75
Pengampunan pajak
1984 WP terdaftar
WP yang belum
terdaftar a. Pajak Pendapatan;
b. Pajak Kekayaan; c. Pajak Perseroan;
d. PDBR; e. Pajak Pendapatan
Buruh; f. Pajak Penjualan
Uang tebusan: • 1
dari jumlah
kekayaan yang
dimohonkan bagi yg sudah lapor SPT;
• 10 untuk yg tidak lapor.
18 April 1984 s.d.
31 Des 1984
-
Sunset Policy 2008
WP Orang Pribadi dan
Badan Orang Pribadi:
a.
penghapusan sanksi administrasi berupa
bunga atas pajak yang tidak atau
kurang dibayar
b.
penghapusan sanksi administrasi berupa
bunga atas
keterlambatan pelunasan
kekurangan pembayaran pajak.
Badan: penghapusan
sanksi administrasi
berupa bunga
atas keterlambatanpelunasan
kekuranganpembayaran pajak.
- Tahun
2008 s.d 28
Februari 2009
-
a. Program Pengampunan Pajak tahun 1964
Program Pengampunan Pajak tahun 1964 dilakukan berdasarkan Penetapan Presiden Nomor 5 Tahun 1964
tentang Peraturan Pengampunan Pajak. Program tersebut memiliki pertimbangan bahwa ketentuan fiskal tidak membeda-
bedakan apakah tambahan harta itu disebabkan oleh usaha- usaha halal atau diperoleh dengan tindak pidana umpama
korupsi. Dengan demikian maka kelonggaran-kelonggaran fiskal yang sekiranya akan diadakan harus disertai pula
kelonggaran-kelonggaran dibidang kepidanaan. Menyadari sepenuhnya bahwa aparatur pemungutan pajak yang sedang
dibangun untuk sementara tidak akan mampu menghadapi pelanggaran-pelanggaran fiskal tersebut maka oleh
Pemerintah membentuk suatu kebijaksanaan untuk mengatasi hal tersebut. Mereka yang memiliki modal tetapi belumtidak
membayar pajak telah merasa bersalah dan menurut petunjuk-
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
76
petunjuk yang diperoleh, mereka bersedia memenuhi panggilan Pemerintah untuk ikut serta didalam pembangunan
ekonomi asalkan diadakan kelonggaran kelonggaran fiskal dan kepidanaan.Penerapan Pengampunan Pajak pada masa
tersebut belum cukup berhasil dikarenakan sistem administrasi perpajakan pada masa itu belum memadai dan kurangnya
sosialisasi kepada masyarakat.
b. Program Pengampunan Pajak di tahun 1984
Pengampunan Pajak di tahun 1984 dilakukan melalui Keputusan Presiden Nomor 26 tahun 1984 tanggal 18 April
1994. Pengampunan Pajakdiberikan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan dengan nama dan dalam bentuk
apapun, baik yang telah maupun yang belum terdaftar sebagai Wajib Pajak diberi kesempatan untuk mendapatkan
Pengampunan Pajak. Tujuan diberikannyapengampunan pajakini adalah karena pada saat itu, tengah diterapkan
serangkaian UU perpajakan baru yang mempunyai perbedaan signifikan dengan ketentuan yang sebelumnya ada sehingga
dipandang perlu adanya suatu titik awal yang bersih dari masyarakat. Pengampunan Pajaktersebut diberikan atas
pajak-pajak yang belum pernah atau belum sepenuhnya dikenakan atau dipungut sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Adapun bentuk pengampunannya dikenakan tebusan dengan tarif:
1 Sebesar 1 satu persen dari jumlah kekayaan yang
dijadikan dasar untuk menghitung jumlah pajak yang dimintakan pengampunan, bagi Wajib Pajak yang pada
tanggal ditetapkannya Keputusan Presiden ini telah memasukkan
Surat Pemberitahuan
Pajak PendapatanPajak Perseroan tahun 1983 dan Pajak
Kekayaan tahun 1984;
2 Sebesar 10 sepuluh persen dari jumlah kekayaan yang dijadikan dasar untuk menghitung jumlah pajak yang
dimintakan pengampunan, bagi Wajib Pajak yang pada
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
77
tanggal ditetapkannya Keputusan Presiden ini belum memasukkan
Surat Pemberitahuan
Pajak PendapatanPajak Perseroan tahun 1983 dan Pajak
Kekayaan tahun 1984.
Namun demikian, meskipun sudah diperpanjang selama enam bulan, Gillis menyatakan bahwa Pengampunan Pajak1984ini
telah gagal dan tidak banyak Wajib Pajak yang tertarik untuk memanfaatkannya. Selain itu, sepertinya Pemerintah belum
terlalu memberikan perhatian yang besar terhadap sektor pajak, terutama mengingat masih adanya alternatif
pembiayaan pembangunan dari sektor migas, perdagangan internasional, maupun utang luar negeri.
c. Program Sunset Policy 2008