24
para-para buruh bekerja justru menggelapkan pajak mereka karena sewaktu- waktu Pemerintah dapat mengampuni harta kekayaan mereka yang tidak jelas
sumber dan asal usulnya itu.
Seharusnya, kalau Pemerintah dan Menteri Keuangan memiliki data yang benar tentang masalah ini, maka kalau di atas 5 tahun wajib dikenai denda
100 kalau benar memiliki data. Tetapi memang ahli perhatikan ini, seperti memasang jaring yang besar sekali dan meraba-raba, ikan hiu, ikan teri, masuk
semua.
2. H. Makmur Amir, S.H., M.H.
Sejak diundangkan menjadi UU Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5899 selanjutnya disebut UU Pengampunan Pajak pada tanggal 1 Juli 2016,
terdapat sejumlah persoalan konstitusionalitas norma yang begitu krusial dan telah merugikan para Pemohon. Norma yang diujikan oleh para Pemohon
dalam UU Pengampunan Pajak termaktub dalam sejumlah pasal yakni Pasal 1 angka 1, Pasal 3 ayat 1, ayat 2, ayat 3, ayat 4, dan ayat 5, Pasal 4 ayat
1, ayat 2, ayat 3, Pasal 21 ayat 2, dan ayat 3, Pasal 22, dan Pasal 23 ayat 1 dan ayat 2 UU Pengampunan Pajak terhadap Pasal 1 ayat 3, Pasal
23A, Pasal 27 ayat 1, dan Pasal 28F Undang-Undang Dasar 1945.
Adapun fokus utama ahli dalam hal ini sebelum masuk ke norma-norma yang diujikan oleh para Pemohon kepada Yang Mulia Hakim Konstitusi, adalah
terkait dengan hak danatau kewenangan konstitusional dari para Pemohon yang telah nyata-nyata dirugikan oleh berlakunya UU Pengampunan Pajak
atau biasa disebut pula dengan isilah UU Tax Amensty. Oleh karena itu perlu kiranya dalam hal ini ahli menjelaskan kedudukan hukum legal standing dari
para Pemohon itu sendiri. Kualifikasi yang harus dipenuhi oleh para Pemohon sebagai Pihak telah diatur dalam ketentuan Pasal 51 ayat 1 Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2003 junctoUndang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Mahkamah Konstitusi selanjutnya disebut UU MK, yang menyatakan bahwa
Para Pemohon adalah pihak yang menganggap hak danatau kewenangan
konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya undang-undang, yaitu: a. perorangan warga negara Indonesia;
b. kesatuan masyarakat hukum adat separijang masih hidup dan sesuai
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
25
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang;
c. badan hukum pubiik atau privat; atau
d. lembaga negara. Kualifikasi para Pemohon yang berhak mengajukan pengujian norma ke
Mahkamah Konstitusi tersebut sama halnya dengan yang diatur dalam Pasal 3 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 06PMK2005 tentang Pedoman
Beracara Dalam Perkara Pengujian Undang-Undang PMK 062005. Terkait dengan hal ini pula perlu ditegaskan bahwa masing-masing
Pemohon dalam perkara 63PUU-XIV2016 ini yakni dari KSPI, Partai Buruh,
dan SBSI, masing-masing telah memenuhi Pasal 51 ayat 1 huruf c Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2003 junctoUndang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Mahkamah Konstitusi, yang mana dalam norma ini dinyatakan bahwa
salah satu pihak yang dapat mengajukan uji materiil kepada Mahkamah Konstitusi dikarenakan hak danatau kewenangan konstitusionalnya dirugikan
oleh berlakunya UU Pengampunan Pajak ini yaitu badan hukum publik atau privat.
Hal ini dibuktikan pula bahwa masing-masing dari Pemohon tersebut jelas status hukumnya misalnya untuk Serikat Buruh Sejahtera Indonesia
SBSI tercatat sebagai badan hukum di kementerian Hukum dan HAM pada Desember 2015. Hal yang sama juga berlaku untuk Konfederasi Serikat
Pekerja Indonesia KSPI dan Partai Buruh, oleh karena itu dari sisi Pasal 51 UU MK telah terpenuhi.
Lebih lanjut lagi, hak danatau kewenangan konstitusional yang dimaksud ketentuan Pasal 51 ayat 1 UU MK tersebut juga dipertegas dalam
penjelasannya, bahwa yang dimaksud dengan hak konstitusionar adalah hak-hak yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Ketentuan Penjelasan Pasal 51 ayat 1 ini
menegaskan, bahwa hanya hak-hak yang secara eksplisit diatur dalam UUD 1945 saja yang termasuk hak konstitusionar. Oleh karena itu, menurut
Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi, agar seseorang atau suatu pihak dapat diterima sebagai Pemohon yang memiliki kedudukan hukum legal
standing dalam permohonan pengujian Undang-Undang terhadap UUD n
1945, maka terlebih dahulu harus menjelaskan dan membuktikan: a. Kualifikasinya sebagai Pemohon dalam permohonan a quo sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 51 ayat 1 Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi;
b. Hak danatau kewenangan konstitusionalnya sebagaimana dimaksud dalam Penjelasan Pasal 51 ayat 1 dianggap telah dirugikan oleh berlakunya
undang-undang a quo. Mengenai batasan kerugian konstitusional, Mahkamah Konstitusi
telah memberikan pengertian dan batasan tentang kerugian konstitusional yang timbul karena berlakunya suatu undang-undang hams memenuhi 5 lima
3
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
26
syarat vide Putusan Nomor 006PUU-III2005 dan Nomor 011 PUU-V 2007 yaitu sebagai berikut:
a. adanya hak danatau kewenangan konstitusional Pemohon yang diberikan
oleh UUD 1945; b. bahwa hak danatau kewenangan konstitusional Pemohon tersebut
dianggap oleh Pemohon telah dirugikan oleh suatu Undang-Undang yang diuji;
c. kerugian hak danatau kewenangan konstitusional Pemohon yang dimaksud bersifat spesifik khusus dan aktual atau setidaknya bersifat
potensial yang menurut penalaran yang wajar dapat dipastikan akan terjadi;
d. adanya hubungan sebab akibat causal verband antara kerugian dan berlakunya Undang-Undang yang dimohonkan pengujian;
e. adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya permohonan maka kerugian danatau kewenangan konstitusional yang didalilkan tidak akan
atau tidak lagi terjadi. Syarat-syarat sebagaimana dinyatakan dalam Putusan Nomor 006
PUU-III2005 dan Perkara Nomor 011PUU-V2007 merupakan suatu yusiprudensi tetap, dan dalam hal ini ahli perlu kiranya menjelaskan bahwa
kelima syarat tersebut telah terpenuhi oleh para Pemohon dalam perkara pengujian UU Pengampunan Pajak, sehingga para Pemohon memiliki
kualifikasi kedudukan hukum legal standing sebagai para Pemohon. Adapun masing-masing syarat tersebut dapat dibuktikan yakni sebagai berikut:
1. Adanya hak danatau kewenangan konstitusional para Pemohon