Keadaan Penduduk KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

commit to user 30 Sebagian besar tanah kering 29,2 ha 21 digunakan untuk pekarangan atau bangunan, tegal atau kebun sebesar 23,1 ha 17. Tanah kering tegal atau kebun kebanyakan sudah dimanfaatkan untuk mengembangkan usaha budidaya perikanan. Sehingga dengan adanya perubahan ini diharapkan dapat menambah penghasilan penduduk apabila dikelola dengan baik. Desa Tegalrejo berada pada ketinggian 150 mdpl meter diatas permukaan laut dengan curah hujan 2297 mmth millimeter pertahun. Daerah ini termasuk dalam iklim yang sedikit basah Golongan C menurut Scmidth Ferguson. Iklim ini artinya kejadian bulan kering lebih sedikit dibanding dengan bulan basah, dengan tujuh bulan basah, dua bulan lembab dan tiga bulan kering. Kondisi tersebut merupakan salah satu pendukung karena kondisi curah hujan akan memberi pasokan air bagi tanah. Sehingga sumur yang ada dapat terjaga persediaan airnya. Persediaan air sumur dapat menunjang kebutuhan air pada budidaya perikanan. Budidaya perikanan dapat dilakukan pada kawasan yang merupakan dataran rendah dan memiliki ketersediaan air. Wilayah Desa Tegalrejo cocok untuk budidaya ikan lele karena syarat ketinggian tanah untuk pertumbuhan ikan lele adalah kurang dari 700 mdpl dan curah hujannya 1500-2000 mmth. Selain itu, Desa Tegalrejo memiliki sumber mata air Mungup dan dilewati oleh Sungai Gandul. Potensi tersebut mendukung untuk peningkatan dan pengembangan perikanan. Kesesuaian kondisi topografi Desa Tegalrejo dengan jenis komoditas perikanan yang akan dikembangkan adalah budidaya jenis ikan lele, karper, tawes dan nila. Kondisi geografi Desa Tegalrejo yang mendukung dengan budidaya perikanan ini sesuai dengan penerapan program pengembangan kawasan minapolitan “Kampung Lele”.

B. Keadaan Penduduk

1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Jumlah penduduk yang diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin dapat digunakan untuk menghitung sex ratio di desa tersebut. Sex ratio commit to user 31 digunakan untuk mengetahui perbandingan banyaknya penduduk laki-laki dengan perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Dinyatakan dengan banyaknya penduduk laki-laki per 100 penduduk perempuan. Tabel 2 menunjukkan jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Desa Tegalrejo tahun 2010. Tabel 2. Keadaan Penduduk Desa Tegalrejo Berdasarkan Jenis Kelamin No Umur tahun Distribusi Jiwa orang Prosentase 1. 2. Laki-laki Perempuan 1.739 1.724 50 50 Jumlah 3.463 100 Sumber: Monografi Desa Tegalrejo Tahun 2010 Untuk menghitung sex ratio menggunakan rumus yaitu jumlah penduduk laki dibanding dengan jumlah penduduk perempuan dikalikan 100. Di mana sex ratio Desa Tegalrejo adalah: SR = 100 x perempuan penduduk laki laki Penduduk å å - = 100 724 . 1 739 . 1 x = 100,8 = 101 Berdasarkan data di atas, sex ratio pada data monografi wilayah tahun 2010 adalah 101, yang artinya dalam setiap 100 penduduk perempuan terdapat 101 penduduk laki-laki. Keadaan ini menggambarkan bahwa jumlah penduduk laki-laki dibandingkan jumlah penduduk perempuan seimbang. Jumlah penduduk yang seimbang dapat disebabkan oleh adanya migrasi, kematian dan kelahiran yang terjadi di desa tersebut. Apabila angka SR sex ratio seimbang, berarti di wilayah tersebut penduduk laki-laki dan perempuan seimbang. Keadaan ini menunjukan tenaga kerja laki-laki dan perempuan tersedia untuk melaksanakan berbagai kegiatan perekonomian dan sosial yang memerlukan tenaga dari keduanya. commit to user 32 Keadaan jumlah penduduk yang seimbang ini dapat mendukung program pengembangan kawasan minapolitan “Kampung Lele” Desa Tegalrejo. Hal ini dikarenakan pekerjaan budidaya perikanan dapat dikerjakan oleh tenaga laki-laki dan perempuan. Laki-laki mengerjakan suatu kegiatan yang memerlukan lebih banyak tenaga seperti pembuatan kolam ikan. Perempuan memiliki peran dalam mengusahakan budidaya perikanan yaitu memberikan pakan ikan. Selain itu, perempuan dapat membantu membuat produk olahan ikan lele. 2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Jumlah penduduk yang diklasifikasikan berdasarkan kelompok umur dapat digunakan untuk menghitung Angka Beban Tanggungan ABT di Desa Tegalrejo. ABT akan mempengaruhi tingkat perkembangan desa, semakin tinggi ABT maka perkembangan desa akan menjadi lambat. Hal ini dikarenakan penduduk berumur produktif harus menanggung penduduk non produktif yang jumlahnya lebih banyak. Tabel 3 menunjukkan keadaan penduduk Desa Tegalrejo berdasarkan umur. Tabel 3. Keadaan Penduduk Desa Tegalrejo Berdasarkan Kelompok Umur Umur Tahun Jumlah Penduduk orang Prosentase 0 – 4 5 – 9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 59 199 247 209 235 194 209 196 210 183 132 77 1.377 6 7 6 7 6 6 6 6 5 4 2 40 Jumlah 3.463 100 Sumber : Monografi Desa Tegalrejo Tahun 2010 Berdasarkan Tabel 3, jumlah penduduk non produktif umur 0-14 tahun dan lebih dari 59 tahun berjumlah 2.032 orang 59, sedangkan penduduk produktif umur 15-58 tahun berjumlah 1431 41. Angka ini digunakan untuk menghitung ABT. ABT adalah angka yang menunjukkan commit to user 33 perbandingan antara jumlah kelompok umur non produktif dengan jumlah kelompok umur produktif. Ratio adalah perbandingan dua perangkat, yang dinyatakan dalam suatu satuan tertentu. Dalam pengerjaannya, rasio ratio adalah dikalikan 100. Ukuran rasio ini sangat sering dipergunakan Mantra, 2003. Rumus yang digunakan untuk mengetahui Angka Beban Tanggungan ABT adalah. ABT = 100 X produktif usia penduduk produktif non usia penduduk S S = 100 436 . 1 032 . 2 x = 141,5 Hasil penghitungan ABT pada tahun 2010 adalah 141,5 dibulatkan menjadi 142. Arti angka 142 yaitu tiap 100 penduduk umur produktif di Desa Tegalrejo harus menanggung 142 penduduk umur non produktif. Prosentase jumlah penduduk umur non produktif yang lebih besar menyebabkan beban tanggungan semakin besar bagi pendukuk umur produktif. Keadaan ini dapat disebabkan oleh banyaknya penduduk yang yang masih sekolah. Pendukuk non produktif yang berumur diatas 59 tahun menjadi tanggungan karena kemampuan fisik dan non fisik mereka sudah menurun, sedangkan yang berumur 0-14 tahun menjadi tanggungan karena belum adanya kemampuan bekerja untuk memperoleh pendapatan. Sehingga keduanya masih menjadi tanggungan dari penduduk produktif. Usaha untuk mengatasi beban tanggungan pendukuk umur produktif tersebut yaitu dengan meningkatkan pendapatan melalui pengembangan budidaya perikanan. Pengembangan ini salah satunya adalah program pengembangan kawasan minapolitan “Kampung Lele” Desa Tegalrejo. Menurut Mantra 2003 tingginya ABT merupakan faktor penghambat pembangunan ekonomi, karena sebagian dari pendapatan yang diperoleh oleh golongan produktif, terpaksa harus dikeluarkan untuk commit to user 34 memenuhi kebutuhan mereka yang belum produktif atau sudah tidak produktif. 3. Kedaaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang kelancaran pembangunan. Penduduk yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan mudah untuk menerima dan mengadopsi suatu inovasi baru. Sebaliknya penduduk yang memiliki tingkat pendidikan rendah cenderung sulit untuk menerima dan mengadopsi suatu inovasi baru sehingga akan memperlambat proses pembangunan. Tingkat pendidikan digunakan sebagai parameter kemampuan sumberdaya manusia dan kemajuan suatu wilayah. Orang yang berpendidikan tinggi cenderung berpikir lebih rasional dan menerima adanya pembaharuan. Tabel 4 menunjukkan jumlah penduduk Desa Tegalrejo berdasarkan tingkat pendidikan. Tabel 4. Keadaan Penduduk Desa Tegalrejo Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk orang Prosentase 1. Tidak Tamat Sekolah Dasar 2. Sekolah Dasar 3. SLTP Sederajat 4. SMA Sederajat 5. Akademi D1 – D3 6. Sarjana 95 345 136 712 47 42 7 25 10 52 3 3 Jumlah 1.377 100 Sumber : Monografi Desa Tegalrejo Tahun 2010 Berdasarkan Tabel 4, jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah penduduk secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan ada beberapa penduduk yang masih kecil dan ada bebarapa pendukuk yang tidak memperoleh pendidikan formal. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa penduduk Desa Tegalrejo sebagian besar tingkat pendidikannya tamat sekolah SMA Sederajat yaitu 712 orang 52. Tingkat pendidikan penduduk Desa Tegalrejo Kecamatan Sawit sebagian besar tamat sekolah SMA akan berdampak pada pembangunan daerah bisa berkembang dan mudah menerima inovasi baru. Secara tidak commit to user 35 langsung pendidikan mendukung dengan adanya program pengembangan kawasan minapolitan “Kampung Lele” Desa Tegalrejo. Hal ini dikarenakan kemampuan membaca maupun menulis akan mempengaruhi tingkat pemahaman materi yang diberikan oleh penyuluh maupun dari sumber lain. 4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Mata pencaharian penduduk di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh berbagai kondisi seperti tingkat pendidikan, ketrampilan, dan kondisi alam di wilayah tersebut. Mata pencaharian yang ditekuni oleh penduduk akan mempengaruhi kesejahteraan dan kemapanan hidupnya diukur dari perekonomiannya. Tabel 5 menunjukkan jumlah penduduk Desa Tegalrejo berdasarkan mata pencaharian. Tabel 5. Keadaan Penduduk Desa Tegalrejo Berdasarkan Mata Pencaharian Mata Pencaharian Jumlah Penduduk orang Prosentase PNS TNIPOLRI Kontraktor Guru Swasta Petani Buruh Tani Pedagang Tukang Kayu Tukang Batu Pengrajin Penjahit Montir Sopir 76 5 2 10 165 160 10 10 25 4 22 3 16 15 1 2 32 32 2 2 5 1 4 1 3 Jumlah 508 100 Sumber : Monografi Desa Tegalrejo Tahun 2010 Berdasarkan tabel 5, mata pencaharian antara penduduk satu dengan yang lain dapat berbeda-beda. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian berbeda dengan jumlah penduduk secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan beberapa penduduk yang belum memiliki pekerjaan dan belum masuk umur kerja 0-14 tahun. Desa Tegalrejo masih menempuh pendidikan formal. Mata pencaharian sebagian besar penduduk Desa Tegalrejo adalah petani 165 orang 32. Hal ini terjadi karena wilayah commit to user 36 Desa Tegalrejo yang subur untuk kegiatan pertanian. Selain itu, kegiatan pertanian sudah didapat turun temurun dari orang tua mereka. Ragam jenis mata pencaharian di bidang non pertanian yaitu terdiri dari Tukang kayu 10 orang 2, PNS 76 orang 15, TNIPolri 5 orang 1, Tukang batu 35 orang 5, Pedagang 10 orang 2, Penjahit 22 orang 4 dan Kontraktor 2 orang 0. Hal ini menunjukkan bahwa mata pencaharian yang dimiliki oleh penduduk di Desa Tegalrejo beragam. Hal ini dikarenakan penduduk Desa Tegalrejo memiliki ketrampilan atau keahlian yang berbeda seperti keahlian di bidang pendidikan perikanan, pemerintahan dan lainnya. Keadaan penduduk sebagian besar adalah petani sesuai dengan program pengembangan kawasan minapolitan “Kampung Lele” Desa Tegalrejo. Hal ini dikarenakan sasaran utama dari program ini adalah untuk mengembangkan usahatani dari petani. Program ini diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi petani saja tetapi bermanfaat bagi seluruh penduduk. Dengan petani dapat meningkatkan kemampuan usahataninya maka harapannya pendapatan petani meningkat, dengan pendapatan meningkat maka daya belinya akan baik, dengan daya beli yang baik ini tentu penduduk yang lain akan mendapat manfaat tersebut.

C. Keadaan Sarana Perekonomian

Dokumen yang terkait

EVALUASI PELAKSANAAN PRAKERIN DENGAN MODEL CONTEXS, INPUT, PROCESS, DAN PRODUCT (CIPP) PADA KOMPETENSI KEAHLIAN PEMASARAN DI SMK ISLAM BUSTANUL ULUM PAKUSARI JEMBER

1 6 13

EVALUASI PELAKSANAAN PRAKERIN DENGAN MODEL CONTEXS, INPUT, PROCESS, DAN PRODUCT (CIPP) PADA KOMPETENSI KEAHLIAN PEMASARAN DI SMK ISLAM BUSTANUL ULUM PAKUSARI JEMBER

6 26 118

EVALUASI PROGRAM EKSTRAKULIKULER JURNALISTIK MENGGUNAKAN MODEL CONTEXT, INPUT, PROCESS DAN PRODUCT (CIPP) PADA SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 1 PATI

4 31 87

Pembangunan Perdesaan Berkelanjutan melalui Pendekatan Pengembangan Kawasan Minapolitan di Kabupaten Boyolali

0 2 17

EVALUASI PROGRAM LATIHAN FISIK SEPAKBOLA MENGGUNAKAN METODE CIPP PADA SEKOLAH SEPAK BOLA KABUPATEN PACITAN TAHUN 2013 (Penelitian Evaluatif Mengenai “Masukan” dan “Proses” Berdasarkan Model Context, Input, Process, Product Pada Para Pelatih SSB).

0 1 19

Evaluasi Program Literasi Perspektif Teori CIPP (context, input, process, product) di SMP Negeri 4 Surabaya.

35 141 109

EVALUASI PROGRAM PENERIMAAN SISWA BARU (PSB) ONLINE KOTA SURAKARTA TAHUN 2009 (Studi Menggunakan Model Evaluasi Context Input Process Product)

0 6 147

Keefektifan Program Sekolah Lapang Iklim (SLI) Tahap ke-3 Melalui Model Evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product) di Provinsi Jawa Tengah - UNS Institutional Repository

0 0 15

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERDASARKAN KURIKULUM 2013 DENGAN MODEL CONTEXT, INPUT, PROCESS, DAN PRODUCT (CIPP) DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA RINTISAN PENERAPAN KURIKULUM 2013 DI KABUPATEN WONOGIRI - UNS Institutional Repository

0 0 17

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PRAKTIK DI LABORATORIUM OTOMOTIF DENGAN MODEL CONTEXT INPUT PROCESS PRODUCT (CIPP) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FKIP UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA - UNS Institutional Repository

0 0 17