Aspek Kontek context EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN ”KAMPUNG LELE” DENGAN MODEL CIPP (CONTEXT, INPUT, PROCESS, PRODUCT) DI DESA TEGALREJO KECAMATAN SAWIT KABUPATEN BOYOLALI

commit to user 46 usahatani laki-laki lebih dominan daripada perempuan, sedangkan perempuan hanya sekedar membantu dalam kegiatan tersebut. Pendidikan responden beragam mulai dari SD hingga perguruan tinggidiploma Sebanyak 10 orang responden 36 tamat SD, 2 orang responden 7 tamat SMP, 10 orang responden 36 tamat SMA, 6 orang responden 21 tamat diploma atau S1. Tingkat pendidikan responden yang sebagian hanya tamat SD namun responden aktif dalam mengikuti kegiatan yang diadakan oleh kelompok tani. Tingkat pendidikan responden mempengaruhi kemampuan responden untuk menerima inovasi baru karena semakin tinggi tingkat pendidikan maka wawasan yang dimiliki cenderung lebih luas.

B. Evaluasi Program Pengembangan Kawasan Minapolitan “Kampung Lele” Desa Tegalrejo

Program pengembangan kawasan minapolitan “Kampung Lele” Desa Tegalrejo merupakan program yang dilakukan pemerintah dalam upaya meningkatkan penyediaan pangan khususnya ikan lele. Pelaksanaan evaluasi program tersebut dilihat dari beberapa aspek, antara lain:

1. Aspek Kontek context

Pelaksanaan program pengembangan kawasan minapolitan “Kampung Lele” Desa Tegalrejo dilihat dari aspek context meliputi:

a. Permasalahan

Masalah yaitu suatu keadaan dimana terjadi kesenjangan antara kenyataan yang ada dengan keadaan yang diinginkan. Permasalahan diukur dengan pendapat responden mengenai ada tidaknya permasalahan dalam pengembangan perikanan di Desa Tegalrejo. Permasalahan yang dihadapi oleh petani ikan sebelum adanya program pengembangan kawasan minapolitan “Kampung Lele” Desa Tegalrejo dapat dilihat pada tabel 8. commit to user 47 Tabel 8. Permasalahan Dari Kawasan Minapolitan “Kampung Lele” Desa Tegalrejo No Permasalahan Jumlah Responden orang dan Prosentase Ada Masalah Tidak ada Masalah 1 Prasarana a. Kondisi jalan 8 29 2071 b. Pengelolaan air - 28100 c. Sarana pembuangan limbah berupa ikan-ikan yang mati 932 1968 d. Kondisi saluran pengairan 829 2071 2 Budidaya a. Kemampuan dan keterampilan petani ikan dalam proses pembenihan 1761 1139 b. Ketersediaan benih ikan lele 1864 1036 c. Ketersediaan pakan ikan lele - 28100 d. Ketersediaan tenaga kerja - 28100 3 Pengolahan dan Pemasaran a. Hasil produksi budidaya ikan dan pengolahannya 1139 1761 b. Sarana promosi produk perikanan 725 2175 4 Sarana pendukung a. Modal untuk kegiatan perikanan 1243 1657 b. Penyuluhan perikanan - 28100 c. Kelembagaan petani ikan 1346 1554 Jumlah 102 212 Rata-rata 829 2071 Sumber: Analisis Data Primer 1 Prasarana Berdasar tabel 8, prasarana kondisi jalan, air, sarana pembuangan limbah ikan dan kondisi saluran pengairan sebelum adanya program pengembangan kawasan minapolitan “Kampung Lele” Desa Tegalrejo dinyatakan tidak ada masalah. Hal ini dikarenakan kondisi jalan dan saluran pengairan masih relatif bagus, sedangkan pengelolaan air di “Kampung Lele” dilakukan oleh petani ikan dengan cara bergantian dalam mengalirkan air ke kolam ikan lele. Petani ikan menangani limbah dengan cara di kubur, sedangkan limbah air kolam di buang ke sungai. commit to user 48 2 Budidaya Kondisi budidaya seperti ketersediaan pakan ikan lele dan ketersediaan tenaga kerja dinyatakan tidak ada masalah oleh seluruh responden. Pakan ikan lele dapat terpenuhi baik jumlah dan waktunya. Pakan ikan ini didatangkan langsung oleh petani ikan dari perusahaan pakan ikan sehingga harganya lebih murah. Pakan ikan yang digunakan diantaranya adalah Alpha Tulungagung, 781 Karawang, Matahari Sidoarjo, Gobrer Jakarta, Shinta Jakarta dan Karlgirl Jakarta. Petani ikan memerlukan tenaga kerja luar pada saat pemanenan dan perbaikan kolam yang rusak, sedangkan pemeliharaan ikan lele dilakukan oleh petani ikan bersama anggota keluarga. Namun kondisi kemampuan dan ketrampilan petani ikan dalam dalam proses pembenihan ikan lele karena belum memiliki pengetahuan dan keterampilan tersebut, sedangkan benih ikan lele benih masih didatangkan dari Kabupaten Tulungagung Provinsi Jawa Timur. 3 Pengolahan dan Pemasaran Kondisi pengolahan dan pemasaran seperti produk ikan lele segar dan olahan serta sarana promosi dinyatakan tidak ada masalah oleh petani ikan. Produk ikan lele selalu dapat terjual ke pasar diantaranya ke Yogyakarta, Semarang dan Solo, sedangkan pengolahannya masih berskala rumah tangga yang dilakukan oleh ibu-ibu petani ikan dan dijual ke daerah sekitar “Kampung Lele”. 4 Sarana Pendukung Kondisi sarana pendukung seperti modal, penyuluhan perikanan dan kelembagaan petani ikan dinyatakan tidak ada masalah oleh petani ikan. Modal petani ikan untuk kegiatan perikanan berasal modal baik pribadi atau pinjaman, sedangkan penyuluhan perikanan berjalan lancar dilakukan setiap satu bulan sekali. Penyuluh memberikan pengarahan maupun informasi baru di bidang perikanan. Kelembagaan yang ada di “Kampung Lele” commit to user 49 adalah Karya Mina Utama yang menjadi wadah bagi petani ikan untuk bekerjasama. b. Kebutuhan Akan Adanya Program Pengembangan Kawasan Minapolitan “Kampung Lele” Desa Tegalrejo Kebutuhan petani ikan dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9. Kebutuhan Dari Kawasan Minapolitan “Kampung Lele” Desa Tegalrejo KEBUTUHAN Jumlah Responden orang dan Prosentase Perlu Tidak Perlu 1. Budidaya a. Pengaturan sistem budidaya dengan konsep budidaya yang disesuaikan dengan karakteristik kawasan minapolian b. Pengaturan mengenai perubahan fungsi lahan yang akan digunakan sebagai kawasan budidaya perikanan. c. Sistem budidaya ikan yang baru sehingga produksi ikan dapat ditingkatkan misal:mina padi d. Pengembangan jenis ikan baru selain ikan lele. 2. Teknologi a. Penyuluhan perikanan oleh petugas lapangan mengenai parameter kesesuaian kandungan air b. Penyediaan alat untuk mengukur unsur-unsur yang terdapat dalam kandungan sumberdaya air c. Pelatihan pembenihan sehingga dapat memenuhi permintaan benih kawasan minapolitan e. Pelatihan terhadap petani ikan dalam proses pembesaran, olahan industri ikan dan pemasaran f. Pengenalan penggunaan teknologi baru dalam budidaya perikanan 3. Sarana Pendukung a. Bantuan permodalan yang mendukung kegiatan perikanan b. Jaminan akan kestabilan akan harga ikan. c. Peningkatan kelas dan mutu jalan seperti perbaikan jalan d. Pembuatan sarana pembuangan limbah ikan e. Pembuatan sarana promosi f. Peningkatan kondisi jaringan pengairan g. Pembuatan jaringan air sebagai aliran untuk daerah budidaya yang tidak terdapat sumberdaya air h. Pembuatan sumber air melalui sumur artesis 4. Kelembagaan a. Pembentukan kelembagaan yang baru pada masing-masing kawasan, misalnya ditingkat kecamatan b. Pembentukan sistem kelembagaan pusat misal kabupaten yang membawai kelembagaan ditingkat kecamatan c. Peningkatan interaksi dan komunikasi antar kelembagaan sebagai sarana untuk tukar menukar informasi yang berkaitan dengan pengembangan kawasan minapolitan 28100 1243 829 518 28100 621 28100 28100 28100 28100 28100 1761 829 28100 28100 28100 28100 - - 28100 - 1657 2071 2382 - 2279 - - - - - 1139 2071 - - - - 28100 28100 Jumlah 392 168 Rata-rata 2071 829 Sumber: Analisa Data Primer 1 Budidaya Berdasarkan tabel 9, kebutuhan budidaya yang dinyatakan perlu petani ikan adalah pengaturan sistem budidaya yang commit to user 50 disesuaikan dengan karakteristik kawasan minapolitan. Pengaturan budidaya dilakukan agar kondisi fisik lingkungan dapat mendukung kegiatan pembudidayaan ikan. Namun pengaturan perubahan fungsi lahan, system budidaya ikan yang baru, dan pengembangan jenis ikan yang baru tidak diperlukan oleh petani ikan. Hal ini dikarenakan petani ikan memiliki hak sepenuhnya atas lahan mereka, sedangkan sistem budidaya yang ada di “Kampung Lele” adalah monokultur khusus pembesaran ikan lele dan tidak ada jenis ikan lain. 2 Teknologi Kebutuhan teknologi seperti penyuluhan dan pelatihan dinyatakan perlu oleh petani ikan. Penyuluhan mengenai parameter kesesuaian air untuk budidaya diperlukan karena air yang stabil akan menunjang pertumbuhan ikan lele. Pelatihan pembenihan, proses pembesaran, olahan industri, pemasaran dan penggunaan teknologi budidaya baru dalam budidaya perikanan sehingga dapat menambah pengalaman petani ikan dalam proses budidaya ikan lele dari pembenihan, pemmbesaran, pengolahan hingga pemasaran. Namun penyediaan alat untuk mengukur unsur yang terdapat dalam kandungan sumberdaya air dinyatakan tidak perlu karena petani ikan lebih menggunakan ilmu pengalaman. 3 Sarana Pendukung Kebutuhan akan sarana pendukung seperti permodalan, kestabilan harga ikan, kondis jalan, promosi, kondisi jaringan pengairan, dan sumber air baru dinyatakan perlu oleh petani ikan. Modal merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong kegiatan budidaya maupun produksi olahan ikan lele berjalan dengan lancar. Kestabilan harga ikan lele diperlukan agar petani ikan mendapatkan keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Saran promosi diperlukan untuk meningkatkan pengenalan produk petani ikan ke konsumen. Kondisi jalan, jaringan pengairan dan sumber air baru commit to user 51 diperlukan untuk memperlancar kegiatan budidaya ikan lele. Namun pembuatan sarana pembuangan limbah ikan tidak diperlukan oleh petani ikan karena limbah ikan yang mati langsung di kubur, sedangkan untuk limbah air dibuang ke sungai. 4 Kelembagaan Kelembagaan di tingkat kecamatan dan kabupaten dinyatakan tidak perlu oleh petani ikan karena kawasan minapolitan “Kampung Lele” Kabupaten Boyolali yang berjalan baru ada di “Kampung Lele” Desa Tegalrejo. Namun peningkatan interaksi dan komunikasi antar lembaga dinyatakan perlu oleh petani ikan untuk meningkatkan pertukaran informasi antara sesama petani ikan, swasta dan pemerintah. Pertukaran informasi ini diharapkan dapaat meningkatkan kerjasama antara ketiganya.

c. Asset Yang Mendukung Program Pengembangan Kawasan

Minapolitan “Kampung Lele” Desa Tegalrejo Asset yaitu modal yang tersedia mendukung pengembangan perikanan di Desa Tegalrejo. 1 Budidaya Berdasarkan tabel 10, asset untuk kegiatan budidaya seperti letak geografis, ketersediaan kolam, ketersediaan pakan, ketersediaan tenaga kerja dan permodalan dinyatakan mendukung oleh petani ikan. Daerah “Kampung Lele” Desa Tegalrejo memiliki ketinggian 150 mdpl dan dekat dengan Sungai Gandul. Keadaan ini sesuai dengan kriteria pengembangan budidaya ikan lele menurut Ngraho 2007 diantaranya tersedia lahan kolam ikan, ada sumber air dan ketinggian tempat kurang dari 700 mdpl meter diatas permukaan laut. Pakan ikan lele dinyatakan tersedia dan mendukung oleh petani ikan karena terpenuhi baik segi jumlah dan waktunya. Petani ikan membeli langsung dari perusahaan pakan ikan sehingga harganya lebih murah. Modal petani ikan berasal dari commit to user 52 pribadi dan pinjaman, sedangkan tenaga kerja yang diperlukan dalam kegiatan budidaya perikanan berasal dari petani ikan dan anggota keluarga. Tenaga kerja luar diperlukan hanya pada saat panen dan perbaikan kolam. Namun benih ikan lele dinyatakan tidak mendukung karena tidak selalu tepat dalam waktu maupun jumlahnya. Untuk itu, perlu adanya terobosan dengan menciptakan pembenihan ikan lele sendiri. Tabel 10. Asset Dari Kawasan Minapolitan “Kampung Lele” Desa Tegalrejo Asset Jumlah Responden orang dan Prosentase Mendukung Tidak Mendukung 1. Budidaya a. Letak geografis b. Ketersediaan Kolam c. Ketersediaan Benih ikan lele d. Ketersediaan Pakan ikan lele e. Ketersediaan modal uang f. Ketersediaan Tenaga kerja 2. Prasarana Pendukung a. Industri pengolahan ikan b. Balai penelitian ikan c. Balai pertemuan d. Jalan e. Saluran irigasi f. Pasar ikan 3. Lembaga pendukung a. Koperasi b. Kelembagaan Penyuluhan c. Kelembagaan keuangan d. Kelembagaan sarana produksi e. Kelembagaan kelompok tani 28100 28100 1346 28100 1864 28100 1761 1139 28100 932 932 - 28100 28100 1864 - 1554 - - 1554 - 1036 - 1139 1761 - 1968 1968 28100 - - 1036 28100 1346 Jumlah 306 170 Rata-rata 1864 1036 Sumber: Analisis Data Primer 2 Sarana Pendukung Sarana pendukung seperti industri pengolahan ikan lele, balai pertemuan dinyatakan tersedia dan mendukung oleh petani ikan karena sudah terdapat balai tersebut dan kelompok pengelola yaitu Karmina Karya Mina Utama. Namun sarana pendukung lain commit to user 53 seperti balai penelitian, jalan, saluran irigasi dan pasar ikan dinyatakan tidak mendukung oleh petani ikan. Hal ini dikarenakan karena “Kampung Lele” belum ada tempat khusus seperti laboratorium, sedangkan jalan dan saluran irigasi kondisinya rusak dan berbatu. Pasar ikan dinyatakan tidak mendukung belum ada tempat khusus yang dijadikan pasar ikan lele. 3 Lembaga Pendukung Lembaga pendukung seperti koperasi, lembaga penyuluhan, lembaga keuangan, dan lembaga kelompok tani dinyatakan tersedia dan mendukung oleh petani ikan. Hal ini dikarenakan kelembagaan seperti koperasi dan bank membantu petani ikan dalam bidang permodalan kredit maupun pemasaran produk olahan ikan lele. Kelembagaan penyuluhan dinyatakan mendukung karena petani ikan dapat memperoleh informasi dan menjalin kerjasama dengan penyuluh lapang, sedangkan kelembagaan kelompok tani mendukung karena kelompok ini sudah berpengalaman dalam budidaya ikan lele sejak tahun 1998. Namun kelembagaan sarana produksi dinyatakan tidak mendukung karena petani ikan membeli peralatan produksi di luar “Kampung Lele” seperti Solo. Selain itu, kebutuhan yang lain seperti pakan ikan didatangkan oleh petani ikan langsung dari perusahaan pakan ikan Jakarta dan Sidoarjo.

d. Peluang Terkait Program Pengembangan Kawasan Minapolitan “Kampung Lele” Desa Tegalrejo

Peluang pengembangan dapat dilihat pada tabel 11. 1 Budidaya Berdasarkan tabel 11, peluang budidaya di “Kampung Lele” seperti pengembangan jenis ikan selain ikan lele dinyatakan tidak ada oleh petani ikan karena “Kampung Lele” Desa Tegalrejo dikhususkan sebagai daerah pembesaran ikan lele. Namun peluang pengembangan pembenihan ikan lele dan pemanfaatan lahan di sekitar kolam dinyatakan ada oleh petani ikan karena kebutuhan commit to user 54 benih ikan masih didatangkan dari luar daerah yaitu Kabupaten Tulungagung Provinsi Jawa Timur. Selain itu, “Kampung Lele” tanahnya subur dan dapat dimanfaatkan untuk tanaman hortikultura seperti cabe rawit dan sayur terong. Tabel 11. Peluang Pengembangan Dari Kawasan Minapolitan “Kampung Lele” Desa Tegalrejo Peluang Jumlah Responden orang dan Prosentase Ada Tidak ada 1. Budidaya a. Pengembangan jenis ikan selain ikan lele b. Tempat pembenihan ikan lele c. Pemanfaatan lahan di sekitar kolam untuk tanaman hortikultura 2. Industri dan pemasaran a. Pengolahan ikan lele asap b. Industri pakan ikan c. Area pemasaran diluar Kabupaten Boyolali d. Pameran produk ikan 3. Jasa a. Tempat pemancingan dan rumah makan b. Tempat penelitian ikan c. Tempat wisata dan studi banding 1139 1554 2071 1968 932 28100 28100 1036 2175 28100 1761 1346 829 932 1968 - - 1864 725 - Jumlah 189 91 Rata-rata 1968 932 Sumber: Analisis Data Primer 2 Industri Peluang industri dan pemasaran seperti pengolahan pengasapan ikan lele, area pemasaran diluar Kabupaten Boyolali dan pameran produk ikan lele dinyatakan ada oleh petani ikan karena hasil panen yang melimpah selain dijual segar, ikan lele juga dapat dijadikan ikan lele asap dan dapat dipasarkan keluar daerah maupun dijadikan sebagai produk pameran pada acara tertentu. Namun peluang industri pakan ikan dinyatakan tidak ada oleh petani ikan karena belum ada kemampuan dari petani ikan. 3 Peluang Peluang jasa di “Kampung lele” seperti tempat pemancingan dan rumah makan dinyatakan tidak ada oleh petani commit to user 55 ikan karena jenis ikan yang digunakan untuk kegiatan pemancingan bukan ikan lele. Namun peluang pemanfaatan “Kampung Lele” Desa Tegalrejo sebagai tempat penelitian ikan dan tempat wisata dinyatakan ada oleh petani ikan karena tersedia kolam dan ikannya sebagai media penelitian. Selain itu, suasana pedesaan dengan kolam-kolam ikan yang dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Wisatawan dapat berekreasi sekaligus mengenal dan belajar budidaya ikan lele. 56 Tabel 12. Hasil Evaluasi Aspek Context Program Pengembangan Kawasan Minapolitan “Kampung Lele Di Desa Tegalrejo Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali Aspek Konteks PedomanTeori Hasil Pengamatan Kesimpulan Rekomdendasi a. Permasalahan Menilai permasalahan yang ada untuk membantu menentukan prioritas tujuan Permasalahan budidaya yaitu: 1kemampuan dan keterampilan petani ikan dalam proses pembenihan, 2 permasalahan ketersediaan benih ikan lele Adanya permasalahan budidaya dalam pengembangan perikanan di Desa Tegalrejo. Peningkatan ketrampilan melalui penyuluhan dan pelatihan serta peningkatan kerjasama dengan pemasok benih b. Kebutuhan Menentukan kebutuhan untuk mencapai tujan Kebutuhan budidaya : 1 pengaturan sistem budidaya Kebutuhan teknologi : 1 penyuluhan mengenai parameter kesesuaian kandungan air, 2 pelatihan pembenihan, 3 pelatihan dalam proses pembesaran, olahan industri ikan dan pemasaran, 4 pengenalan teknologi baru dalam budidaya perikanan Kebutuhan sarana pendukung : 1 bantuan permodalan, 2 jaminan kestabilan akan harga ikan, 3 peningkatan kelas dan mutu jalan seperti perbaikan jalan, 4 pembuatan sarana promosi, 5 peningkatan kondisi jaringan pengarian, 6 pembuatan jaringan air sebagai aliran untuk daerah budidaya yang tidak terdapat sumberdaya air, 7 pembuatan sumber air melalui sumur artesis Kebutuhan kelembagaan: 1peningkatan interaksi kelembagaan Perlunya pemenuhan kebutuhan dalam pengembangan perikanan di Desa Tegalrejo. Peningkatan sarana prasaran, pengenalan teknologi dalam pengembangan kawasan minapolitan “Kampung Lele” c. Asset Terdapat asset yang mendukung adanya kegiatan pembudidayaan ikan lele Asset budidaya yang dimiliki : 1 letak geografis, 2 ketersediaan kolam , 3 ketersediaan pakan ikan lele, 4 ketersediaan modal uang, 5 kketersediaan tenaga kerja Asset prasarana pendukung: 1 industri pengolahan ikan, 2 balai pertemuan Asset lembaga pendukung : 1 koperasi, 2 kelembagaan penyuluhan, 3 kelembagaan keuangan, 4 kelembagaan kelompok tani Adanya asset yang mendukung untuk dalam pengembangan perikanan di Desa Tegalrejo. Peningkatan prasarana pendukung dan lembaga sarana produksi untuk mendukung pengembangan kawasan minapolitan d. Peluang Terdapat peluang yang dapat dikembangkan dengan setelah adanya pogram Peluang budidaya : 1 tempat pembenihan ikan lele, 2 pemanfaatan lahan di sekitar kolam Peluang industri dan pemasaran : 1 pengolahan ikan lele asap, 2 area pemasaran diluar Kabupaten Boyolali, 3 pameran produk ikan Peluang jasa: 1 tempat penelitian ikan, 2 tempat wisata dan studi banding Adanya peluang dalam pengembangan perikanan di Desa Tegalrejo. Perlu adanya pengembangan produksi pakan ikan sendiri dan pemanfaatan tepian lahan untuk tanaman sayuran commit to user 57

2. Aspek Input

Dokumen yang terkait

EVALUASI PELAKSANAAN PRAKERIN DENGAN MODEL CONTEXS, INPUT, PROCESS, DAN PRODUCT (CIPP) PADA KOMPETENSI KEAHLIAN PEMASARAN DI SMK ISLAM BUSTANUL ULUM PAKUSARI JEMBER

1 6 13

EVALUASI PELAKSANAAN PRAKERIN DENGAN MODEL CONTEXS, INPUT, PROCESS, DAN PRODUCT (CIPP) PADA KOMPETENSI KEAHLIAN PEMASARAN DI SMK ISLAM BUSTANUL ULUM PAKUSARI JEMBER

6 26 118

EVALUASI PROGRAM EKSTRAKULIKULER JURNALISTIK MENGGUNAKAN MODEL CONTEXT, INPUT, PROCESS DAN PRODUCT (CIPP) PADA SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 1 PATI

4 31 87

Pembangunan Perdesaan Berkelanjutan melalui Pendekatan Pengembangan Kawasan Minapolitan di Kabupaten Boyolali

0 2 17

EVALUASI PROGRAM LATIHAN FISIK SEPAKBOLA MENGGUNAKAN METODE CIPP PADA SEKOLAH SEPAK BOLA KABUPATEN PACITAN TAHUN 2013 (Penelitian Evaluatif Mengenai “Masukan” dan “Proses” Berdasarkan Model Context, Input, Process, Product Pada Para Pelatih SSB).

0 1 19

Evaluasi Program Literasi Perspektif Teori CIPP (context, input, process, product) di SMP Negeri 4 Surabaya.

35 141 109

EVALUASI PROGRAM PENERIMAAN SISWA BARU (PSB) ONLINE KOTA SURAKARTA TAHUN 2009 (Studi Menggunakan Model Evaluasi Context Input Process Product)

0 6 147

Keefektifan Program Sekolah Lapang Iklim (SLI) Tahap ke-3 Melalui Model Evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product) di Provinsi Jawa Tengah - UNS Institutional Repository

0 0 15

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERDASARKAN KURIKULUM 2013 DENGAN MODEL CONTEXT, INPUT, PROCESS, DAN PRODUCT (CIPP) DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA RINTISAN PENERAPAN KURIKULUM 2013 DI KABUPATEN WONOGIRI - UNS Institutional Repository

0 0 17

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PRAKTIK DI LABORATORIUM OTOMOTIF DENGAN MODEL CONTEXT INPUT PROCESS PRODUCT (CIPP) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FKIP UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA - UNS Institutional Repository

0 0 17