LAKIP 2015 TPSA BPPT 23
Tabel 3.1 Capaian Kinerja Program Kedeputian TPSA Tahun 2015
No Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Target Capaian
1 Terwujudnya
pemanfaatan teknologi survey dan observasi
sumberdaya maritim Jumlah pemanfaatan
teknologi maritim untuk eksplorasi cekungan
migas tambahan di perairan Indonesia
1 1
100
Jumlah pemanfaatan ocean observation
platform bouy tsunami 1
1 100
2 Terbangunnya teknologi
SAR polarimetri untuk eksplorasi sumberdaya
alam Jumlah aplikasi teknologi
SAR polarimetri remote
sensing untuk pemantauan dan prediksi
produksi tanaman padi 1
1 100
3 Meningkatnya
kemandirian bangsa melalui inovasi dan
layanan teknologi Jumlah propinsi yang
menurun tingkat resiko bencana
1 1
100
Hasil analisis lengkap pada setiap indikator kinerja di masing-masing sasaran strategis tersebut berdasarkan criteria analisis seperti tersebut di atas, seperti diuraikan di
bawah ini.
3.1.1. Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya daya saing Industri melalui inovasi dan layanan teknologi.
3.1.1.1. Sasaran Program SP 1 : Terwujudnya Pemanfaatan Teknologi Survei dan Observasi Sumberdaya Maritim
A. Indikator Kinerja : Jumlah Pemanfaatan Teknologi Maritim untuk Eksplorasi Cekungan Migas Tambahan di Perairan Indonesia
a. Uraian Kegiatan
Sejalan dengan Rencana Strategis dan Road Map TPSA tahun 2015-2019,
Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi Survei Kelautan tahun 2015 adalah difokuskan pada kegiatan-kegiatan peningkatan kemampuan teknologi survei dan
LAKIP 2015 TPSA BPPT 24
observasi laut termasuk dalam rangka mendukung kegiatan eksplorasi hidrokarbon laut. Salah satu indikator sasaran program Terwujudnya Pemanfaatan Teknologi Survei dan
Observasi Sumberdaya Maritim adalah satu 1 pemanfaatan teknologi maritim untuk eksplorasi cekungan migas tambahan di perairan Indonesia. Dalam pencapaian sasaran
program, kegiatan ini dibagi atas dua komponen utama, yaitu: 1 Rekayasa Teknologi Survei dan Observasi Kelautan di Indonesia untuk mendukung industri kelautan; 2
Operasional survei laut dalam rangka eksplorasi hidrokarbon di perairan Indonesia Timur dan daerah frontier. Pada tahun 2015, telah dilaksanakan satu 1 survei di Perairan
Selatan Selat Makassar dalam rangka kegiatan eksplorasi cekungan migas. Pada pelaksanaan survei tersebut, selain melibatkan personil BPPT juga mengundang personil
survei dari luar BPPT sebagai peninjau dan mitra kerjasama, yaitu personil survei dari PT. PADI dan PT. Sucofindo. Penjelasan indikator kinerja diperlihatkan pada tabel di bawah
ini. Tabel 3.2. Penetapan Kinerja Indikator Sasaran Program 1 Indikator Kinerja 1
Sasaran Program Indikator Kinerja
Target Penjelasan
Terwujudnya pemanfaatan teknologi
survei dan observasi sumberdaya maritim
Jumlah Pemanfaatan Teknologi Maritim untuk
Eksplorasi Cekungan Migas Tambahan di
Perairan Indonesia 1
Satu 1 survei eksplorasi hidrokarbon di
perairan Indonesia Timur dan Daerah Frontier
Tahun 2006-2007, BPPT telah mengadakan peralatan seismik laut yaitu sistim navigasi seismik laut, sistim recording seismik 2D dengan panjang kabel
streamer- 240 kanal 20 unit ALS, 1 unit ALS memiliki kanal sepanjang 3000 meter, dan sebagian sistim
source seismik laut yaitu G-Gun beserta perlengkapannya . Peralatan-peralatan tersebut telah di pasang di KR Baruna Jaya II. Namun demikian sistem seismik di K.R. baruna Jaya
II belum sepenuhnya bisa untuk melaksanakan survey seismik laut karena belum dilengkapi dengan kompresor seismik sebagai mesin untuk meniupkan udara tekanan
tinggi minimum 2000 psi pada s G-GUN sebagai sumber ledakan pada survey seismik laut. Pada tahun 2007, BPPT bekerja sama dengan PT. Elnusa Geoscience yang memiliki
kompresor dengan kapasitas 275 SCFM untuk melaksanakan sea trial survey seismik laut di perairan barat Bengkulu bersama sama dengan institusi lain seperti P3GL – ESDM dan
LEMIGAS -. Dalam kegiatan tersebut telah diuji-coba seluruh komponen peralatan dengan menggunakan kabel streamer 48 channel 500 meter. Tahun 2013, BPPT membeli 2 dua
LAKIP 2015 TPSA BPPT 25
kompressor seismik dengan kapasitas masing-masing 800 SCFM untuk melengkapi peralatan survey seismik laut di K.R. Baruna Jaya II. Dengan demikian BPPT telah memiliki
peralatan survey seismik laut yang bisa dianggap komplit untuk melaksanakan suatu survey seismik laut. Meskipun demikian dikarenakan keterbatasan dana, uji coba survey
seismik laut baru bisa dilaksanakan pada kegiatan kajian ekplorasi cekungan potensi minyak dan gas tahun 2015. Pada kegiatan ini dilakukan juga uji coba kemampuan dan
kapasitas kompresor. Selain spesifikasi teknis dan kemampuan teknologi eksplorasi migas laut yang
handal, kegiatan eksplorasi migas perlu melakukan kajian untuk penentuan lokasi survey yang disesuaikan dengan spesifikasi alat dan kapal. Pada awal kegiatan, telah
direncanakan setidaknya 5 cekungan sedimen untuk pelaksanaan survey. Cekungan – cekungan tersebut antara lain Ujung Kulon, Makassar Selatan, Billiton, Savu, dan
Spormonde. Pada tahun 2015, kegiatan ini juga melaksanakan focus group discussion FGD untuk membahas secara komprehensif dan menentukan cekungan yang akan dikaji.
Hasil FGD tersebut merekomendasikan bahwa Cekungan Makassar Selatan mempunyai potensi hidrokarbon yang besar pada lapisan yang berumur Jura. Hasil tersebut menjadi
acuan dalam pelaksanaan survey eksplorasi hidrokarbon menggunakan KR. Baruna Jaya II yang dilengkapi dengan peralatan survey seismic multichannel 2D. Pengembangan
teknologi eksplorasi hidrokarbon seismic 2D KR. Baruna Jaya II diperlukan secara nasional dalam rangka mendukung program eksplorasi migas lepas pantai khususnya di Indonesia
yang saat ini menjadi tugas Kementerian Energi, Sumberdaya Daya Mineral. Teknologi ini merupakan satu-satunya teknologi eksplorasi migas laut lepas dengan peralatan seismic
2D di Indonesia. Adapun status tingkat kesiapan teknologi TKT survey eksplorasi hydrocarbon di laut KR. Baruna Jaya II dengan teknologi seismic 2D saat ini telah
mencapai 7. Teknologi ini telah diaplikasikan sebelumnya melalui layanan teknologi, namun masih perlu penyempurnaan sistim untuk mencapai nilai optimal dalam
keberhasilan pengoperasian TKT = 9. Outcome program pada akhir kegiatan adalah terwujudnya rekomendasi teknologi
survey eksplorasi migas laut 2D dalam rangka mendukung eksplorasi hidrokarbon di perairan Indonesia Timur dan daerah cekungan-cekungan sedimen daerah frontier.
Adapun target akhir program di tahun 2015 adalah terlaksananya satu 1 survey eksplorasi hidrokarbon laut pada satu 1 cekungan di perairan Indonesia.
LAKIP 2015 TPSA BPPT 26
Tabel 3.3 Kriteria SMART IKU
Kriteria Penjelasan
Specific Eksplorasi Hidrokarbon di Perairan Indonesia Timur dan
Daerah Frontier Teknologi Measureable
Beroperasinya sistem
eksplorasi seismic
laut dan
terlaksananya sejumlah survey seismic laut Achieveable
Teknologi eksplorasi hydrokarbon di laut dapat dimanfaatkan kementerian ESDM untuk membantu pemetaan potensi
MIGAS laut di Indonesia Timur dan daerah frontier dalam rangka pembuatan peta migas. Selain itu, teknologi sesimik 2D
KR. Baruna Jaya ini dibutuhkan BIG dalam menambah wilayah dan penyelesaian batas wilayah territorial maupun untuk
penambahan wilayah yurisdkisi nasional maksimum 150 mil laut di luar ZEE extended continental self
Relevant Teknologi Eksplorasi Migas memiliki relevansi dengan
RPJMN III tahun 2015-2019. Time Bound
Pengembangan Teknologi Eksplorasi Migas 2D diharapkan dapat mencapai nilai TKT 9 pada tahun 2017
Pelaksanaan survei eksplorasi migas di perairan Indonesia Timur Selatan Makassar menggunakan KR. Baruna Jaya II dapat dilihat pada Gambar 3.1.
LAKIP 2015 TPSA BPPT 27
Gambar 3.1. Foto-foto pelaksanaan survei eksplorasi hidrokarbon di perairan Indonesia Timur Selatan Makassar dan daerah forntier
menggunakan KR. Baruna Jaya II
b. Tabel Ringkasan