g. Differential Weigth
Timbangan matematika yang diekspresikan dengan angka kardinal dilambangkan dengan
di mana , , … , ;
, , … , dan digunakan untuk
membedakan variabel simpangan di dalam suatu tingkat prioritas . Biasanya
disebut juga bobot.
2.3 Analytic Hierarchy Process
2.3.1 Pengertian Analytic Hierarchy Process
Metode AHP merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor logika, intuisi, pengalaman, pengetahuan, emosi, dan
rasa untuk dioptimasi dalam suatu proses yang sistematis, serta mampu membandingkan secara berpasangan hal-hal yang tidak dapat diraba maupun yang
dapat diraba, data kuantitatif maupun data kualitatif. Metode AHP ini mulai dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika yang bekerja pada
University of Pittsburgh di Amerika Serikat, pada awal tahun 1970-an.
2.3.2 Landasan Aksiomatik dan Metode Dasar Analytic Hierarchy Process
Analytic Hierarchy Process AHP mempunyai landasan aksiomatik yang terdiri dari:
1. Reciprocal Comparison
Matriks perbandingan berpasangan yang terbentuk harus bersifat berkebalikan. Misalnya, jika A adalah kali lebih penting dari pada B maka
B adalah kali lebih penting dari A. 2.
Homogenity Kesamaan dalam melakukan perbandingan. Misalnya, tidak dimungkinkan
membandingkan jeruk dengan bola tenis dalam hal rasa, akan lebih relevan jika membandingkan dalam hal berat.
3. Dependence
Setiap jenjang level mempunyai kaitan complete hierarchy walaupun mungkin saja terjadi hubungan yang tidak sempurna incomplete hierarchy.
4. Expectation
Universitas Sumatera Utara
Menonjolkan penilaian yang bersifat ekspektasi dan persepsi dari pengambil keputusan. Jadi yang diutamakan bukanlah rasionalitas, tetapi dapat juga yang
bersifat irrasional. Digunakan skala 1 sampai 9 yang diinterpretasikan sebagai berikut:
Tabel 2.1 Nilai Interpretasi Relatif
Nilai a
ij
Interpretasi
1 dan sama pentingnya
3 sedikit lebih penting dibandingkan
5 lebih penting dibandingkan
7 sangat lebih penting dibandingkan
9 mutlak lebih penting dibandingkan
Sumber: Thomas L. Saaty, 1990.
2.3.3 Perhitungan Rasio Konsistensi
AHP menoleransi adanya inkonsistensi dengan menyediakan ukuran inkonsistensi penilaian. Ukuran ini merupakan salah satu elemen penting dalam proses
penentuan prioritas berdasarkan pairwise comparison. Semakin besar rasio konsistensi, maka pairwise comparison semakin tidak konsisten. Nilai rasio
konsistensi yang diterima adalah lebih kecil atau sama dengan sepuluh persen. Untuk mengetahui apakah hasil penilaian bersifat konsisten, maka beberapa
langkah untuk menguji konsistensi penilaian adalah sebagai berikut: 1.
Membuat matriks perbandingan berpasangan pairwise comparison matrix 2.
Menentukan nilai eigen, sehingga diperoleh nilai
maks
3. Menentukan Indeks Konsistensi IK
4. Menentukan Rasio Konsistensi RK
Dalam menentukan Rasio Konsistensi RK diperlukan nilai Indeks Random IR, sebagai berikut:
Tabel 2.2 Nilai Indeks Random IR untuk Permasalahan Kecil 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,51 Sumber: Thomas L. Saaty, 1990.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pengumpulan Data