45
c. Perkembangan Sosial
Menurut Santrock 2008: 22, bahwa secara sosial hubungan remaja dengan orang tuanya mulai berpindah ke teman
sebaya. Hubungan interpersonal dengan
peer-group
nya menjadi intensif karena penerimaan oleh teman sebaya menjadi penting
bagi remaja. Teman sebaya merupakan tempat berbagi perasaan dan pengalamannya yang menjadi bagian dari proses pembentukan
identitas diri. Selain itu muncul gejala konformitas yaitu tekanan dari kelompok sebaya
peer
, baik nyata maupun tidak, sehingga remaja mengadopsi sikap atau perilaku orang lain baik positif atau
negatif. Jadi perkembangan hubungan sosial remaja dengan teman sebayanya lebih intensif dibanding dengan orang tuanya. Karena
peran teman sebayanya lebih penting sebagai proses penerimaan
dirinya di lingkungan tersebut.
Menurut Syamsudin dkk 2004: 587 dalam masa pembentukan identitas dirinya, remaja telah dapat melakukan proses seleksi atas
nilai-nilai dan
sikap-sikap yang
sudah dimilikinya
serta mempertahankan apa yang menurutnya baik integritas diri dalam
rangka menjadi individu yang unik dan utuh. Beberapa pandangan di atas dapat dimaknai bahwa keberhasilan dalam pergaulan sosial atau
interaksi sosial dengan teman sebayanya menambah rasa percaya diri pada remaja sehingga setiap remaja berusaha untuk diterima dalam
suatu kelompok.
46
d. Perkembangan Emosi
Menurut Conger Papalia dkk, 2001: 55 ciri-ciri masa remaja yaitu peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja
awal yang dikenal dengan masa
strom
yang disertai dengan kematangan seksual. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari
perubahan fisik yang cepat terutama hormone yang terjadi pada masa remaja yang membuat remaja tidak yakin akan diri dan kemampuan
mereka. Penjelasan di atas menjelaskan bahwa pada masa remaja awal terjadi ketegangan emosional dan diharapkan untuk tidak lagi
bertingkah seperti anak-anak, harus lebih mandiri dan bertanggung jawab.
Senada dengan pendapat di atas, SunartoAgung Hatono 2002: 150-151 mengungkapkan masa remaja awal dianggap sebagai periode
“badai dan kesehatan” , suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.
Meningginya emosi terutama remaja awal karena adanya tekanan sosial menghadapi kondisi baru dan penyesuaian sosialnya. Pendapat
di atas menekankan bahwa pada masa remaja merupakan masa yang penuh tekanan dan goncangan disertai kondisi yang tinggi.
Selanjutnya menurut
Syamsu Yusuf
2009: 196-197
mengungkapkan bahwa masa remaja awal merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan
47 fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi berkembangnya
emosi. Pada usia remaja awal ini, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang kuat terhadap
peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat negatif dan temperamental sedangkan remaja akhir sudah mampu untuk
mengendalikan emosinya. Dari pendapat tersebut di maknai bahwa pada usia remaja awal, remaja cenderung mengalami perkembangan
emosi yang tinggi dibanding remaja akhir yang lebih mampu untuk mengelola emosinya tersebut.
Sedangkan menurut Andi Mapiarre 1984: 31-32 mengungkapkan bahwa pada masa remaja akhir, remaja akan menghadapi masalah
secara lebih matang. Remaja tidak lagi sering bingung, suka marah- marah, merasa letih-lesu dibandingkan dalam masa remaja awal.
Umumnya remaja menghadapi kesulitan atau kekecewaan-kekecewaan dengan lebih tabah dibandingkan masa-masa lalu.
Senada dengan pendapat diatas, Sri Rumini Siti Sundari 2004: 73-74 bahwa kondisi emosi pada masa remaja akhir cenderung tidak
meledak-ledak melainkan relatif lebih stabil dibandingkan pada masa remaja awal. Bila menghadapi obyek yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan bersikap atas hasil pemikirannya sendiri. Apabila terjadi bentrokan atau salah paham, akan dihadapi dengan tenang dan
teratur. Dari penjelasan tersebut menjabarkan bahwa pada remaja akhir
48 perubahan emosi lebih stabil dan cenderung mampu untuk mengontrol
emosinya dengan pikiran yang tenang. Berdasarkan beberapa pandangan menurut para ahli di atas dapat
ditariok kesimpulan bahwa perkembangan emosi pada masa remaja akhir lebih stabil, tidak meledak-ledak, mampu mengelola serta
mengontrol emosinya, dan bersikap tenang dalam menghadapi berbagai persoalan.
e. Perkembangan Moral