commit to user 36
Desa Tegalrejo yang subur untuk kegiatan pertanian. Selain itu, kegiatan pertanian sudah didapat turun temurun dari orang tua mereka.
Ragam jenis mata pencaharian di bidang non pertanian yaitu terdiri dari Tukang kayu 10 orang 2, PNS 76 orang 15, TNIPolri 5 orang
1, Tukang batu 35 orang 5, Pedagang 10 orang 2, Penjahit 22 orang 4 dan Kontraktor 2 orang 0. Hal ini menunjukkan bahwa
mata pencaharian yang dimiliki oleh penduduk di Desa Tegalrejo beragam. Hal ini dikarenakan penduduk Desa Tegalrejo memiliki
ketrampilan atau keahlian yang berbeda seperti keahlian di bidang pendidikan perikanan, pemerintahan dan lainnya.
Keadaan penduduk sebagian besar adalah petani sesuai dengan program pengembangan kawasan minapolitan “Kampung Lele” Desa
Tegalrejo. Hal ini dikarenakan sasaran utama dari program ini adalah untuk mengembangkan usahatani dari petani. Program ini diharapkan tidak
hanya bermanfaat bagi petani saja tetapi bermanfaat bagi seluruh penduduk. Dengan petani dapat meningkatkan kemampuan usahataninya
maka harapannya pendapatan petani meningkat, dengan pendapatan meningkat maka daya belinya akan baik, dengan daya beli yang baik ini
tentu penduduk yang lain akan mendapat manfaat tersebut.
C. Keadaan Sarana Perekonomian
Sarana perekonomian merupakan salah satu faktor yang memperlancar jalannya perekonomian dalam suatu wilayah. Oleh karena itu, perencanaan
pembangunan di
suatu wilayah
menyertakan tersedianya
sarana perekonomian sebagai tujuannya. Untuk lebih jelasnya sarana perekonomian
di Desa Tegalrejo dapat dilihat pada Tabel 6.
commit to user 37
Tabel 6. Sarana Perekonomian di Desa Tegalrejo
Sarana Perekonomian Jumlah unit
Prosentase 1. Koperasi
1 2. Industri kerajinan
2 3. Usaha peternakan
10 2
4. Kelompok simpan pinjam 10
2 5. Usaha perikanan
600 96
Jumlah 623
100
Sumber : Monografi Desa Tegalrejo Tahun 2010 Sarana perekonomian merupakan penunjang pembangunan suatu
wilayah yang akan berpengaruh pada kesejahteraan penduduk. Sarana perekonomian yang memadai membantu penduduk dalam memperlancar
kegiatan usaha. Berdasarkan tabel 6 sarana perekoniman di Desa Tegalrejo yaitu usaha perikanan 600 unit 96, kelompok simpan pinjam dan usaha
peternakan 10 unit 2, industri kerajinan 2 unit 0 dan koperasi 1 unit 0.
Sarana perekonomian yang terbanyak adalah usaha perikanan, karena di Desa Tegalrejo memiliki usaha budidaya ikan yang sudah dikembangkan
sejak tahun1998. Untuk itu, program pengembangan kawasan minapolitan “Kampung Lele” dapat mendukung dan meningkatkan keberadaan dari usaha
tersebut hingga keluar daerah Desa Tegalrejo.
D. Program Pengembangan Kawasan Minapolitan ”Kampung Lele” Desa Tegalrejo
Salah satu permasalahan yang dihadapi petani ikan pedesaan dalam kegiatan perikanan budidaya adalah belum optimalnya pengelolaan
sumberdaya perikanan. Pemanfaatan sumberdaya perikanan yang optimal merupakan unsur penting untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
hidup penduduk. Pemanfaatan tersebut dapat dilakukan dengan suatu pendekatan kawasan. Pendekatan kawasan yaitu usaha mengembangkan
ekonomi pembudidaya ikan di suatu wilayah yang memiliki potensi produksi sumberdaya alam, usaha budidaya, sumberdaya manusia, teknologi dan
modal.
commit to user 38
Pengembangan kawasan perikanan menemukan berbagai kendala seperti lingkungan, permasalahan ekonomi, ketersediaan sarana prasarana produksi,
keterbatasan lahan, kualitas dan kuantitas air, serta permasalahan teknologi. Oleh karena itu penyelesaian masalah ini diperlukan suatu solusi.
Berdasarkan permasalahan diatas, salah satu solusinya adalah adanya sistem penataan kawasan budidaya perikanan yang berkaitan dengan penataan
ruang yang lebih luas. Penataan tersebut dapat dilakukan dengan konsep minapolitan. Minapolitan yaitu kota perikanan atau kota di lahan perikanan.
Konsep minapolitan diharapkan mampu melayani, mendorong dan menarik kegiatan usaha budidaya perikanan di daerah sekitarnya.
Program pengembangan kawasan minapolitan ”Kampung Lele” adalah salah satu dari penerapan konsep minapolitan. Ruang lingkup program berada
di Kecamatan Sawit, Teras dan Banyudono dengan desa pusat budidaya berada di “Kampung Lele” Desa Tegalrejo Sawit. “Kampung Lele” Desa
Tegalrejo memiliki sejarah tersendiri. Sejarah perkembangan “Kampung Lele” dimulai dari seorang warga
dusun mangkubumen Desa Tegalrejo yang membudidayakan ikan lele di 2 kolam lahan pekarangannya. Kolam tersebut diisi ikan lele sebanyak 3000
ekor dan hasilnya menguntungkan. Hal ini kemudian diikuti oleh beberapa orang yang mengubah areal persawahan dan pekarangan menjadi kolam ikan.
Setelah ada 15 orang pada tanggal 07 Januari 1998, warga membentuk kelompok pembudidaya ikan yang diberi nama Kelompok Tani Ikan Bangkit.
Lambat laun hingga tahun 2000 jumlah anggota mencapai 92 orang dengan luas kolam mencapai 17 hektar ha.
Pada tanggal 7 Desember 2000 nama kelompok tani diubah menjadi Karya Mina Utama. Kelompok ini telah mendapatkan berbagai prestasi dan
penghargaan dalam berbagai lomba kelompok pembudidaya ikan. Salah satunya di tingkat Kabupaten Boyolali meraih juara I dalam lomba Kelompok
Pembudidaya ikan. Pada tahun 2006 kelompok ini meraih juara I dalam lomba kelompok pembudidaya ikan tingkat Provinsi Jawa Tengah. Setelah
mendapat juara I, dusun mangkubumen diresmikan menjadi “Kampung Lele”
commit to user 39
oleh Gubernur Jawa Tengah Mardiyanto. Produksi ikan lele tahun 2009 di “Kampung Lele” mencapai 8-10 tonhari. Hasil produksi didapat dari ±900
kolam ikan dengan luas mencapai lebih dari 20 ha. Panen yang dilakukan setiap hari rata-rata 10 kolam, dengan rata-rata produksi perkolam mencapai
10 kwintal. Ikan lele segar ada yang langsung diambil oleh pembeli, terutama dari
DIY Daerah Istimewa Yogyakarta, Solo dan Semarang. Sedangkan ikan lele yang tidak masuk dalam kategori ikan lele konsumsi di jual ke warga sekitar.
Ikan lele konsumsi yang dijual 1 kilogramnya berisi 6-7 ekor, sedangkan ikan lele yang tidak masuk kategori ikan lele konsumsi 1 kilogramnya berisi 2
ekor.
Gambar 2. Alur Budidaya Ikan Lele Berdasarkan potensi “Kampung Lele” Desa Tegalrejo, lokasi tersebut
ditetapkan menjadi lokasi budidaya perikanan sebagai pusat pengembangan kawasan minapolitan. Selanjutnya nama “Kampung Lele” digunakan sebagai
nama program pengembangan kawasan minapolitan ”Kampung Lele” Kabupaten
Boyolali. Nama
ini diberikan
untuk memudahkan
mensosialisasikan kepada stakeholder. Program minapolitan merupakan pembangunan agribisnis yang terintegrasi dengan pembangunan wilayah.
Benih Ikan Lele berasal dari Kabupaten Tulungagung
Provinsi Jawa Timur
Pembesaran ikan lele pada kolam ikan
Ikan lele segar 1 kg isi 6-7 ekor di jual ke Solo
Yogyakarta, Semarang. Solo.
3 bulan pemeliharaan, petani melakukan pemanenan ikan
lele Ikan lele segar 1 kg isi 2
ekor dijual ke pengolahan dijadikan produk olahan
seperti abon dll.
commit to user 40
Agribisnis merupakan suatu sistem kegiatan usaha dibidang perikanan yang bernuansa dagang business, yang pelakunya paling tidak terdiri dari
1 sub-sistem penyediaan prasarana, sarana dan teknologi usahatani. 2 Subsistem-produksi usahatani, 3 subsistem pengolahan hasil minaindustri,
4 subsistem pasar dan 5 sub-sistem penunjang. Masing-masing sub-sistem memiliki kegiatan spesifik namun saling tergantung dependen satu dengan
yang lain, artinya satu sub-sistem tidak dapat berjalan dengan baik tanpa peranan sub-sistem yang lain. Untuk memberikan gambaran skematis sistem
agribisnis dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Sistem Agribisnis Program pengembangan kawasan minapolitan “Kampung Lele”
Kabupaten Boyolali meliputi Kawasan Sentra Produksi KSP, Kota Tani KT dan Kota Tani Utama KTU, ketiganya akan dikembangkan di
Kecamatan Sawit, Teras dan Banyudono. KSP mencakup satu desa atau lebih yang memiliki komoditas unggulan. KSP meliputi kawasan sentra produksi
budidaya pembenihan ikan dan pembesaran ikan dan kawasan sentra produksi olahan ikan. KT adalah ruang yang terdiri dari kumpulan beberapa
KSP. Sedangkan KTU adalah ruang kawasan minapolitan yang berdasarkan strategi geografi memiliki tingkat intensitas akses yang tinggi. KTU akan
dijadikan sebagai kota pemasaran akhir Outlet. Program ini selanjutnya
Sub – sistem
Penunjang Oleh Pemerintah
Sub – sistem
Penyediaan Prasarana,
sarana produksi dan
teknologi
Sub – sistem
Produksi Usahatani
Sub – sistem
Pengolahan hasil
Minaindustri
Sub – sistem
Pemasaran
Pasar Rumah Tangga Industri
Khusus
commit to user 41
didasarkan atas potensi budidaya perikanan, minaindustri dan minawisata baik dilokasi budidaya perikanan, maupun yang berdekatan maupun mungkin
dikaitkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4 peta tata struktur tata ruang kawasan minapolitan “Kampung Lele” Kabupaten Boyolali.
Gambar 4. Peta Struktur Tata Ruang Kawasan Minapolitan “Kampung Lele” Kabupaten Boyolali
Program pengembangan kawasan minapolitan “Kampung Lele” dilaksanakan mulai tahun 2008 hingga 2014, sedangkan yang telah mencapai
tahap pelaksanaan adalah di Desa Tegalrejo Kecamatan Sawit. Program yang di evaluasi adalah pada tahun 2009. Lingkup kegiatan program ini meliputi
commit to user 42
berbagai bidang pembangunan baik fisik dan non fisik. Pembangunan fisik yaitu peningkatan kondisi fisik kawasan diantaranya adalah sumur bor.
Pembangunan non fisik yaitu kegiatan peningkatan sumberdaya manusia dan kualitas hasil produksi, diantaranya adalah usaha intensifikasi, ekstensifikasi
maupun diversifikasi pemanfaatan lahan untuk menghasilkan jenis komoditas yang lain.
Gambar 5. Alur Pelaksanaan Program Pengembangan Kawasan Minpolitan ”Kampung Lele” Kabupaten Boyolali
Berdasarkan gambar 5 dapat diketahui bahwa kegiatan pelaksanaan program pengembangan kawasan minapolitan ”Kampung Lele” Kabupaten
Boyolali meliputi: 1. Suvei Lokasi
Survei lokasi merupakan kegiatan yang diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Boyolali di 3 lokasi kawasan minapolitan yaitu Kecamatan
Sawit, Teras dan Banyudono. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Boyolali untuk merencanakan dan merancang kebutuhan fisik
dan non fisik dalam kegiatan perikanan. Selain itu, pelaksanaan survei dilakukan untuk menjaring aspirasi dari stakeholder khususnya petani
Analisis Data Hasil Survei
Pelaksanaan Program Suvei Lokasi dan Sosialisasi
Program
Laporan Kegiatan Tingkat
Kabupaten Kawasan Minapolitan
“Kampung Lele” Kabupaten Boyolali
Evaluasi program oleh Pemerintah Kabupaten
Boyolali
commit to user 43
ikan. Aspirasi petani ikan terkait dengan kebutuhan program baik dari sisi cakupan, tingkat prioritas, kemampuan serta kesiapan petani ikan dalam
pengembangan kawasan minapolitan “Kampung Lele” Kabupaten Boyolali.
2. Analisis Data Analisis data dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Boyolali bersama tim. Tim terdiri dari tenaga pelaksana dan tenaga ahli dari CV. Wisanggeni Magelang sebagai konsultan teknik.
Kegiatan ini dilakukan untuk menentukan alternatif pemecahan permasalahan dari data hasil survei lokasi maupun data statistik. Hasil
analisis dijadikan pertimbangan dalam penyusunan kegiatan kedepan. 3. Pelaksanaan Program
Program pengembangan kawasan minapolitan ”Kampung Lele” Kabupaten Boyolali dilaksanakan oleh dinas terkait dengan berbagai
kegiatan pembangunan baik fisik dan non fisik. Kegiatan dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah terkait dengan
perencanaanan kawasan minapolitan, Dinas Peternakan dan Perikanan terkait dengan adanya kegiatan penyuluhan, Dinas Pekerjaan Umum
Perhubungan, Pertambangan dan Kebersihan terkait dengan pembangunan sarana prasarana dan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pengelolaan
Pasar terkait dengan pengolahan produk ikan. 4. Laporan Kegiatan
Laporan kegiatan dilakukan oleh setiap penanggungjawab kegiatan dinas terkait kepada Pemerintah Kabupaten Boyolali. Laporan ini akan
membantu pemerintah untuk mengetahui perkembangan program yang nantinya dapat direvisi atau diperbaiki, sehingga program ini lebih baik
lagi dari segi pelaksanaan dan hasil. Program pengembangan kawasan minapolitan ”Kampung Lele”
bertujuan untuk mengembangkan daerah Kabupaten Boyolali yang memilki potensi perikanan. Daerah ini akan dikembangkan menjadi kawasan
minapolitan, seperti Desa Tegalrejo yang sudah memiliki daerah
commit to user 44
pembudidayaan ”Kampung Lele”. Adanya program ini kenyataannya dapat meningkatkan eksistensinya dan telah berkembang menjadi pusat
pembudidayaan dan pengolahan ikan lele.
commit to user
45
V. HASIL DAN PEMBAHASAN