2. Dari segi Perkawinan
Suatu perkawinan campuran dapat menyebabkan perubahan status kewarganegaraan seseorang, ada dua asas yang digunakan dalam hal ini,
yaitu asas kesatuan hukun dan asas persamaan drajat. Asas kesatuan hukum bertolak dari hakikat ikatan suami istri dalam keluarga. Asas ini
pada umumnya pihak istri yang mengikuti kewarganegaraan suami, dan kemudian muncul gerakan emansipasi wanita yang beranggapan bahwa
asas ini telah merendahkan wanita karena wanita harus selalu mengikuti kewarganegaraan suaminya, gerakan ini berpendapat bahwa wanita sama
seperti laki-laki yang memiliki kebebasan untuk memilih, sehingga muncullah asas persamaan drajat dalam menentukan kewarganegaraan dari
segi perkawinan. Dalam asas ini suatu perkawinan tidak mengubah kewarganegaraan masing-masing pihak
27
Penggunaan asas kewarganegaraan dari segi perkawinan yang berbeda antara negara dapat menyebabkan status
bipatride maupun apatride, melalui perkawinan seorang wanita dapat memiliki lebih dari satu
kewarganegaraan ataupun dapat kehilangan kewarganegaraan. Misalnya negara X menganut asas kesatuan hukum sedangkat negara Y menganut
asas persamaan drajat. Bipatride dapat terjadi apabila seorang laki-laki dari
negara X menikahi seorang wanita dari negara Y, sebaliknya apatride
27
Ibid, hlm. 13
Universitas Sumatera Utara
terjadi apabila seorang laki-laki yang berasal dari negara Y menikahi seorang wanita yang berasal dari negara X
28
. Dalam kaitannya dengan perlindungan kelompok etnis yang tidak
memiliki kewarganegaraan adalah pemberian kewarganegaraan dengan menggunakan asas perkawinan bai asas kesatuan hukum maupun asas
persamaan drajat. Kedua asas ini dapat mengurangi jumlah jumlah orang yang tidak memiliki kewarganegaraan baik istri maupun suami dapat
memilih mempertahankan kewarganegaraannya ataupun mengikuti pasangannya. Sehingga tidak menjadi soal siapa yang tidak memiliki
kewarganegaraan selama salah satu pasangannya memiliki kewarganegaraaan. Tetapi dalam asas kesatuan hukum yang pada
umumnya istri yang mengikuti kewarganegaraan suami, jika suami tidak memiliki kewarganegaraan maka istri terancam kehilangan
kewarganegaraannya. Oleh karena itu, jika ditujukan untuk mengurangi jumlah orang yang tidak memiliki kewarganegaraan, penggunaan asas
kesatuan hukum ditetapkan jika yang tidak memiliki kewarganegaraan adalah istri, bukan suami.
Perlindungan terhadap orang yang tidak memiliki kewarganegaraan banyak disorot oleh publik internasional, sehingga diadakannya beberapa
konvensi yang mengatur tentang perlindungan seseorang ataupun sekelompok orang maupun etnis yang tidak memiliki kewarganegaraan
tempat dimana mereka tinggal, mengingat akan pentingnya
28
Ibid, hlm. 14
Universitas Sumatera Utara
kewarganegaraan yang harus dimiliki oleh setiap orang yang mendiami suatu negara, berikut adalah beberapa konvensi yang mengatur bahwa
betapa pentingnya memiliki kewarganegaraan dalam suatu negara, yaitu ;
1. Convention Relating to the Stateless Persons