16
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejak diproklamirkannya negara Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 oleh Ir. Soekarno dan Drs. M. Hatta, Indonesia sudah menjadi negara merdeka yang
sudah sepatutnya dapat menentukan nasib bangsanya sendiri tanpa tekanan dari manapun dan siapapun. Kemudian dibentuknya tata pemerintahan yang berdaulat
dan memiliki landasan hukum, yakni UUD 1945, mengisyaratkan bahwa founding father negara ini memimpikan agar negara ini dapat memenuhi, melindungi dan
menghormati hak dan kewajiban warga negaranya, agar tercapai kesejahteraan sosialnya.
Hal ini juga ditandai dengan makna eksplisit dalam konsepsi pembukaan UUD 1945 dalam Bab IV, yang juga merupakan cita-cita Nasional negara
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum. Cita-cita Nasional tersebut harus segera diimplementasikan secara konkret, efektif dan efisien. Bertitik tolak dari
pernyataan tersebut, maka negara harus melahirkan kreatifitas dan inovasi dalam membangun imajinasi optimisme kultural agar pencapaian yang didapatkan
maksimal. Selain itu, negara juga harus mampu mengembangkan potensi masyarakat yang terkubur selama ini agar dapat diberdayakan dalam membangun
kerangka negara Indonesia yang lebih sejahtera. Konsepsi negara kesejahteraan yang telah didambakan sejak lahirnya
konsep negara ini, dituntut harus berkembang menerjang waktu dengan mensyaratkan vitalnya pemikiran modern. Hal ini disebabkan untuk menghindari
Universitas Sumatera Utara
17 sensitifnya pergesekan antar individu maupun golongan yang dapat membuat
polemik baru yang semakin kompleks. Marciano Vidal mengemukakan, bahwa karakteristik negara kesejahteraan
ditandai oleh empat hal Kompas, 7 November 2011. Pertama, komitmen negara dalam menciptakan peluang lapangan kerja untuk mengakomodasi melimpahnya
angkatan kerja yang aktif-produktif. Kedua, adanya jaminan sosial yang berlaku bagi semua warga negara yang meliputi seluruh aspek kehidupan terutama
kesehatan dan bila terjadi kecelakaan. Ketiga, terselenggaranya pendidikan murah-bermutu bagi rakyat, termasuk jaminan beasiswa bagi mereka yang
berprestasi, tetapi berasal dari kalangan ekonomi lemah. Keempat, kebijakan sosial sebagai upaya redistribusi kekayaan.
Kala era pemerintahan orde lama yang dipimpin oleh Presiden Soekarno dan Drs. Moh. Hatta, tatanan negara sedang dalam masa pembangunan yang
sifatnya massif. Selain sebagai negara baru merdeka, Indonesia memiliki tugas yang berat dalam membenahi masyarakatnya. Kebijakan pemerintah pada saat itu
antara lain: Nasionalisasi Bank Java menjadi Bank Indonesia; Mengamankan usaha-usaha yang menyangkut harkat hidup orang banyak; Berusaha memutuskan
kontrol Belanda dalam bidang perdagangan ekspor-impor; Serta beberapa kebijakan lainya yang ditujukan untuk memajukan perekonomian Indonesia. Akan
tetapi, hal negatif terjadi dalam perekonomian Indonesia pada saat itu. Pergantian kabinet dan tidak ada dukungan secara komprehensif dari strukturalisasi
pemerintahannya, serta tidak adanya kestabilan politik melahirkan perekonomian yang sangat buruk. http:jodybaadillah.blogspot.com201011pertumbuhan-
Universitas Sumatera Utara
18
ekonomi-indonesia-dari-era.html diakses pada tanggal 21 Maret 2013 puku 11.23
wib Memasuki era Ore Baru yang dipimpin oleh Soeharto, perekomian
Indonesia semakin terencana dengan model pembangunan REPELITA Rencana Pembangunan Lima Tahun. Pembangunan yang menitik beratkan pada bidang
ekonomi dan infrastruktur pada saat itu mengalami kemajuan yang pesat. Tetapi di satu sisi, hal itu dirasakan oleh hanya segelintir orang termasuk elite politik dan
pejabat negara. Situasi itulah yang melahirkan praktik korupsi semakin subur dimasa orde baru. Praktik kolusi dan nepotisme pun turut terjadi. Hutang negara
membengkak dan ekonomi Indonesia semakin terpuruk dan Soeharto dipaksa mundur dari jabatannya pada tahun 1998, periodenya yang kelima sebagai
Presiden RI. http:emilianovitasari.blogspot.com201104contoh-kasus- penggelapan-pajak.html diakses pada tanggal 24 Februari 2013 pukul 14.06 wib.
Perekonomian Indonesia sejak pemerintahan masa orde lama hingga masa reformasi masih mengalami beberapa gejolak. Perekonomian Indonesia masih
dipaksa jatuh bangun. Hal itu dapat dilihat dari realita: 1. kemiskinan yang masih tinggi,
2. pengangguran tingkat tinggi dikarenakan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah angkatan kerja,
3. maraknya koruptor di negeri ini karena hukum yang kurang tegas Indonesia peringkat 58 dari 176 negara terkorup,
http:www.antaranews.comberita347667indonesia-rangking-118- negara-bebas-korupsi diakses pada tanggal 24 Februari 2013 pukul
14.36 wib.
Universitas Sumatera Utara
19 4. masih terjadi disparitas ekonomi antara penduduk yang miskin dan
yang kaya, 5. nilai rupiah masih sekitar Rp 9.000-Rp 10.000,
6. masih memiliki hutang luar negeri. Sesuai dengan paparan sebelumnya, negara Indonesia yang sejahtera
“masih jauh panggang dari api”. Negara Indonesia sedang mengalami krisis ekonomi diberbagai dimensi baik tingkat mikro maupun makro. Program
pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan selama ini bersifat Top-Down dari pusat ke daerah yang diharapkan mampu mengatasi berbagai krisis yang melanda
negara ini, bukannya mengurangi justru semakin menambah angka jumlah orang-orang miskin. Walaupun secara makro kebijakan ini, Top Down, dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi secara mikro ternyata kurang menyentuh peningkatan taraf kehidupan masyarakat kelas terbawah, bahkan
kemudian menimbulkan disparitas. Soetomo, 2009:417 Pada periode 2000-2005, jumlah penduduk miskin cenderung menurun
dari 38,70 juta orang pada tahun 2000, menjadi 35,10 juta pada tahun 2005. Secara relatif juga terjadi penurunan persentasi penduduk miskin dari 19,14
pada tahun 2000, menjadi 15,97 pada tahun 2005. Pada tahun 2006, terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin dari 35,10 juta orang 15,97 pada bulan
Februari 2005, menjadi 39,30 juta orang 17,75 pada Maret 2006. Sebagai catatan, peningkatan jumlah dan persentase penduduk miskin tersebut terjadi
akibat kenaikan harga BBM. Pada Maret 2008, jumlah penduduk miskin mencapai 34,96 juta orang 15,42. Dibandingkan dengan jumlah penduduk
miskin pada Maret 2007 mencapai 37,17 juta orang 16,58, berarti jumlah
Universitas Sumatera Utara
20 penduduk miskin turun sebesar 2,21 juta orang. http:www.datastatistik-
indonesia.comcontentview. diakses pada tanggal 24 Februari 2013 pukul 14.57 wib.
Sedangkan, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2012 mencapai 29,13 juta orang 11,96 persen, berkurang 0,89 juta orang 0,53 persen
dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2011 yang sebesar 30,02 juta orang 12,49 persen. Selama periode Maret 2011
−Maret 2012, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang sekitar 399,5 ribu orang dari 11,05 juta orang pada
Maret 2011 menjadi 10,65 juta orang pada Maret 2012, sementara di daerah perdesaan berkurang 487 ribu orang dari 18,97 juta orang pada Maret 2011
menjadi 18,48 juta orang pada Maret 2012. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2011 sebesar 9,23 persen, menurun menjadi 8,78
persen pada Maret 2012. Begitu juga dengan penduduk miskin di daerah perdesaan, yaitu dari 15,72 persen pada Maret 2011 menjadi 15,12 persen pada
Maret 2012. http:www.bps.go.idbrs_filekemiskinan_02jul12.pdf. diakses pada tanggal 24 Februari 2013 pukul 15.05 wib.
Angka kemiskinan yang telah dipaparkan sebebelumnya menunjukkan bahwa fenomena kemiskinan di Indonesia belum menemukan solusi yang tepat
dalam pereduksiannya. Pendekatan pemerintah yang semula Top Down mulai diubah menjadi Bottom Up dari bawah ke atas yakni dengan melihat dan
mendengar apa yang menjadi kebutuhan rakyat. Meskipun dalam praktik dan realitasnya masih banyak oknum pemerintah yang alergi menerima dan
mendengar apa keinginan dan kebutuhan rakyat. Justru otonomi daerah
Universitas Sumatera Utara
21 melahirkan “raja-raja kecil baru” yang semakin memperluas lahan praktik KKN
korupsi, kolusi, nepotisme.
Dilain hal, angka kemiskinan yang tinggi di Indonesia menjadi polemik yang rumit, tatkala sebagai negara agraris, Indonesia tidak mampu mensuplai
kebutuhan pribadinya. Padahal mayoritas penduduknya hidup dari sektor pertanian. Dari keterangan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia mencatat pada
tahun 2012 jumlah petani Indonesia 39,33 juta orang dibanding dengan tahun sebelumnya 41,49 juta orang. Sedangkan dengan jumlah petani gurem 13,7 juta
orang yang hanya mengolah tanah garapannya di bawah 0,5 hektar. Dengan jumlah petani Indonesia yang besar, justru pemerintah mengadakan impor pangan
dari tahun ke tahun. Hal tersbut merupakan keadaan yang kontras berkontradiksi. Keberhasilan swasembada pangan Indonesia yang dilakukan pertama kali pada era
Presiden Soeharto, tepatnya REPELITA ketiga tahun 197080-198384, menjadi pertanyaan besar bagi Indonesia. http:soeharto.cotagrepelita diakses pada
tanggal 24 Februari 2013 pukul 16.10 wib.
Seperti yang terjadi di negara berkembang lainnya, pemberian prioritas pada sektor pertanian dalam kebijaksanaan pembangunan ekonomi tidak selalu
menghasilkan pertumbuhan produksi yang tinggi, belum lagi dalam hal peningkatan pendapatan. Akhirnya, masalah modal selalu muncul ke permukaan.
Petani pada umumnya tidak memiliki akses untuk memperoleh modal dalam upaya peningkatan produksi. Meskipun di Indonesia, banyak program pemerintah
dalam penyediaan modal bagi petani seperti halnya KUT, IDT, UKM, Poktan, dan lain-lain. Namun secara realitasnya yang dapat menikmati berbagai dana tersebut
Universitas Sumatera Utara
22 hanyalah golongan tertentu. Kaum Petani sangat sulit bahkan dipersulit dalam
mendapatkannya, yang lebih mirisnya lagi, penyaluran dana tersebut sarat dengan KKN, sehingga tidak tepat sasaran. Akibatnya petani selalu kalah bersaing dengan
kelompok yang memiliki kemudahan dalam mengakses modal, pasar dan kebijakan.
Berdasarkan fakta dilapangan, pekerja petani laki-laki maupun perempuan di Indonesia sebagian besar berpendidian rendah SD dan SMP
dengan upah pekerja petani laki-laki lebih besar dari petani perempuan. Tentunya dengan kondisi ini, pendapatan per kapita petani juga rendah. Berdasarkan data
BPS tahun 2002, bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3 penduduk dan hanya dapat menyumbang sekitar 17,3 dari total
pendapatan domestik bruto. Karena itu, sektor pertanian yang merupakan sektor terbesar di Indonesia selalu ditandai dengan kemiskinan struktural yang berat,
kebodohan dan keterbelakangan. http:id.wikipedia.orgwikiPertanian diakses pada tanggal 25 Februari 2013 pukul 09.43 wib.
Pada era globalisasi ini tentunya Indonesia membutuhkan model pengembangan SDM, khususnya petani karena merupakan sektor yang besar di
Indonesia, agar mampu bersaing dan tidak menjadi korban globalisasi itu sendiri. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengikuti pendidikan alternatif yang tidak
membutuhkan biaya tinggi, khususnya bagi petani. Dalam pengembangan kapasitas ini sangat dibutuhkan partisipasi aktif dan kreatifitas dari para petani
untuk selalu mengembangkan keahlian dan keterampilannya. Sebab hanya kaum petani itu sendiri yang lebih mengetahui seluk-beluk produksi yang paling efektif
dan efisien to help people to help them self.
Universitas Sumatera Utara
23 Pendidikan sejatinya diharapkan dapat mengatasi berbagai kelemahan
yang telah dipaparkan sebelumnya. Sebagai fondasi kemajuan dan peradaban bangsa, pendidikan dituntut memanusiakan manusia. Akan tetapi, pendidikan
formal di Indonesia juga masih menganaktirikan masyarakat marjinal. Oleh sebab itu, pendidikan nonformal dapat dikembangkan. Credit Union adalah sebagai
tawaran atau alternatif yang diharapkan menjadi wadah bersama dalam mengatasi berbagai kelemahan tersebut.
Gagasan Credit Union CU untuk kali pertama lahir di Jerman oleh Raiffeissen dalam menanggulangi kemiskinan yang terjadi akibat kapitalisme dan
revolusi industri. Untuk Indonesia sendiri, CU mulai masuk sejak masa orde lama tepatnya pertengahan 1960-an yang dibawa oleh Pastor K. Albrecth Karim Arbie,
SJ. Tepatnya 8 Desember 1969 didirikanlah Credit Union Counselling Office CUCO, dan Pastor Albrecht terpilih sebagai ketuanya. CUCO mengambil peran
tunggal, yaitu mempromosikan CU di Indonesia. Berkat keuletan, kegigihan, dan kerja keras, dalam waktu relatif singkat CUCO sukses di 13 wilayah keuskupan di
Indonesia. Perkembangan CU hingga per 31 Desember 1975 seperti berikut: Jumlah CU 197 buah, jumlah anggota 14.834 orang, jumlah simpanan anggota Rp
95.463.089, jumlah pinjaman beredar Rp 86.332.210, jumlah kekayaan Rp 106.272.939 dan jumlah dana cadangan Rp 1.775.163.
http:www.hidupkatolik.com20120507pastor-albrecht-perintis-cu-di- indonesia diakses pada tanggal 25 Februari 2013 pukul 10.17 wib.
Sudah saatnya Indonesia mengalami transformasi ekonomi agar cita-cita sebagai Welfare State dapat segera terjewantahkan. Konsep CU sebagai
pengembangan ekonomi masyarakat dan gerakan semakin tersebar luas di
Universitas Sumatera Utara
24 Indonesia. Di Sumatera Utara, terdapat 61 CU di bawah Puskopdit BK3D Sumut.
Total aset CU di bawah Puskopdit BK3D ini, per November 2010, mencapai Rp 1 triliun. Uang tersebut semuanya berasal dari simpanan saham anggota CU yang
jumlahnya lebih dari 250.000 anggota. Dan masih banyak CU lainnya yang tidak terdaftar terdapat di Sumatera Utara. Hal ini disebabkan berbagai hal, dan yang
pasti CU menumbuhkan ekonomi mikro masyarakat. Perhimpunan KSPPM Kelompok Studi Pengembangan dan Prakarsa
Masyarakat, merupakan NGO Non Government Organization yang bergerak dalam pengembangan masyarakat dengan memakai model strategi CU. Walaupun
awal berdirinya, pada tahun 1983 dengan nama KSPH Kelompok Studi Penyadaran Hukum, hanya mengadvokasi masyarakat di Tapanuli Utara di
bidang hukum, founding father lembaga ini mulai menambah kiblatnya dalam pengembangan masyarakat karena dirasakan bahwa masyarakat bukan hanya buta
akan hukum akan tetapi juga dalam ekonomi yang terpuruk khususnya di wilayah Tano Batak. Untuk pengembangan masyarakat, KSPPM tidak hanya
memprakarsai pendirian CU diwilayah dampingan, tetapi juga melalui CU tersebut lembaga KSPPM mengadakan seminar dan pelatihan-pelatihan sebagai
bentuk pendidikan nonformal kepada para petani yang masuk kelompok CU dampingannya. Seminar dan pelatihan yang dibuat oleh KSPPM meliputi:
Pelatihan Kepemimpinan, Manajemen Organisasi, Manajemen Credit Union, Pengembangan Pertanian Selaras Alam, Sistem pemerintahan desa, Perdes,
Pengelolaan ADD, Ketahanan pangan, Perubahan iklim, KDRT, Pelatihan Pemenuhan Hak Sipil dan Ekosob, Pelatihan Keadilan Gender, Pelatihan
Pencegaha HIV AIDS, Pelatihan Monitoring HAM, dan lainnya yang dianggap
Universitas Sumatera Utara
25 perlu dalam mencerahkan pemikiran dan paradigma para petani. Bahkan, dalam
pengerjaan programnya, lembaga KSPPM tidak menutup diri untuk bekerja sama dengan lembaga lain yang dianggap se-visi dalam mengembangkan masyarakat.
Termasuk KPK Komisi Pemberantasan Korupsi, ICW Indonesian Corruption Watch, Bakumsu Badan Advokasi dan Hukum Sumatera Utara, JK-LPK
Jaringan Kerja Lembaga Pelayanan Kristen, dan lainnya. Lembaga KSPPM juga termasuk pendiri dan anggota INFID International NGO Forum for Indonesia
Development. Mulai dari berdirinya hingga sekarang, lembaga KSPPM telah membentuk
42 CU yang tersebar di beberapa wilayah, termasuk kabupaten Samosir, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, sedangkan di
Kabupaten Dairi ada 15 CU yang tergabung dalam STKD Serikat Tani Dairi. Khusus untuk wilayah Dairi, lembaga KSPPM telah passing out sejak 2010. Salah
satu prestasi lembaga KSPPM adalah mandirinya kelompok yang ada di wilayah Kabupaten Dairi dengan kelompok petani kopinya. Artinya, CU yang sudah
terbentuk tidak lagi didampingi secara komprehensif, tetapi para petani itu sendiri yang mengurusnya. Program pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh
lembaga KSPPM sejak berdiri hingga sekarang menunjukkan suatu perubahan yang cukup membantu negara ini dalam mensejahterakan masyarakat Indonesia.
Khusus untuk daerah Kabupaten Samosir, lembaga KSPPM telah membentuk 10 CU dan tergabung dalam STKS Serikat Tani Kelompok
Kabupaten Samosir. Salah satu prestasi STKS dalam beberapa tahun terakhir adalah mendapatkan dana APBD Kabupaten. Jumlah yang didapat memang tidak
banyak, tetapi sudah cukup menggambarkan bahwasanya ada dampak positif dari
Universitas Sumatera Utara
26 pembentukan kelompok CU. Dari sepuluh CU yang ada di Kabupaten Samosir,
CU tertua di daerah tersebut adalah CU Harapan Maju yang terletak di daerah desa Lintongnihuta kecamatan Ronggurnihuta. Kelompok CU Harapan Maju ini
terbentuk sejak tahun 1997. Dan sekarang, telah memiliki saham hampir 360 juta dengan jumlah pinjaman mencapai 35-40 juta. Disamping itu, anggota kelompok
CU Harapan Maju memiliki kapasitas yang lumayan maju dibandingkan dengan masyarakat desa lainnya. Paradigma berpikir mereka juga tidak bertendensi
kepada bantuan sosial, artinya setiap ada kegiatan yang ada di desa mereka tidak terlau berharap dengan adanya dana insentif, tapi bagaimana cara mendapatkan
ilmu dalam meningkatkan kesejahteraan mereka. Salah satu prestasi CU Harapan Maju yang dapat dibanggakan adalah menaikkan salah satu anggota mereka
menjadi kepala desa. Untuk ke depannya, kelompok ini berusaha ingin menaikkan salah satu anggota kelompok menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Tujuan utama dan ekspektasi mereka agar suara masyarakat dapat teraspirasikan jika ada yang memiliki jabatan.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dipaparkan, maka peneliti tertarik untuk melihat bagaimana Peranan Kelompok Studi dan Pengembangan
Prakarsa Masyarakat dalam meningkatkan kemandirian masyarakat melalui Credit Union Harapan Maju di Desa Lintongnihuta Kecamatan Ronggurnihuta
Kabupaten Samosir.
1.2 Perumusan Masalah