Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat Pendidikan Nonformal

36 Sesuai dengan kemampuan dasar pekerja sosial, maka pekerja sosial harus mampu mengagitasi masyarakat bahwa kedua-duanya menghasilkan keuntungan dikedua belah pihak. 3. Pembela Tujuan sebagai pembela disini adalah agar pihak-pihak yang melakukan program kesejahteraan sosial dapat menjalankan kewajiban hukum. Perlu dipahami bahwa pekerja sosial tidak tampil sebagai pembela dalam arti hukum atau institusi pengadilan, tetapi tampil dengan tindakan edukatif dengan tujuan agar pihak penyelenggara program menyadari kewajibannya terhadap masayarakat setempat demi menjalin hubungan yang baik. 4. Pelindung Peran pekerja sosial sebagai pelindung sangat penting, dimana hal ini merupakan konsekuensi logis terhadap masyarakat setepat yang kerap kali menjadi pihak yang tidak berdaya jika dihadapkan dengan pihak penyelenggara program. Oleh karena itu, peran pekerja sosial sebagai pelindung diharapkan dapat mendukung masyarakat setempat dalam upaya memperoleh hak-hak mereka Siagian, 2010:95-96.

2.3 Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat

Terinspirasi dari kelompok diskusi atas persoalan-persoalan sosial dan perjuangan masyarakat di Sumatera Utara khususnya persoalan lingkungan dan kasus struktural lainnya pada awal 1980-an, oleh sekelompok warga gereja dari berbagai latar belakang pendidikan dan pekerjaan, mendirikan KSPH Kelompok Universitas Sumatera Utara 37 Studi Penyadaran Hukum pada 4 Februari 1984, beralamat di Siborongborong, Tapanuli Utara. Untuk mempertajam visi dan melengkapi pendekatan dalam pelayanannya, sejak 23 Februari 1985, KSPH berganti nama menjadi KSPPM Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat. Kemudian pada 9 September 2005, KSPPM merubah bentuk kelembagaannya dari “Yayasan” menjadi “Perhimpunan”. Keprihatinan KSPPM berangkat dari realitas kemiskinan, kondisi politik dan demokrasi, pelanggaran dan kekerasan terhadap hak asasi manusia, dan dampak buruk yang ditimbulkan pembangunan terhadap lingkungan dan hak- hak rakyat atas SDA. Dalam kerangka itu, lembaga ini melakukan kerja-kerja studi dan riset, pengorganisasian, pendidikan populer, dan advokasi untuk mendampingi rakyat petani marginal di Tapanuli, Sumatera Utara. Keikutsertaan KSPPM bersama rakyat, khususnya di tengah-tengah petani miskin dan marginal di pedesaan, berlandaskan semangat Kristiani sebagaimana tertulis pada Injil Markus 1: 15 dan Lukas 4: 18-28 S.R. DGI 1971, Pematang Siantar. Sejak 1993 Sopo KSPPM pindah ke Parapat dekat Danau Toba. Sekarang melayani di 3 wilayah: Humbang-Silindung, Toba, Samosir, sejak phasing out dari wilayah Dairi pada 2009.

2.4 Community Organizing Community Development

Untuk menghindari kerancuan konteks yang bisa merusak pemahaman, maka lebih tepat untuk menelusuri lebih dalam asal-usul kerumitan. Dalam perkembangan pendampingan di Indonesia, teradapat 2 model pendampingan yang sangat umum dikenal, yakni CO Community Organizing pengorganisasian Universitas Sumatera Utara 38 komunitas dan CDCommunity Development pengembangan komunitas. Kesalahpahaman selama ini oleh karena didalam bahasa Indonesia kedua kata itu sama-sama diinterpretasikan sebagai “pendampingan”. Padahal, kedua kata itu secara mendasar mempunyai konteks makna yang berlainan.

2.4.1 Community Organizing CO

Pengorganisasian komunitas atau CO adalah pengembangan yang lebih mengutamakan pembangunan kesadaran kritis dan penggalian potensi pengetahuan lokal masyarakat. CO mengutamakan pengembangan masyarakat berdasarkan dialog atau musyawarah yang demokratis. Usulan masyarakat merupakan sumber utama gagasan yang harus ditindaklanjuti secara kritis, sehingga partisipasi rakyat dalam merencanakan, membuat keputusan dan melaksanakan program merupakan tonggak yang sangat penting. CO bergerak dengan cara menggalang masyarakat ke dalam suatu organisasi yang mampu menjangkau seluruh lapisan komunitas. Suara dan kepentingan rakyat lebih utama daripada kepentingan kaum elit. CO juga memiliki arti penting pembangunan sarana-sarana fisik yang dapat menunjang kemajuan masyarakat, namun titik tekan pembangunan itu ialah pengembangan kesadaran asyarakat sehingga mampu mengelola potensi sumber daya mereka. Secara umum, metode yang dipergunakan dalam pengorganisasian masyarakat adalah penumbuhan kesadaran kritis, partisipasi aktif, pendidikan berkelanjutan, pembentukan dan penguatan organisasi rakyat. Semua itu bertujuan untuk melakukan transformasi sistem sosial yang dipandang menghisap masyarakat dan menindas represif tujuan pokok CO adalah membentuk suatu tatanan masyarakat yang beradab dan berkemanusian yang menjunjung tinggi Universitas Sumatera Utara 39 nilai-nilai demokratis, adil, transparan, berkesejahteraan ekonomis, politik dan budaya.

2.4.2 Community Development CD

Pengembangan komunitas atau CD adalah pengembangan yang lebih mengutamakan sifat fisikal masyarakat. CD mengutamakan pembangunan dan perbaikan atau pembuatan sarana-sarana sosial ekonomi masyarakat. Contohnya, pelatihan mengeni gizi, penyuluhan KB, pembangunan WC, jalan raya, bantuan hibah, bantuan peralatan sekolah, dan sebagainya. Dengan demikian, peningkatan pengetahuan, keterampilan dan penggalian potensi-potensi sosial ekonomi yang ada lebih diutamakan untuk mensukseskan target yang sudah ditetapkan oleh satu pihak pemerintah atau LSM. Partisipasi dan usulan dari bawah pada umumnya kurang didengar. Pihak yang didekati untuk memulai kegiatan CD itu antara lain elit masyarakat, aparat pemerintahan, dan pihak birokratis lainnya. CD biasanya bersifat jangka pendek, fisikal, dan tidak berkelanjutan.

2.4.3 Pengorganisasian Masyarakat

Ciri-ciri pengorganisasian masyarakat antara lain: 1. Transformasi kaum miskin, papa, tak punya hak suara menjadi komunitas yang lebih dinamis, partisipatif, dan responsif secara politis. 2. Proses pembangunan organisasi rakyat yang lebih kolektif partisipatif, berkelanjutan, membebaskan, sistematis, dengan cara mobiliasasi dan penguatan kemampuan serta pengelolaan sumber daya rakyat sebagai resolusi atas isu dan kebutuhan yang dapat memberikan perubahan terhadap kondisi hidup yang menindas dan menghisapnya. Universitas Sumatera Utara 40 3. Proses pendidikan yang radikal dan non formal 4. Lebih berwatak strategis atau menekankan tujuan jangka panjang. Komunitas Pedesaan Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa CO menekankan pengorganisasian ditingkat komunitas. Oleh karena itu, perlu dijelaskan lebih dahulu pengertian umum “komunitas”. • Menurut Larry Lyon 1987:5, komunitas dirumuskan sebagai “Komunitas adalah kelompok orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kepentingan bersama, saling berinterasi satu dengan lainnya”. • Ferdinand Tonnies menjelaskan bahwa dalam bukunya Gemeinschaft und gesellscahft- Community and society bahwa secara tipikal “gemeinschaft” mengacu pada tatanan hubungan manusia sebagai keluarga besar di pedesaan, sedangkan gesselshcaft mengacu pada tatanan masyarakat yang lebih kapitalis. Gemeinschaft atau komunitas didasarkan atas “kehendak” rasional yang mencakup rasionalitas individualisme, ikatan emosi. Basis societas adalah perkotaan, kapitalisme industrial. Societas dicirikan sebagai netralitas afektif legalisme. Kedua tipe ini ideal Larry Lyon, 1987:7. Tentu saja didalam praktiknya tidak mudah merumuskan secara formal pengertian komunitas apalagi dalam konteks pedesaan di Indonesia. Di suatu desa mungkin akan kita temui beberapa komunitas dengan ikatan-ikatan dan hubungan- hubungan sosialnya yang asling berlainan. Di sisi lain, proses strukturisasi masyarakat pedesaan terus berlangung sehingga hamper tidak mungkin Universitas Sumatera Utara 41 menemukan komunitas yang relatif homogeny, misalnya masyarakat adat. Kapitalisasi pedesaan yang berlangsung berates-ratus tahun telah menciptakan masyarakat pedesaan yang fragmentatif dan heterogen. Mencermati tingkat kesulitan itu, maka jenis komunitas dalam kaitan kegiatan pendampingan masyarakat dapat dipersempit menjadi 4 tipe umum. Artinya, secara umum orang akan melihat bahwa ada 4 tipe komunitas yang lazim menjadi wilayah pengorganisasian ataupun penguatan masyarakat marjinal, yakni:

1. Komunitas Pedesaan Rural Community

Ciri terpenting komunitas pedesaan adalah alat produksi agraris tanah dan system pertanian ekonomi yang sudah mengenai hierarki kepemilikan: ada tuan tanah, petani kecil, buruh tani, pengerajin, dan lain- lainya.

2. Komunitas Perkotaan Urban Community

Ciri komunitas perkotaan, terutama komunitas miskin pinggiran, mereka pada umumnya merupakan orang desa yang urban. Ciri pokok mereka ialah untuk bertahan hidup, mereka menjual tenaga fisik buruh: menjadi kuli, buruh pabrik, dan lainnya. Sebagian menjadi pedagang kecil, montir, sopir, preman, pelacur, dan lainnya.

3. Komunitas Pesisir Pantai Coastal Community; dan

Ciri utama komunitas ini adalah sebagian besar tidak memproduksi, tetapi mengandalkan penagkapan sumber daya laut seperti ikan dan lain-lainnya. Alat produksi perahu dan system ekonominya juga berhierarki: ada juragan kapal, tengkulak pemilik pukat, buruh, nelayan tradisionil, dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara 42

4. Komunitas Masyarakat Adat Pedalaman Indigenous Community

Ciri utama komunitas ini adalah kehidupan yang kolektif bersama-sama. Sistem kepemilikan alat produksi tanah dan pengelolaannya diatur oleh hukum adat. Sistem pengambilan keputusan dikelola oleh ketua adat dan masalah secara umum diputuskan secara perembukan musyawarah. Sebagai penjelasan tambahan, tipe komunitas desa adalah bermukim di dataran tinggi dan rendah. Tentu saja komunitas dataran rendah akan berbeda dengan komunitas dataran tinggi. Kita tidak perlu menganalisa ha ltu secara mendetail. Tipe kedua komunitas urban, umumnya hidup di pinggiran kota, dekat sungai, dan hidup berdesak-desakkan. Tipe ketiga ialah komunitas pesisir pantai sebagai desa kaum nelayan. Tipe keempat komunitas adat masyarakat adat yang tinggal di pedalaman. Setiap tipe tersebut saling berbeda, khas, dan unik. 2.5 Credit Union CU 2.5.1 Sejarah dan Filosofi Credit Union Gagasan berCredit Union lahir pertama kali di negera Jerman pada abad XXI, ketika kapitalisme dan revolusi industri muncul yang menimbulkan berbagai protes dari rakyat. Pada waktu itu kondisi perekonomian negara Jerman sangat terpuruk dan warga menjadi miskin dan melarat. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, warga mulai meminjam kepada rentenir. Pada masa itu warga Yahudi yang tinggal di Jerman memiliki tingkat ekonomi yang lebih baik, sehingga dari mereka banyak yang menjadi rentenir. Karena tidak memiliki pilahn lain, maka warga meminjamnya. Tanah dan rumah dijadikan agunan broh atau jaminan hutang. Dengan demikian kondisi yang semakin terpuruk, tanah dan rumah mereka hilang disita rentenir akibat tidak dapat membayar hutang. Akhirnya Universitas Sumatera Utara 43 warga terpaksa tidur dan tinggal di gerobak-gerobak. Oleh Friederich Willem Raiffesien 1818-1888 seorang warga Jerman mantan walikota melihat kondisi ini sangat prihatin dan mulai memikirkan bagaimana solusi agar perekonomian warganya bisa membaik. Ketika menjadi walikota, beliau melihat masalah keeksistensian rentenir. Beliau mulai mengumpulkan dana dari orang-orang kaya untuk disumbangkan kepada kaum miskin. Berbagai bantuan pun diberikan kepada warga miskin, namun bukannya menolong masyarakat untuk keluar dari kemiskinan justru semakin banyak penyait sosial yang lahir. Budaya malas mulai tumbuh dan semakin berkembang dikalangan masyarakat Jerman waktu itu. Berangkat dari pengalaman dan situsi yang demikian, maka Raffeisen berpendapat bahwa: kesulitan si miskin hanya dapat diatasi dengan jalan mengumpulkan uang dari si miskin itu sendiri dan meminjamkannya kepada sesame mereka. Saling tolong melalui kerja sama itulah satu-satuya pemecahan masalah yang permanen. Selanjutnya beliau berpendapat bahwa derma tidak akan mendorong menusia untuk mulai membantu dirinya tetapi sebaliknya malah akan merendahkan martabat manusia yang menerimanya. Diawali dengan konsep koperasi roti di satu desa, akhirnya bisa membuat koperasi susu dan akhirnya segala apa yang mereka konsumsi dibuat koperasinya. Demikian Raffeisien mulai memperkenalkan konsep koperasi. Dengan kerja keras dan cinta kasih serta kesabaran, Raffeisien mengajak warga secara bersama-sama untuk mengatasi persoalan ekonomi dan kemiskinan yang dialami oleh mereka. Akhirnya warga berhasil mengatasi persoalan ekonomi dan bahkan mampu memproduk mencukupi kebutuhan mereka tanpa tergantung Universitas Sumatera Utara 44 dari pihak luar. Demikian koperasi semakin berkembang. Bukan hanya memproduk kebutuhan pribadi bahkan memproduk kebutuhan orang diluar kelompok mereka pada saat itu. Sehingga koperasi bukan lagi hanya membicarakan uang dan hanya mampu mengatasi masalah ekonomi kelompoknya, namun lebih dari itu yakni sudah menjadi suatu gerakan manusia dalam melawan globalisasi. Demikian Raffeisen pindah dari satu desa ke desa lain, dengan prinsip kebersamaan menjadi kekuatan menuju kemandirian. Kesetiakawanan dapat menjalin kebersamaan dan kemandirian, slanjutnya ini bisa diarahkan menuju keadilan dan kesejahteraan sosial proses menuju demokrasi ekonomi. Apa yang dialami petani dialami petani khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya dewasa ini, tidak berbeda dengan kondisi perekonomian di Jerman ketika itu. Kesulitan ekonomi ditanggulangi oleh pemerintah melalui bantuan seperti: JPS, KUT, IDT, Raskin, dana kompensasi BBM, dan lainnya. Kalau dilihat dengan adanya berbagai bantuan ini justru menimbulkan banyak penyakit sosial di masyarakat. Masyarakat miskin petani dan pedagang kecil dalam mengatasi kesulita ekonomi keluarga akhirnya juga harus berhutang ke rentenir atau toke-toke di desa dengan suku bunga yang tinggi mencapai 10. Akhirnya dari waktu ke waktu, dari satu musim ke panen ke musim panen berikutnya, petani semakin terperangkap hutang, gali lubang tutup lubang. Dengan kondisi ini, petani harus mampu untuk bangkit dan mencoba mengatasi sendiri persoalannya. Dari pengalaman terlihat bahwa Credit Union sebagi alternative gerakan ekonomi dalam pemberdayaan ekonomi rakyat. Tercatat bahwa dibeberapa negara, CU mampu mengatasi masalah perekonomian rakyat. Universitas Sumatera Utara 45 Di Indonesia, CU yang pertama dibentuk adalah di Jawa Tengah Purwokerto untuk membantu petani mendukung penyelamatan beras bagi penjajah. Kemudian muncul CU di Kanada dan India. Disana CU berhasil mengembangkan petani-petani miskin. Selanjutnya CU berkembang di Amerika Serikat dan berperan dalam mengatasi kesulitan ekonomi negaranya. Demikian juga CU berkembang di Thailand dan Bangkok. Bangkok menjadipusat CU Khatolik. 2.5.2 Pengertian Credit Union Credit Union adalah: Sekumpulan orang dalam suatu ikatan pemersatu yang bersepakat untuk menabung uang mereka sehingga menciptakan modal bersama, guna dipinjamkan diantara sesama mereka dengan bunga yang ringan serta untuk tujuan produktif dan kesejahteraan. Dari defenisi tersebut jelas bahwa CU merupakan kumpulan orang-orang, bukan kumpulan yang memiliki ikatan pemersatu atau yang disatukan oleh suatu kepentingan atau kebutuhan. Untuk lebih mudah memahami dapat diuraikan sebagai berikut: • Sekumpulan orang, berarti harus ada seurang-kurangnya 20 dua puluh orang yang nantinya menjadi: pemilik, pelaksana, dan pengawas. • Dalam satu ikatan pemersatu, berarti sekumpulan orang itu diikat atau dipersatukan oleh adanya kepentingan dan kebutuhan yang dirasakan bersama dalam satu lingkungan masyarakat. • Bersepakat untuk menabung uang mereka, artinya bahwa sekumpulan orang itu setuju tanpa ada paksaan untuk menabung uang mereka yang dihemat dari penghasilannya. Hal ini berarti pula bahwa masing-masing Universitas Sumatera Utara 46 orang ikut bertanggungjawab, saling melayani, dan saling mempercayai serta memanfaatkan tabungan untuk kemajuannya. • Sehingga menciptakan modal bersama, artinya bahwa modal hanya diperoleh dari tabungan bersama para anggota, bukan modal dari luar. • Guna dipinjamkan diantara sesama mereka, artinya pinjaman hanya diberikan kepada anggota saja, dan pinjaman hanya dijamin oleh watak si peminjam. • Dengan bunga yang ringan, artinya bahwa bunga dalam CU harus serendah mungkin dan lebih rendah dari suku bunga yang berlaku di lingkungan masyarakat setempat. • Untuk tujuan produktif dan kesejahteraan, artinya pinjaman diberikan hanya untuk kebutuhan anggota bagi usaha yang bisa meningkatkan penghasilan anggota.

2.5.3 Tujuan Credit Union

Tujuan dibentuknya Credit Union adalah: • Untuk menciptakan modal bersama; • Untuk menyediakan pinjaman murah, cepat dan terarah; • Untuk mengembangkan sikap bijaksana dalam menggunakan uang; • Untuk mempererat ikatan persadaraan; • Menumbuhkan sikap percaya diri. Atau dengan kata lain, tujuan dibentuknya CU adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dengan proses pendidikan melalui kegiatan ekonomi. Dari tujuan ini terlihat bahwa CU bukan bertujuan untuk mengejar laba tetapi bukan pula sebagai Universitas Sumatera Utara 47 derma atau beas kasihan semata. Tetapi untuk pelayanan diantara mereka sendiri, membantu orang lain dan dibantu oleh mereka sendiri.

2.5.4 Jenis Simpanan Credit Union

Ketika pertama kali seseorang mendaftar menjadi anggota, ada beberapa simpanan yang harus dipenuhi ke CU, antara lain: • Uang Pangkal disingkat dengan UP Uang pangkal ini dibayar hanya sekali ketika pertama kali menjadi anggota. UP ini digunakan untuk biaya administrasi seperti membeli kartu anggota dan keperluan atau kelengkapan administrasi CU lainnya. • Saham, yang terdiri dari: a. Simpanan pokok yang disingkat SP; Simpanan pokok ini juga dibayar hanya sekali yakni ketika pertama kali mendaftar dan diterima menjadi anggota. SP ini biasanya dijadikan sebagai modal awal berdirinya CU sehingga jumlahnya sedikit lebih besar dari simpanan lainnya. Besar SP ini sama untuk semua anggota. b. Simpanan wajib yang disingkat SW; Simpanan wajib ini sesuai dengan namanya, maka setiap anggota wajib menyimpan atau menabung SW ini setiap bulannya. Besarnya sama untuk seluruh anggota. c. Simpanan sukarela yang disingkat dengan Sisuka atau SS Simpanan sukarela ini sesuai dengan namanya maka penabung tidak wajib setiap bulan. Jumlahnya juga tidak ditentukan atau tidak sama untuk semua anggota. Universitas Sumatera Utara 48

2.5.5 Struktur Organisasi Primer Credit Union

Pengurus Panitia kredit: 1. Ketua 2. Sekretaris 3. Anggota Dewan Pimpinan : -Ketua -W. ketua -Sekretaris -Bendahara -Anggota Gambar 1.1 Struktur Organisasi primer CU Rapat Anggota Dewan Penasehat Pengawas: -Ketua -Sekretaris -Anggota Manager: Karyawan Panitia Pendidikan: -Ketua WK DP -Sekretaris -Anggota Universitas Sumatera Utara 49

2.6 Pendidikan Nonformal

Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. Sasaran Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, danatau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Fungsi Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Jenis Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja. Pendidikan kesetaraan meliputi Paket A, Paket B dan Paket C, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti: Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat PKBM, lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, majelis taklim, sanggar, dan lain sebagainya, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan penyelenggara: • Kelompok bermain KB, • Taman penitipan anak TPA, • Lembaga kursus, Universitas Sumatera Utara 50 • Sanggar, • Lembaga pelatihan, • Kelompok belajar, • Pusat kegiatan belajar masyarakat, • NGO LSM. Sumber: http:id.wikipedia.orgwikiPendidikan_nonformal diakses 28 Februari 2013 pukul 08.36 wib. Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, danatau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Begitupun dengan Perhimpunan KSPPM membuat pendidikan nonformal dalam membekali masyarakat dampingannya melalui CU Harapan Maju. Mengadakan pelatihan dalam isu: 1. Pemetaan pasrtipasi, 2. Pelatihan Kepemimpinan, 3. Manajemen Organisasi, 4. Manajemen Credit Union, 5. Pengembangan Pertanian Selaras Alam, 6. Sistem pemerintahan desa, 7. Perdes, 8. Pengelolaan ADD, 9. Ketahanan pangan, Universitas Sumatera Utara 51 10. Perubahan iklim, 11. KDRT, 12. Pelatihan Pemenuhan Hak Sipil dan Ekosob, 13. Pelatihan Keadilan Gender, 14. Pelatihan Pencegaha HIV AIDS, 15. Pelatihan Monitoring HAM, dan lainnya.

2.7 Kerangka Pemikiran

Dokumen yang terkait

Peranan Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) Dalam Meningkatkan Kemandirian Masyarakat Melalui Credit Union Sumber Rejeki Pinang Baris Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan

5 87 117

Studi Komparatif Peran Koperasi dan Credit Union (CU) Terhadap Pengembangan Usaha Mikro Kecil (UMK) di Kecamatan Medan Area

1 74 105

Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Credit Union (Studi deskriptif mengenai Kopdit/CU Cinta Kasih di Pulo Brayan, Medan)

3 99 107

Credit Union Sebagai Usaha Pemberdayaan Masyarakat ( Studi Deskriptif Usaha Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Tukka Kecamatan Pakkat Kabupaten Humbahas)

3 77 127

Partisipasi Anggota Terhadap Keberhasilan Credit Union Dalam Meningkatkan Pembangunan Ekonomi...

0 18 4

MODAL SOSIAL DALAM KOPERASI CREDIT UNION (STUDI KASUS DI KOPERASI CREDIT UNION TUNAS MEKAR MEDAN DAN HARAPAN MAJU LINTONGNIHUTA, SAMOSIR).

1 5 36

FUNGSI TORTOR PARSIARABU DI DESA SALAON KECAMATAN RONGGURNIHUTA KABUPATEN SAMOSIR.

0 3 24

Peranan Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) Dalam Meningkatkan Kemandirian Masyarakat Melalui Credit Union Sumber Rejeki Pinang Baris Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan SKRIPSI

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peranan - Peranan Kelompok Studi Dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat Dalam Meningkatkan Kemandirian Masyaraat Melalui Credit Union Harapan Maju Di Desa Litongnihuta, Kecamatan Ronggurnihuta, Kabupaten Samosir

0 0 28

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Peranan Kelompok Studi Dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat Dalam Meningkatkan Kemandirian Masyaraat Melalui Credit Union Harapan Maju Di Desa Litongnihuta, Kecamatan Ronggurnihuta, Kabupaten Samosir

0 0 13