk mengejar laba tetapi bukan pula sebagai
Universitas Sumatera Utara
47 derma atau beas kasihan semata. Tetapi untuk pelayanan diantara mereka sendiri,
membantu orang lain dan dibantu oleh mereka sendiri.
2.5.4 Jenis Simpanan Credit Union
Ketika pertama kali seseorang mendaftar menjadi anggota, ada beberapa simpanan yang harus dipenuhi ke CU, antara lain:
• Uang Pangkal disingkat dengan UP
Uang pangkal ini dibayar hanya sekali ketika pertama kali menjadi anggota. UP ini digunakan untuk biaya administrasi seperti membeli kartu
anggota dan keperluan atau kelengkapan administrasi CU lainnya. •
Saham, yang terdiri dari: a. Simpanan pokok yang disingkat SP;
Simpanan pokok ini juga dibayar hanya sekali yakni ketika pertama kali mendaftar dan diterima menjadi anggota. SP ini biasanya
dijadikan sebagai modal awal berdirinya CU sehingga jumlahnya sedikit lebih besar dari simpanan lainnya. Besar SP ini sama untuk
semua anggota. b. Simpanan wajib yang disingkat SW;
Simpanan wajib ini sesuai dengan namanya, maka setiap anggota wajib menyimpan atau menabung SW ini setiap bulannya. Besarnya
sama untuk seluruh anggota. c. Simpanan sukarela yang disingkat dengan Sisuka atau SS
Simpanan sukarela ini sesuai dengan namanya maka penabung tidak wajib setiap bulan. Jumlahnya juga tidak ditentukan atau tidak sama
untuk semua anggota.
Universitas Sumatera Utara
48
2.5.5 Struktur Organisasi Primer Credit Union
Pengurus
Panitia kredit:
1. Ketua 2. Sekretaris
3. Anggota
Dewan Pimpinan
: -Ketua
-W. ketua -Sekretaris
-Bendahara
-Anggota
Gambar 1.1
Struktur Organisasi primer CU
Rapat Anggota
Dewan Penasehat
Pengawas:
-Ketua -Sekretaris
-Anggota
Manager:
Karyawan
Panitia Pendidikan:
-Ketua WK DP -Sekretaris
-Anggota
Universitas Sumatera Utara
49
2.6 Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil pendidikan
nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah
atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. Sasaran Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, danatau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan
sepanjang hayat. Fungsi Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan
fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Jenis Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak
usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja. Pendidikan
kesetaraan meliputi Paket A, Paket B dan Paket C, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti: Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat PKBM, lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, majelis taklim, sanggar, dan lain sebagainya, serta pendidikan
lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan penyelenggara:
•
Kelompok bermain KB,
•
Taman penitipan anak TPA,
•
Lembaga kursus,
Universitas Sumatera Utara
50
•
Sanggar,
•
Lembaga pelatihan,
•
Kelompok belajar,
•
Pusat kegiatan belajar masyarakat,
•
NGO LSM. Sumber: http:id.wikipedia.orgwikiPendidikan_nonformal diakses 28 Februari
2013 pukul 08.36 wib.
Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk
mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, danatau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Begitupun dengan
Perhimpunan KSPPM membuat pendidikan nonformal dalam membekali masyarakat dampingannya melalui CU Harapan Maju. Mengadakan pelatihan
dalam isu:
1. Pemetaan pasrtipasi, 2. Pelatihan Kepemimpinan,
3. Manajemen Organisasi, 4. Manajemen Credit Union,
5. Pengembangan Pertanian Selaras Alam, 6. Sistem pemerintahan desa,
7. Perdes, 8. Pengelolaan ADD,
9. Ketahanan pangan,
Universitas Sumatera Utara
51 10. Perubahan iklim,
11. KDRT, 12. Pelatihan Pemenuhan Hak Sipil dan Ekosob,
13. Pelatihan Keadilan Gender, 14. Pelatihan Pencegaha HIV AIDS,
15. Pelatihan Monitoring HAM, dan lainnya.
2.7 Kerangka Pemikiran