PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATERI BATERAI ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (JIGSAW DAN NUMBERED HEAD TOGETHER) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPOSITORI

(1)

Diajukan Un

N N P Ju

U

SKRIPSI

ukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Nama : Muhammad Manshur

NIM : 5201408119

Prodi : Pendidikan Teknik Mesin Jurusan : Teknik Mesin

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013


(2)

Kooperatif (Jigsaw dan Numbered Head Together) dengan Model Pembelajaran Ekspositori” disusun berdasarkan hasil penelitian saya dengan arahan dosen pembimbing. Sumber informasi atau kutipan yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Skripsi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar dalam program sejenis di perguruan tinggi manapun.

Semarang, Juni 2013

Muhammad Manshur NIM. 5201408119


(3)

Judul :“Perbedaan Hasil Belajar Materi Baterai antara Model Pembelajaran Kooperatif (Jigsaw dan Numbered Head Together) dengan Model Pembelajaran Ekspositori”.

Telah dipertahankan di depan penguji dan diterima sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

Panitia Ujian,

Ketua : Dr. M.Khumaedi, M.Pd. (... ) NIP. 196209131991021001

Sekretaris : Drs. ArisBudiono, M.T. (... ) NIP. 195411161984031001

Dewan Penguji,

Pembimbing I : Drs. Sunyoto, M.Si. (... ) NIP. 196511051991021001

Pembimbing II : Dr. Drs. Sudarman, M.Pd. (...) NIP. 194911031976031001

Penguji Utama : Drs. AgusSuharmanto, M.Pd. (... ) NIP. 19541116 1984031001

Penguji pendamping I : Drs. Sunyoto, M.Si. (... ) NIP. 19651105 1991021001

Penguji pendamping II : Dr. Drs. Sudarman, M.Pd. (...) NIP. 194911031976031001

Ditetapkan di Semarang, Tanggal :... Mengesahkan

Dekan Fakulkas Teknik

Drs. M. Harlanu, M.Pd. NIP. 19660215 199102 1 001


(4)

sesungguhnya dibalik cobaan pasti ada suatu keberhasilan.

2. Lakukanlah semua pekerjaan dengan cepat, ikhlas, dan tanggung jawab agar kita lebih cepat mendapatkan buah hasilnya.

Persembahan

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Bapak dan Ibu serta keluarga tercinta, terima kasih atas do’a dan dukungannya.

2. Teman-teman Pendidikan Teknik Mesin 2008, terima kasih atas kenangan dan semangatnya. 3. Teman-teman kost “FIRE” yang selalu

memberi semangat dan membuat tertawa sepanjang hari.

4. Ida Yuliana beserta keluarga terimakasih atas perhatian dan dukungannya.


(5)

rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarganya serta kepada para shabatnya.

Penulis sangat bersyukur karena dengan rahmat dan hidayah-Nya serta partisipasi dari berbagai pihak yang telah banyak membantu baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Materi Baterai antara Model Pembelajaran Kooperatif (Jigsaw danNumbered Head Together) dengan Model Pembelajaran Ekspositori”. Skripsi ini dapat terselesaikan karena adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Bapak Drs. M. Harlanu, M.Pd., selaku dekan Fakultas Teknik. 3. Bapak Dr. M. Khumaedi, M.Pd., selaku ketua jurusan Teknik Mesin. 4. Bapak Drs. Agus Suharmanto, M.Pd., selaku dosen penguji.

5. Bapak Drs. Sunyoto, M.Si., selaku dosen pembimbing 1. 6. Bapak Drs. Sudarman, M.Pd., selaku dosen pembimbing 2.

7. Bapak Wiji Ahmanto, S.Pd., selaku kepala sekolah SMK Muhammadiyah 02 Boja.


(6)

Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini dan selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk menembah pengetahuan bagi pembaca dan menggugah semangat pembaca untuk melakukan eksperimen dan penelitian yang lain demi terwujudnya pendidikan yang bermutu.

Semarang, Juni 2013


(7)

Model Pembelajaran Ekspositori”. Skripsi. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang.

Dalam penelitian ini pembelajaran di sekolah pada awalnya menggunakan model ekspositori (pembelajaran langsung). Hal tersebut dianggap sebagai penyebab ketidakaktifan siswa dalam proses pembelajaran sehingga untuk menumbuhkan keaktifan siswa diperlukan alternatif lain, yaitu melalui pembelajaran kooperatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mana yang lebih baik antara model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan Numbered Head Together(NHT) maupun dengan ekspositori pada materi baterai.

Jenis penelitian ini merupakan eksperimen dengan rancangan penelitian post Control Group Pretest Posttest. Populasi yang dipakai, yaitu siswa kelas X Teknik Kendaraan Ringan (TKR) SMK Muhammadiyah 02 Boja Tahun Ajaran 2012/2013, sedangkan sampel yang digunakan yaitu siswa kelas X TKR 1 sebanyak 36 siswa diberikan model pembelajaran tipe Jigsaw, kelas X TKR 3 berjumlah 36 siswa diberikan model pembelajaran tipe NHT dan kelas X TKR 2 sebanyak 35 siswa sebagai kelas kontrol dengan model pembelajaran ekspositori. Data hasil belajar kemudian dianalisis dengan melakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil analisis data menggunakan anava dan uji-t.

Berdasarkan hasil analisis uji prasyarat, ketiga kelompok berdistribusi normal dan homogen. Rata-rata persentase nilai hasil belajar dari kelas Jigsaw, NHT dan ekspositori secara berurutan adalah 78,47%, 82,72%, dan 75,14%. Berdasarkan hasil analisis varian (Anava) terhadap data post-test diperoleh nilai Fhitung= 15,974 > Ftabel = 3,08 untukα= 5% dengan dk = (2:104). Berdasarkan uji t pada data post-test kelas eksperimen 1 dan kelas kontrol, diperoleh nilai thitung= 2,675 > ttabel= 1,67 untuk α = 5% dengan dk = 69. Berdasarkan uji t pada data post-test kelas eksperimen 2 dan kelas control dengan uji t diperoleh nilai thitung= 5,465 > ttabel= 1,67 untuk α = 5% dengan dk = 69. Berdasarkan uji t pada data post-test kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 diperoleh nilai thitung= 3,363 > ttabel= 1,67 untukα= 5% dengan dk = 70.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan signifikan pada ketiga kelompok dan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan Numbered Head Together (NHT) lebih baik dari pada dengan model ekspositori, serta disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada materi baterai yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik dari pada tipe Jigsaw pada kelas Teknik Kendaraan Ringan SMK Muhammadiyah 02 Boja tahun ajaran 2012/2013.

Kata kunci : hasil belajar, materi baterai, jigsaw,numbered head together (NHT), ekspositori.


(8)

KEASLIAN SKRIPSI... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ...v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL...x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Pembatasan Masalah...5

C. Rumusan Masalah ...5

D. Penegasan Istilah ...6

E. Tujuan Penelitian...8

F. Manfaat Penelitian...9

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS...10

A. Landasan Teori ...10


(9)

6. Tinjauan Mengenai ModelNumbered Head Together(NHT) ..21

7. Materi Baterai.. ...23

B. Kerangka Berpikir ...30

C. Hipotesis ...33

BAB III METODE PENELITIAN ...34

A. Metode Dan Desain Penelitian ...34

B. Populasi Dan Sampel...36

C. Variabel Penelitian ...37

D. Metode Pengumpulan Data ...37

E. Alur Penelitian...38

F. Metode Analisis Instrumen...39

G. Model Analisis Data ...44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...53

A. Hasil Penelitian...53

B. Pembahasan ...59

BAB V SIMPULAN DAN SARAN...65

A. Simpulan...65

B. Saran ...66

DAFTAR PUSTAKA ...67


(10)

Tabel 1. Desain Penelitian ...34

Tabel 2. Klasifikasi Indeks Kesukaran ...41

Tabel 3. Klasifikasi Daya Pembeda...43

Tabel 4. PersiapanAnova...46

Tabel 5. Data Hasil Pre-test Materi Baterai...48

Tabel 6. Distrbusi Kategori Hasil Pre-test Materi Baterai...48

Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Data Pre-test Materi Baterai...50

Tabel 8. Hasil Homogenitas Data Pre-test Materi Baterai ...51

Tabel 9. Hasil Uji Kesamaan Data Pre-test Materi Baterai ...51

Tabel 10. Data Hasil Post-test Materi Baterai ...53

Tabel 11. Distribusi Kategori Hasil Pos-test Materi Baterai ...54

Tabel 12. Hasil Uji Normalitas Data Post-test Materi Baterai ...55

Tabel 13. Hasil Homogenitas Data Post-test Materi Baterai...56


(11)

Gambar 1. Alur Ilustrasi Pembelajaran Jigsaw ...20

Gambar 2. Alur Ilustrasi PembelajaranNumbered Head Together(NHT) ...21

Gambar 3. Alur Penelitian...38

Gambar 4. Histogram Distribusi Kategori Hasil Pre-test...49


(12)

Lampiran 1. Data Kelas 70

Lampiran 2. Silabus 78

Lampiran 3. RPP Ekspositori 80

Lampiran 4. RPP Jigsaw 87

Lampiran 5. RPPNumbered Head Together(NHT) 95

Lampiran 6. Kisi–Kisi Soal 103

Lampiran 7. Soal Uji Coba 105

Lampiran 8. Kunci Jawaban Soal Uji Coba 112

Lampiran 9. Data Uji Coba 113

Lampiran 10. Data Hasil Analisis Instrumen 117

Lampiran 11. Perhitungan Analisis Instrumen 121

Lampiran 12. Soal Test 133

Lampiran 13. Kunci Jawaban Soal Test 139

Lampiran 14. Lembar Jawab Siswa 140

Lampiran 15. Jadwal Penelitian 141

Lampiran 16. Data Hasil Pre-test Materi Baterai 144 Lampiran 17. Uji Normalitas Data Hasil Pre-test kelompok Jigsaw 145 Lampiran 18. Uji Normalitas Data Hasil Pre-test kelompok NHT 146 Lampiran 19. Uji Normalitas Data Hasil Pre-test kelompok Ekspositori 147


(13)

Lampiran 24. Uji Normalitas Data Hasil Post-test kelompok NHT 154 Lampiran 25. Uji Normalitas Data Hasil Post-test kelompok ekspositori 155 Lampiran 26. Uji Homogenitas Data Post-test Materi Baterai 156 Lampiran 27. AnalisisVarians (Anava) Data Post-tes Materi Baterai 157 Lampiran 28. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Hasil Post-test Jigsaw

Dan Kelompok Kontrol (Ekspositori) 160

Lampiran 29. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Hasil Post-test NHT dan

Kelompok Kontrol (Ekspositori) 161

Lampiran 30. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Hasil Post-test Jigsaw dan

NHT 162

Lampiran 31. Surat-Surat Penelitian 163


(14)

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sudah lebih dari 60 tahun merdeka, tetap belum memiliki kualitas sumber daya manusia yang memadai. Hal ini antara lain disebabkan oleh karena kualitas penyelenggaraan dan hasil pendidikan dari berbagai jalur, jenjang, dan jenis pendidikan belum memadai. Rendahnya kualitas penyelenggaraan dan hasil pendidikan ini antara lain disebabkan oleh karena pembuatan kebijakan, pengembangan kurikulum, dan model pembelajaran yang akan digunakan, pengadaan dan pengembangan tenaga kependidikan, sistem pengajian, sistem evaluasi, dan pengadaan sarana dan prasarana tidak didasarkan dari hasil penelitian yang memadai. Dapat diartikan bahwa kualitas sumber daya manusia kurang memadai karena kualitas dan hasil pendidikan masih kurang, salah satunya disebabkan oleh penerapan model pembelajaran yang kurang sesuai dengan materi yang akan disampaikan.

Pembelajaran otomotif di sekolah sering kali menjadi kegiatan yang kurang menarik bagi siswa SMK. Banyak siswa yang mengeluhkan kurang menariknya pembelajaran otomotif karena materi yang terlalu banyak, penyampaian guru yang monoton, hanya hafalan, dan lain-lain. Bahkan tak jarang guru juga mengeluh karena minat siswa yang rendah pada mata pelajaran yang diampunya dan siswa merasa kurang puas dengan hasil ujiannya.


(15)

Pembelajaran merupakan proses komunikasi. Suatu proses komunikasi selalu melibatkan tiga komponen pokok, yaitu pengirim pesan (guru), penerima pesan (siswa), dan pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pembelajaran. Kegagalan komunikasi seringkali terjadi dalam pembelajaran. Untuk itu penggunaan media pembelajaran bukan saja dapat mempermudah penyampaian materi tetapi juga bisa membuat proses pembelajaran lebih menarik.

Pembelajaran berpedoman pada kurikulum tertentu sesuai tuntutan lembaga penyelenggara pendidikan dan kebutuhan masyarakat. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum operasional yang dilaksanakan setiap satuan pendidikan saat ini termasuk di SMK Muhammadiyah 02 Boja. Penyusunan KTSP memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar sesuai standar isi yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan. KTSP memberikan otonomi kepada sekolah untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum yang tepat dengan kondisi sekolah dan masyarakat setempat. Guru dituntut untuk mandiri dan kreatif dalam mengelola pembelajaran termasuk penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Selain itu guru juga harus mampu untuk memperbaiki permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran.

SMK Muhammadiyah 02 Boja adalah sekolah dimana peneliti akan melakukan penelitian. Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada tahun ajaran 2012/2013 menunjukkan bahwa dalam pembelajaran materi baterai di sekolah tersebut pembelajarannya masih konvensional (tradisional), metode yang digunakan juga masih metode ceramah dan pembelajarannnya berpusat pada guru


(16)

(teacher centered). Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi terperinci tentang bahan pengajaran. Besar kemungkinan hal tersebut menjadi salah satu faktor terjadinya kekurangaktifan pada siswa, dan hal ini terlihat ketika siswa tampak kurang antusias dalam menerima materi yang disampaikan guru. Hal ini akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi siswa, salah satu alternatif solusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) karena model ini menekankan pada sikap kegotongroyongan siswa ketika pembelajaran berlangsung. Siswa dikelompokkan dalam beberapa kelompok kecil, mendorong siswa membantu satu sama lain dalam memahami materi pelajaran. Dengan demikian, keuntungan yang didapat dari model pembelajaran kooperatif tidak hanya semata dalam dunia pendidikan tetapi juga pada ranah sosial.

Cooperative Learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda (Isjoni 2011: 12). Model-model pembelajaran kooperatif secara khusus menggunakan kekuatan dari sekolah yang menghapus perbedaan kehadiran para siswa dari latar belakang ras atau etnik yang berbeda untuk meningkatkan hubungan antar kelompok. Semua metode pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman satu timnya mampu membuat diri mereka bekerja sama baiknya (Slavin 2010:10).


(17)

(NHT). Model pembelajaran tipe Jigsaw dan Numbered Head Together (NHT) merupakan model pembelajaran yang menghendaki siswa belajar dan bekerja sama dalam suatu kelompok. Model pembelajaran tipe Jigsaw merupakan suatu model pembelajaran yang setiap siswanya diberi materi yang berbeda-beda dalam satu kelompok, kemudian siswa dikelompokkan di kelompok ahli untuk mendiskusikan materi yang diterima, setelah itu setiap siswa kembali ke kelompok semula untuk menjelaskan materi yang dia terima kemudian guru memberi evaluasi kepada siswa, sedangkan NHT merupakan suatu model pembelajaran yang setiap siswanya diberi nomor dalam suatu kelompok lalu guru memanggil nomor dari siswa saat evaluasi.

Berdasarkan hasil penelitian Wijaya dkk (2010: 49) menyebutkan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif NHT pada siswa dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI Program TMO SMK Muhammadiyah 1 Blora. Sedangkan menurut Kurnianingtyas dan Nugroho (2012: 66) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa implementasi strategi pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dapat meningkatakan hasil belajar siswa kelas X Akuntansi 3 SMK Negeri 7 Yogyakarta.

Berdasarkan latar belakang dan data-data tersebut, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Hasil Belajar Materi

Baterai antara Model Pembelajaran Kooperatif (Jigsaw danNumbered Head Together) dengan Model Pembelajaran Ekspositori”.


(18)

B. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan pada penelitian tidak melebar maka peneliti menentukan batasan-batasan masalah sebagai berikut :

a. Penggunaan model Jigsaw dan Numbered Head Together (NHT) hanya di pembelajaran materi baterai.

b. Pembelajaran menyangkut pada kompetensi merawat baterai.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Adakah perbedaan signifikan antara hasil belajar siswa pada materi baterai menggunanakan pembelajaran ekspositori, Jigsaw, dan Numbered Head Together(NHT)?

2. Apakah hasil belajar siswa pada materi baterai dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw lebih baik daripada ekspositori?

3. Apakah hasil belajar siswa pada materi baterai dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) lebih baik daripada ekspositori?

4. Apakah hasil belajar siswa pada materi baterai dengan menggunakan model pembelajaranNumbered Head Together(NHT) lebih baik daripada Jigsaw?


(19)

D. Penegasan Istilah

Untuk mempertegas makna yang terkandung dalam judul skripsi ini dengan jelas dan menghindari kesalahpahaman penafsiran terhadap judul penelitian ini, penulis perlu memberikan penjelasan terhadap istilah yang digunakan dalam judul penelitian. Istilah-istilah yang perlu diperjelas antara lain:

1. Perbedaan

Secara umum perbedaan dapat diartikan beda, selisih (Departemen Pendidikan Nasional). Perbedaan yang dimaksud adalah selisih hasil belajar siswa pada materi baterai antara model Jigsaw, NHT, dan ekspositori.

2. Hasil belajar

Menurut Anni dkk (2007: 5) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan yang dimiliki atau dikuasai oleh peserta didik dari kegiatan belajar materi baterai antara model pembelajaran kooperatif (Jigsaw danNumbered Head Together) dengan model ekspositori. 3. Materi Baterai

Materi baterai merupakan salah satu kompetensi keahlian otomotif yang diajarkan di SMK Muhammadiyah 02 Boja pada kelas X semester 2. Kompetensi dasar yang diajarkan meliputi menguji baterai, memperbaiki baterai, merawat baterai, dan menjumper baterai.

4. Model Pembelajaran

Menurut Joyce dalam (Trianto 2007: 5) menyatakan model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam


(20)

merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain. Model pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran Jigsaw dan Numbered Head Together(NHT).

5. Moodel Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa. Model pembelajaran kooperatif ada bermacam-macam, dua diantaranya yaitu Jigsaw danNumbered Head Together(NHT).

6. Model Pembelajaran Jigsaw

Merupakan suatu model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh Elliot Aroson. Menurut Arends (2008: 13) menggunakan Jigsaw, siswa-siswa ditempatkan ke dalam tim-tim belajar heterogen beranggota lima sampai enam orang. Berbagai materi akademis disajikan kepada siswa dalam bentuk teks, dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari satu porsi materinya.

7. Model PembelajaranNumbered Head Together(NHT)

Numbered Head Together (NHT) adalah model pembelajaran yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1998) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam reviu berbagai materi yang dibahas dalam sebuah pelajaran. Alih-alih mengarahkan pertanyaaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur


(21)

empat langkah yaitu: Numbering, Questioning, Heads Together, dan Answering (Arends 2008: 16).

8. Pembelajaran Ekspositori

Metode ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal (Sanjaya 2007: 179). Pembelajaran Ekspositori sering disebut juga sebagai pembelajaran langsung (konvensional).

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui adakah perbedaan signifikan antara hasil belajar siswa pada materi baterai dengan menggunakan pembelajaran ekspositori, Jigsaw, danNumbered Head Together(NHT).

2. Untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa pada materi baterai dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw lebih baik daripada ekspositori. 3. Untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa pada materi baterai dengan

menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) lebih baik daripada ekspositori.

4. Untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa pada materi baterai dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) lebih baik daripada model Jigsaw.


(22)

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat diantaranya sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya wawasan perkembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan dunia pendidikan.

b. Memberikan sumbangan konseptual bagi penelitian sejenis. 2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang dimaksud adalah sebagai bahan masukan dan saran bagi pihak-pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, baik lembaga atau perorangan. Pihak-pihak yang dimaksud adalah:

a. Bagi lembaga perguruan tinggi Universitas Negeri Semarang, untuk meningkatkan kualitas akademik dan kompetensi mahasiswa program kependidikan sebagai calon guru yang profesional.

b. Bagi sekolah, untuk bahan evaluasi kinerja guru dalam proses belajar mengajar agar dapat menerapkan model yang sesuai dengan materi yang diajarkan.

c. Bagi mahasiswa calon pendidik atau guru, dapat memberikan sumbangan yang dapat dijadikan bahan masukan dalam menerapkan model-model pembelajaran yang akan digunakan agar kegiatan pembelajaran efektif.


(23)

A. Landasan Teori

Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, pada bagian ini akan disajikan landasan teori yang mendasari penelitian meliputi belajar, hasil belajar, pembelajaran ekspositori, pembelajaran kooperatif, model pembelajaran Jigsaw, model pembelajaranNumbered Head Together(NHT), dan materi baterai.

1. Belajar

Belajar merupakan suatu proses mendapatkan pengetahuan atau pengalaman, pengetahuan dan pengalaman ini mampu mengubah tingkah laku seseorang sehingga tingkah laku seseorang tersebut tidak akan berubah lagi dengan modifikasi yang sama, belajar juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang kompleks, tindak interaksi antara pendidik dengan peserta didik yang bertujuan. Penciptaan suasana yang menyenangkan, mengoptimalisasi model mengajar, media dan sumber belajar serta memaksimalkan peran pendidik adalah hal-hal yang diharapkan dapat menciptakan suatu hasil belajar yang maksimal.

Belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Relevan dengan ini maka ada pengertian bahwa


(24)

Definisi belajar yang selanjutnya, “belajar adalah berubah”. Dalam hal ini belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri. Dengan demikian, dapat dikatakan belajar merupakan rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik (Sardiman 2006: 21).

Perubahan sebagai hasil dari suatu proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pengalaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek yang lain yang ada pada individu yang belajar. Dengan demikian, belajar pada dasarnya adalah perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Perubahan tingkah laku itu meliputi keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi.

Dari berbagai pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa dalam proses belajar selalu ditandai adanya perubahan pada diri individu yang melakukan proses belajar. Jadi dapat disimpilkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu yang ditandai adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan latihan untuk memperoleh pengetahuan dan kecakapan atau keterampilan baru.


(25)

2. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh dari pembelajaran setelah mengalami aktivitas belajar (Anni dkk 2007: 5). Hasil belajar dapat dikatakan sebagai ukuran keberhasilan siswa yang telah mengikuti suatu proses pembelajaran dengan membandingkannya terhadap tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Apabila siswa memperoleh hasil belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum, secara otomatis siswa tersebut dikatakan berhasil, demikian pula sebaliknya.

Hasil belajar diklasifikasikan menjadi tiga aspek yaitu: (1) ranah kognitif yang mendeskripsikan hasil belajar intelektual, (2) ranah afektif, yang mendiskripsikan sikap dari hasil belajar, dan (3) ranah psikomotorik, yang mendiskripsikan hasil belajar berdasarkan keterampilan dan kemampuan bertindak (Bloom dalam Sudjana 2011: 22). Penelitian ini mengambil objek pada ranah kognitif sebagai bahan penelitian. Hal ini didasarkan pada pendapat Sudjana (2011: 23) yang menyatakan bahwa ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.

Penelitian ini menggunakan teknik tes untuk pengukuran hasil belajar. Sudjana (2011: 35) menyatakan bahwa tes pada umumnya untuk menilai dan untuk mengukur hasil belajar siswa, terutama hail belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Agar memenuhi syarat validitas,


(26)

reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran maka tes buatan peneliti ini akan di ujicoba terlebih dahulu kepada siswa-siswa yang telah mempelajari program diklat yang akan diteliti.

Data hasil belajar siswa diperoleh dari hasil pretest dan posttest dengan menggunakan instrumen berupa tes obyektif pilihan ganda dengan empatoptiondimasing-masing nomor. Penilaian menggunakan skala bebas, angka penilaian antara 1-100.

3. Pembelajaran Langsung

a. Metode Ekspositori Sebagai Pembelajaran Langsung

Metode ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal (Sanjaya 2007: 179). Peran siswa dalam strategi adalah menyimak untuk menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Metode ekspositori ini identik dengan pembelajaran konvensional/langsung yang masih dipakai pada instansi-instansi pendidikan sampai saat ini.

Metode ekspositori menekankan pada peran sentral guru dalam pembelajaran (teacher centered approach). Kegiatan pembelajaran sepenuhnya diatur dan ditentukan oleh guru, siswa tidak dituntut menemukan materi tersebut. Oleh karena itu, dalam pembelajaran ini siswa menjadi cenderung pasif karena hanya mendengarkan informasi yang diberikan guru tanpa ada tuntutan memahaminya.


(27)

b. Karakteristik Pembelajaran Ekspositori

Beberapa hal yang menjadi karakteristik pembelajaran ekspositori adalah :

1) Penyampaian materi pelajaran dilakukan secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dari metode ini. Oleh karena itu, metode ini identik dengan metode ceramah.

2) Materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang. 3) Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran

tersebut, artinya siswa diharapkan mampu mengungkapkan kembali materi yang telah disampaikan.

c. Langkah-langkah Pembelajaran Ekspositori

Syntaks atau langkah-langkah pembelajaran metode ekspositori ada 5 yaitu, persiapan, penyajian, korelasi, penyimpulan dan penerapan (Sanjaya 2007: 185). Berikut penjelasan mengenai langkah-langkah tersebut.

1) Persiapan

Langkah ini berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran. Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan persiapan adalah :

a) Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang positif, b) Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar, c) Merangsang dan menggugah rasa ingin tahu siswa,


(28)

d) Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka. 2) Penyajian

Langkah ini merupakan penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan agar materi pelajaran mudah dipahami sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Beberapa hal perlu diperhatikan dalam langkah ini, diantaranya penggunaan bahasa yang komunikatif dan mudah dipahami, intonasi suara untuk menjaga perhatian siswa.

3) Korelasi

Langkah ini menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur-struktur pengetahuan yang telah dimilkinya. 4) Penyimpulan

Penyimpulan dalam tahap untuk memahami inti dari materi pelajaran yang telah disampaikan. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya mengulang kembali inti materi yang menjadi pokok masalah, memberikan beberapa pertanyaan yang relevan dengan materi yang telah disampaikan.

5) Penerapan

Penerapan adalah langkah untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mendapat penjelasan guru. Guru dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman materi pelajaran oleh siswa.


(29)

4. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing (Slavin 2010: 4). Beberapa sistem pembelajaran kooperatif menerapkan sistemrewarddalam pelaksanaanya untuk merangsang semangat siswa.

Menurut Arends (2008: 5) model pembelajaran kooperatif dapat ditandai oleh fitur-fitur berikut ini:

a. Siswa bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan belajar

b. Tim-tim itu terdiri atas siswa-siswa yang berprestasi rendah, sedang, dan tinggi.


(30)

c. Bilamana mungkin, tim-tim itu terdiri atas campuran ras, budaya, dan gender.

d. Systemreward-nya berorientasi kelompok maupun individu. Arends (2008: 5) juga menyatakan kalau model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai paling sedikit tiga tujuan penting, yaitu: prestasi akademis, toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman, dan penegmbangan keterampilan sosial.

1) Prestasi akademik

Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

2) Toleransi dan penerimaan keanekaragaman

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dengan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.


(31)

3) Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

Menurut Lie (2004: 19) cooperative learning disebut juga dengan pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Istilah cooperative learningdalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif.

Terdapat beberapa macam model pembelajaran yang termasuk dalam pembelajaran kooperatif, diantaranya yaitu: modelJigsaw, modelNumbered Head Together, model Student Teams Achievement Division, model Think Pair Share, dan sebagainya.

Pembelajaran kooperatif merupakan proses pembelajaran secara kelompok yang bersipat heterogen dengan menitikberatkan pada kerja sama untuk memberikan pemahaman antar sesama anggota kelompok terhadap bahan ajar untuk mencapai tujuan bersama. Kegiatan bekerjasama dapat mengembangkan tingkat pemikiran yang tinggi, keterampilan komunikasi yang penting, meningkatkan minat, percaya diri, kesadaran bersosial dan sikap toleransi terhadap perbedaan individu.


(32)

5. Model Pembelajaran Jigsaw

Model pembelajaran Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins. Pada model Jigsaw siswa membaca bagian bagian yang berbeda dengan yang dibaca teman satu timnya. Ini memang berguna untuk membantu para ahli untuk menguasai informasi yang unik, sehingga membuat tim sangat menghargai kontribusi tiap anggotanya.

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4–6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggungjawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/ kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli. Langkah–


(33)

Gam Siswa dibagi m heterogen (kelompok yang berbeda-beda de berbeda, bertemu den kelompok ahli untuk diskusi selesai, para asal dan berusaha men dapatkan pada saat pe diberi kuis secara indi

Menurut Kurni menyebutkan bahwa maka siswa dapat m mengambil bagian dal dan bekerja sama. Kunc anggota tim yang m dapat mengerjakan soa

ambar 1. Alur Ilustrasi Pembelajaran Jigsaw i menjadi beberapa kelompok yang pemba pok asal) yang setiap siswa dalam satu kelompok

dengan teman sekelompoknya, siswa dari kelom dengan materi yang sama yang dikelompokka untuk berdiskusi dan membahas materi yang di ra anggota kelompok ahli kemudian kembali

engajarkan pada teman sekelompoknya apa ya t pertemuan di kelompok ahli. Di akhir pembe ndividu mencakup materi yang telah dibahas. urnianingtyas dan Nugroho (2012:76) da wa dengan implementasi Strategi Pembelaja t memperoleh keterampilan diantaranya berb

dalam tugas, mengajukan pertanyaan, mendenga unci tipe jigsaw ini adalah interpendensi setiap si memberikan informasi yang diperlukan denga n soal yang diberikan guru dengan baik.

bagiannya secara pok diberi materi kelompok asal yang pokkan lagi menjadi g diterima. Setelah li pada kelompok yang telah mereka mbelajaran, siswa s.

dalam jurnalnya ajaran Kooperatif berbagi tugas dan ngar dengan aktif, iap siswa terhadap dengan tujuan agar


(34)

6. Model PembelajaranNumbered Head Together(NHT)

Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berfikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional (Trianto 2007: 62). Model pembelajaran ini pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam reviu berbagai materi yang dibahas dalam sebuah pelajaran dan untuk memeriksa pemahaman mereka tentang isi pelajaran itu. Langkah–langkah model NHT dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Alur Ilustrasi Pembelajaran NHT

Dalam model pembelajaran ini, guru akan mengarahkan siswa untuk membuat kelompok heterogen berdasarkan prestasi akademiknya dan siswa akan memiliki nomor tertentu dalam setiap kelompoknya. Selanjutnya guru akan memberikan suatu persoalan untuk tiap kelompok dari materi bahan ajar dalam

Kelompok A 1 2 3 4 5 6

Kelompok B 1 2 3 4 5 6

Kelompok C 1 2 3 4 5 6

Kelompok D 1 2 3 4 5 6

Materi Soal

Evaluasi Guru memilih nomor


(35)

masing. Pada akhir pembelajaran, setelah masing-masing kelompok menyelesaikan persoalan yang diberikan oleh guru, maka guru akan memanggil salah satu nomor, dan siswa dengan nomor tersebut akan mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya secara individual di depan kelas sehingga terjadi diskusi kelas. Setelah terjadi diskusi kelas, guru akan mengadakan kuis individual dan membuat skor perkembangan tiap siswa dan mengumumkan hasil kuis tersebut serta memberikan penghargaan kepada siswa yang memperoleh nilai rata-rata tertinggi di kelasnya.

Pendekatan yang menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered approach) ini adalah suatu pembelajaran yang menggunakan strategi pembelajaran yang bersifat cooperative learning atau pembelajaran berkelompok, siswa melakukan pembelajaran dengan metode diskusi yang dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok kecil. Kesulitan dalam pengelolaan kelas, tidak sepenuhnya dapat dihindari oleh guru yang menggunaka model pembelajaran ini. Oleh karena itu, guru diharapkan menerapkan teknik-teknik khusus dalam menerapkan model pembelajan ini. Guru hendaknya lebih aktif dalam mengkondisikan kelas, dengan seringkali memperhatikan masing-masing kelompok yang sedang berdiskusi untuk lebih tenang dan terkontrol dalam diskusinya dan juga guru memperhatikan pemberian reward kepada siswa dan kelompok yang memperoleh nilai tertinggi dalam diskusinya, karena hal ini akan lebih meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran berkelompok kedepannya.


(36)

Menurut Arends (2008: 16) terdapat empat langkah dalam pembelajaran tipe NHT. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Numbering(Penomoran)

Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, 3 sampai 5 orang dan memberi nomor sehingga setiap siswa pada masing-masing tim memiliki nomor antara 1 sampai 5.

b. Questioning(Pertanyaan)

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan bisa bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik dan dalam bentuk pertanyaan. c. Heads Together(Berpikir Bersama)

Siswa menyatukan “kepalanya” atau pendapatnya untuk menemukan jawabannya dan memastikan bahwa semua orang tahu jawabannya. d. Answering(Menjawab)

Guru memanggil sebuah nomor dan siswa dari masing-masing kelompok yang memiliki nomor itu mengacungkan tangannya dan memberikan jawabannya ke hadapan seluruh kelas.

Menurut Kusumojanto & Herawati (2009: 93) dalam jurnalnya menyebutkan bahwa:

Kelebihan NHT diantaranya dapat memperluas pengetahuan siswa terhadap materi yang dipelajari, melatih siswa untuk berani menyampaikan pendapat, terciptanya saling percaya, serta kerjasama antar siswa dan antar anggota kelompok untuk berfikir dalam menyelesaikan satu tugas atau masalah, siswa saling berfikir aktif dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga siswa mampu untuk mengembangkan keterampilan berfikirnya, dan dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif model NHT ini terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran NHT ini antara lain, dalam pelaksanaan pembelajaran dengan


(37)

serta guru harus melakukan persiapan yang matang sebelum menerapkan model NHT ini.

7. Materi Baterai

a. Pengertian Baterai

Baterai merupakan sumber energi listrik yang digunakan oleh sistem starter dan sistem kelistrikan yang lain. Akumulator (accu, aki) adalah sebuah alat yang dapat menyimpan energi (umumnya energi listrik) dalam bentuk energi kimia. Contoh-contoh akumulator adalah baterai dan kapasitor. Pada umumnya di Indonesia, kata akumulator (sebagai aki atau accu) hanya dimengerti sebagai "baterai" mobil. Sedangkan di bahasa Inggris, kata akumulator dapat mengacu kepada baterai, kapasitor, kompulsator, dll (harnantoro, 2012). Baterai ada dua tipe yaitu baterai kering dan baterai basah. Baterai yang digunakan untuk motor, mobil maupun truk adalah baterai jenis basah.

b. Konstruksi Baterai

Baterai terdiri dari beberapa komponen antara lain : Kotak baterai, terminal baterai, elektrolit baterai, lubang elektrolit baterai, tutup baterai dan sel baterai. Dalam satu baterai terdiri dari beberapa sel baterai, tiap sel menghasilkan tegangan 2 - 2,2 V. Baterai 6 V terdiri dari 3 sel, dan baterai 12 V mempunyai 6 sel baterai yang dirangkai secara seri.

Tiap sel baterai mempunyai lubang untuk mengisi elektrolit baterai, lubang tersebut ditutup dengan tutup baterai, pada tutup terdapat lubang ventilasi yang digunakan untuk mengalirkan uap dari elektrolit baterai. Tiap


(38)

sel baterai terdapat plat positip, saparator dan plat negatip, plat positip berwarna coklat gelap (dark brown) dan plat negatip berwarna abu-abu metalik (metallic gray).

1) Elektrolit Baterai

Elektrolit baterai merupakan campuran antara air suling (H2O) dengan asam sulfat (SO4), komposisi campuran adalah 64 % H2O dan dan 36 % SO4. Dari campuran tersebut diperoleh elektrolit baterai dengan berat jenis 1,270.

2) Kotak Baterai

Wadah yang menampung elektrolit dan elemen baterai disebut kotak baterai. Ruangan didalamnya dibagi menjadi ruangan sesuai dengan jumlah selnya. Pada kotak baterai terdapat garis tanda upper level dan lower level , sebagai indicator jumlah elektrolit.

3) Sumbat Ventilasi

Sumbat ventilasi ialah tutup untuk lubang pengisian elektrolit. Sumbat ini juga berfungsi untuk memisahkan gas hidrogen (yang terbentuk saat pengisian) dan uap asam sulfat di dalam baterai.

c. Kegiatan Dalam Perawatan Baterai

Kegiatan yang dilakukan dapat perawatan baterai meliputi: 1) Membersihkan terminal baterai dari karat atau kotoran yang lain.

Terminal baterai merupakan bagian yang mudah mengalami kerusakan akibat korosi, bila terminal korosi maka tahanan pada terminal


(39)

dapat berfungsi optimal. Untuk mencegah hal tersebut maka terminal harus dibersihkan. Langkah membersihkan adalah:

a) Kendorkan baut pengikat baterai sesuai dengan kontruksi baterai. b) Bila terminal tersebut melekat dengan kuat pada pos baterai, jangan

memukul atau mencungkil terminal baterai untuk melepaskannya. Ini dapat merusak posnya atau terminal baterai. Gunakan obeng untuk melebarkan terminal, kemudian tarik dengan traker khusus. c) Bersihkan terminal baterai menggunakan amplas atau sikat khusus. d) Oleskan grease atau vet pada terminal dan konektor, kemudian

pasang terminal dan kencangkan baut pengikatnya

e) Lakukan pemeriksaan tahanan pada terminal baterai dengan menggunakan volt meter.

2) Pemeriksaan elektrolit

a) Pemeriksaan jumlah elektrolit

Selama proses pengisian maupun pengosongan listrik pada baterai terjadi efek panas sehingga eletrolit baterai menguap dan elektrolit baterai berkurang, untuk itu secara periodik jumlah elektrolit baterai perlu diperiksa dan bila jumlah elektrolit baterai kurang maka harus ditambah.

Jumlah elektrolit baterai harus selalu dikontrol, jumlah yang baik adalah diantara tanda batas Upper Level dengan Lower Level. Jumlah elektrolit yang kurang menyebabkan sel baterai cepat rusak, sedang jumlah elektrolit berlebihan menyebabkan tumpahnya elektrolit saat


(40)

batarai panas akibat pengisian atau pengosongan berlebihan. Akibat proses penguapan saat pengisian memungkinkan jumlah elektrolit berkurang, untuk menambah jumlah elektrolit yang kurang cukup dengan menambah H2O atau terjual dengan nama Air Accu.

Elektrolit baterai yang dijual ada dua macam yaitu air accu dan air zuur. Air accu merupakan air murni (H2O) dengan sedikit asam sulfat, sedangkan air zuur kandungan asam sulfatnya cukup besar sehingga berat jenisnya lebih tinggi. Air accu digunakan untu menambah elektrolit baterai yang pemeriksaan elektrolit berkurang, sedangkan air zuur digunakan untuk mengisi baterai pada kondisi kosong.

b) Pemeriksaan berat jenis elektrolit baterai

Pemeriksaan berat jenis elektrolit baterai menggunakan alat hidrometer. Pemeriksaan berat jenis elektrolit baterai merupakan salah satu metode untuk mengetahui kapasitas baterai. Baterai penuh mempunyai Bj 1,27-1,28, baterai kosong Bj 1,100 -1,130.

3) Mengisi Baterai

Mengisi baterai merupakan mengalirkan energi listrik dari luar sehingga terjadi reaksi pada elektrolit dan sel-sel baterai.

Pengisian baterai dapat dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu: Pengisian Normal, dan Pengisian Cepat


(41)

d. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Sebelum melaksanakan pengujian tersebut perlu diperhatikan masalah keselamatan kerja. Hal-hal tersebut antara lain:

1) Baterai pada umumnya berukuran besar dan berisi larutan asam sulfat, oleh karena itu harus hati-hati jangan sampai cairan baterai mengenahi pakaian, kulit maupun kendaraan.

2) Saat melepas baterai untuk menguji baterai perlu diperhatikan keamanan awal yang diperlukan untuk menghindari pemakai atau kerusakan alat elektronik akibat pelepasan baterai.

3) Gunakan alat pelindung atau alat pengaman, termasuk pemakaian alas kaki yang sesuai dan pelindung mata.

4) Putuslah hubungan kabel baterai pada saat anda akan memperbaiki beberpa bagian dari suatu sistem rangkaian kelistrikan.

5) Lepas hubungan terminal baterai ke ground terlebih dahulu, karena bila melepas terminal positip akan kemungkinan terjadi hubungan pendek melalui kunci ke kodi kendaraan.

6) Ingatlah baterai mudah menimbulkan arus energi listrik pada tenggang tinggi, sehingga jam tangan logam perhiasan dan gelang sebaiknya tidak dikenakan pada saat anda bekerja dengan baterai.

7) Gas yang keluar dari bagian atas sel baterai selama proses pengisisan dan pengosongan bersifat mudah meledak, jangan menyalakan korek atau merokok dekat lokasi pengisian baterai.


(42)

8) Sebelum menghubungkan pengisian baterai, kedua terminal baterai positif dan negatif harus dilepaskan dari sistem rangkaian elektronik. 9) Pada saat melakukan pengisian baterai, anda membutuhkan udara yang

bersih dan ventilasi udara yang bebas dari bunga api atau kemungkinan terjadi kebakaran.

10) Apabila baterai anda memiliki lubang ventilasi pengaman jangan buka tutup penyumbatnya ketika melakukan proses pengisian, bila baterai anda tidak memiliki lubang pengaman, bukalah tutup penyumbatnya agar gas hodrogen yang dihasilkan pada saat proses pengisian dapat keluar.

11) Jangan melepas atau menghubungkan terminal baterai saat alat pengisian bekerja. ini akan menyebabkan munculnya bunga api dan menyalakan/membakar gas hidrogen yang ada dalam baterai.

12) Jangan meniup baterai dengan aliran udara, compresor udara dapat membuka tutup sel dan menyebarkan larutan elektrolit ke tubuh anda. 13) Untuk mencegah yang aman, jangan salah memasang posisi terminal

baterai, ini akan membalik polarisasi dan mengakibatkan rusaknya alternator dan sistem elektronik yang mempergunakan semikonduktor. 14) Untuk pencegahan, jangan salah memasang posisi terminal baterai, ini

akan membalik polarisasi arus yang akan merusak alternator dan sistem kelistrikan yang menggunakan semi konduktor.


(43)

B. Kerangka Berfikir

Salah satu kompetensi yang harus dikuasai siswa kelas X SMK Muhammadiyah 2 Boja adalah kompetensi memelihara baterai. Berdasarkan pengalaman di lapangan, pembelajaran materi baterai di sekolah tersebut pembelajarannya masih ekspositori (tradisional), metode yang digunakan juga masih metode ceramah dan pembelajarannnya berpusat pada guru (teacher centered). Pada saat jam pelajaran berlangsung, siswa cenderung kurang memperhatikan dan kurang fokus dalam kegiatan pembelajaran, sehingga guru harus benar-benar berusaha keras agar siswa dapat memahami materi yang diberikan. Pembelajaran seperti ini dianggap kurang tepat digunakan karena siswa hanya sebagai pendengar materi-materi yang diberikan oleh guru dan kemudian mencatat, mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru atau bertanya jika belum paham dengan materi yang diajarkan. Hal ini akan berpengaruh pada pencapaian hasil belajar siswa. Agar hasil belajar siswa pada materi memelihara baterai sesuai dengan yang diharapkan, maka pemilihan model pembelajaran harus diperhatikan.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda dalam kelompok-kelompok kecil. Untuk mencapai tujuan pembelajaran maka anggota kelompok harus membantu satu sama lain untuk keberhasilan kelompoknya, yang lebih penting adalah memberi dorongan kepada anggota lain untuk berusaha mencapai tujuan yang maksimal. Dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap kelompok saling bekerja sama dan berbagi tanggung jawab.


(44)

Model yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan tipe Numbered Head Together (NHT), memiliki kemiripan juga memiliki perbedaan. Kedua metode tersebut, dalam pelaksanaannya, mengharuskan siswa untuk berpasangan atau berkelompok. Tetapi dalam tahapan pelaksanaannya terdapat beberapa perbedaan diantara kedua metode kooperatif tersebut.

Model Jigsaw mengarahkan siswa melakukan proses tukar-menukar pengetahuan kepada teman satu kelompoknya dimana setiap siswa mendapat materi yang berbeda dari teman satu kelompoknya. Dalam model ini terdapat kelompok asal dan kelompok ahli.

Model Numbered Head Together (NHT) mengarahkan siswa bekerja dalam satu kelompok yang terdiri dari 4-6 orang setelah guru menyampaikan bahan pelajaran dan mengharuskan semua anggota menguasai pelajaran itu Dengan menggunakan model pembelajaran ini diharapkan siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, setiap siswa menguasai materi yang diterima, dan siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Pada akhir pelaksanaan pembelajaran Numbered Head Together (NHT), guru akan memanggil salah satu nomor yang akan mempresentasikan jawaban hasil diskusi dari kelompoknya secara individu di depan kelas. Pelaksanaan akhir pada model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) ini, memungkinkan siswa untuk lebih siap dengan hasil diskusi kelompoknya, karena dalam presentasinya di depan kelas, harus secara individu.


(45)

Berdasarkan uraian diatas dapat dikemukakan bahwa diduga terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara pembelajaran menggunakan Model pembelajaran Jigsaw dengan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) pada materi baterai.


(46)

C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Ada perbedaan signifikan hasil belajar siswa pada materi baterai menggunakan pembelajaran ekspositori, Jigsaw, dan Numbered Head Together(NHT).

2. Hasil belajar siswa pada materi baterai dengan menggunakan model Jigsaw lebih baik daripada ekspositori.

3. Hasil belajar siswa pada materi baterai dengan menggunakan model Numbered Head Together(NHT) lebih baik daripada ekspositori.

4. Hasil belajar siswa pada materi baterai dengan menggunakan model Numbered Head Together(NHT) lebih baik daripada Jigsaw.


(47)

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian ini merupakana true eksperimental design, dengan menggunakan desain Control Group Pretest Posttest (Arikunto 2006: 86) yang digambarkan sebagai berikut:

Tabel 1. Desain PenelitianControl Group Pretest Posttest Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Kelas E1 O1 XJIGSAW O2

Kelas E2 O1 XNHT O2

Kelas K O1 X

Ekspositori

O2

Keterangan :

 Kelas E1 : Kelas Eksperimen I

 Kelas E2 : Kelas Eksperimen II

 Kelas K : Kelas Kontrol

 O1 :Pretest

 O2 :Posttest

 XJIGSAW : Pembelajaran menggunakan model Jigsaw

 XNHT : Pembelajaran menggunakan model NHT


(48)

Adapun rancangan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah sebagai berikut:

1. Menentukan kelas eksperimen I, kelas eksperimen II, dan kelas kontrol dengan data-data yang tersedia.

2. Memberikan soal pretest pada kelas eksperimen I, kelas eksperimen II, dan kelas kontrol.

3. Melaksanakan perlakuan pada kelas eksperimen I dengan menggunakan model pembelajaran tipe Jigsaw, kelas eksperimen II dengan menggunakan model pembelajaran tipe Numbered Head Together (NHT), sedangkan pada kelompok kontrol dengan menggunakan pembelajaran ekspositori.

4. Memberikan soal posttest pada kelas ekserimen I, kelas eksperimen II, dan kelas kontrol.

5. Membandingkan hasil belajar kelas eksperimen I yang menggunakan model pembelajaran tipe Jigsaw dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran ekspositori.

6. Membandingkan hasil belajar kelas eksperimen II yang menggunakan model pembelajaran tipe Numbered Head Together (NHT) dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran ekspositori.

7. Membandingkan hasil belajar kelas eksperimen I yang menggunakan model pembelajaran tipe Jigsaw dengan kelas eksperimen II yang menggunakan modelNumbered Head Together(NHT).


(49)

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono 2010: 117). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Teknik Kendaraan Ringan (TKR) SMK Muhammadiyah 02 Boja yang terdiri dari 4 kelas yaitu X TKR 1, X TKR 2, X TKR 3, dan X TKR 4 dengan jumlah siswa sebanyak 143 siswa.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono 2010: 118). Sampel yang digunakan untuk penelitian sebanyak tiga kelas yang homogen dilihat dari aspek: diajar oleh guru yang sama, diterapkan kurikulum yang sama, dan peserta didik mempunyai rata-rata kemampuan yang relatif sama.

Penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling atau pemilihan secara acak sederhana. Teknis pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara pengundian dalam menentukan kelas mana yang akan dikenakan model pembelajaran tertentu.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah X TKR 1 sebagai kelas eksperimen I yang terdiri dari 36 siswa, X TKR 3 sebagai kelas eksperimen II yang terdiri dari 36 siswa,dan X TKR 2 sebagai kelas kontrol yang terdiri dari 35 siswa.


(50)

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto 2006: 118). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel yang mempengaruhi, yang disebut juga variabel penyebab, bebas atau “independent variable” (Arikunto 2006: 119). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah pembelajaran materi baterai menggunakan model pembelajaran Jigsaw dan pembelajaran materi baterai menggunakan model pembelajaranNumbered Head Together(NHT).

Variabel terikat adalah variabel yang tergantung atau variabel akibat atau disebut juga “dependent variable” (Arikunto 2006: 119). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar materi baterai menggunakan model pembelajaran Jigsaw dan hasil belajar materi baterai menggunakan model pembelajaranNumbered Head Together(NHT).

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data ini peneliti menggunakan metode: 1. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Arikunto 2006: 231). Metode ini digunakan untuk mendapatkan


(51)

2. Metode Tes.

Metode tes merupakan metode yang digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi (Arikunto 2006: 223). Instrumen tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui kualitas hasil belajar siswa dari aspek kognitif. Tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum perlakuan (pretest) dan sesudah perlakuan (postest).

E. Alur Penelitian

Gambar 3. Alur Penelitian Kesimpulan

Analisis Hasil Penelitian Eksperimen I JIGSAW

1. Pretest

2. PBM menggunakan model JIGSAW

3. Posttest

Eksperimen II NHT 1. Pretest

2. PBM menggunakan model NHT

3. Posttest Kontrol

1. Pretest 2.Pembelajaran

ekspositori

3. Posttest

Penyusunan Instrumen Penelitian


(52)

F. Metode Analisis Instrumen 1. Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, begitupun sebaliknya (Arikunto 2006: 168).

Rumus korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus korelasi point biserial (point biserial corellation) yaitu :

= Keterangan :

= Koefisien korelasi point biserial

= Mean skor dari subyek-subyek yang menjawab betul item yang dicari korelasinya dengan test

= Mean skor total (skor rata-rata dari seluruh pengikut test) = Standar deviasi skor total

= Proporsi item yang menjawab benar item tersebut =1

(Arikunto 2006: 283) Uji coba instrumen dilakukan di kelas XI TKR 1 yang berjumlah 30 siswa menggunakan 35 soal pilihan ganda dengan empat opsi dimasing-masing butir soal. Setelah didapatkan hasil nilai koefisien point biserial pada tiap butir soal,


(53)

kritik dari r product moment. Untuk r Pbis> rtabel maka soal tersebut valid, tetapi jika rPbis≤ rtabelmaka soal tersebut tidak valid. Harga kritik dari r product moment pada N=30 adalah 0,339.

Hasil perhitungan dari 35 soal yang diujikan, 3 soal dinyatakan tidak valid, soal yang tidak valid tersebut adalah soal dengan nomor 17, 24, dan 31.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah ketepatan suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan (Arikunto 2006: 178). Reliabilitas dapat diukur dengan rumus K-R 21. Rumus K-R 21 dapat digunakan untuk mengukur reliabilitas butir soal atau pertanyaan. Adapun rumus K-R 21 sebagai berikut :

                

kV

r

t M k M k k 1 1 11 Keterangan :

= Reliabilitas instrument k = Banyaknya butir soal

= Skor rata-rata (mean) = Varians total

(Arikunto 2006: 189) Hasil r11 dibandingkan dengan nilai tabel product momen. Jika nilai r11 <

rtabel maka instrumen tersebut tidak reliabel tetapi jika r11 > rtabel maka instrumen


(54)

Hasil uji reliabilitas diperoleh nilai koefisien sebesar 0,951. Harga rtabel yang diperoleh untuk N = 30 pada taraf kesalahan 5% sebesar 0,339. Dengan demikian, instrumen dinyatakan reliabel karena koefisien reliabilitas tersebut lebih besar dari nilai rtabel, selanjutnya dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian.

3. Taraf Kesukaran Soal

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut taraf kesukaran (Arikunto 2007: 207). Rumus yang digunakan untuk mencari tingkat kesukaran :

= Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab benar JS = Jumlah siswa peserta tes

(Arikunto 2007: 208) Tabel 2. Klasifikasi Indeks Kesukaran

Range Tingkat Kesukaran

0,00 < p≤ 0,30 Sukar 0,30 < p≤ 0,70 Sedang 0,70 < p≤ 1,00 Mudah


(55)

Hasil uji coba inst indeks kesukaran buti dengan indeks kesuka dengan nomor 1, 6, 9, 10 32, 33, dan 34. Sedang butir soal 0,70 < p≤ 1,00 a 8, 14, 16, 19, 23, 25, 30, da 4. Daya Pembeda S

Daya pembeda antara siswa yang be rendah (Arikunto 2007: menggunakan rumus :

   

Keterangan : D = inde JA = bany JB = bany BA = bany BB = bany

= pe

instrumen mendapatkan soal dengan krieria suka n butir soal 0,00 < p≤ 0,30 tidak ada. Soal dengan kr

sukaran butir soal 0,30 < p≤ 0,70 ada 22 butir soa

1, 6, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 17, 18, 20, 21, 22, 24, 26, 27, 28, 29, 31, dangkan soal dengan kriteria mudah dengan inde

≤ 1,00 ada 13 butir soal yaitu soal dengannomor 8, 14, 16, 19, 23, 25, 30, dan 35.

a Soal

da merupakan kemampuan suatu soal untuk berkemampuan tinggi dengan siswa yang

2007: 211).. Untuk menghitung daya pem us :

P

P

J

B

J

B

B A B B A A

D   

(Arikunt n :

ndeks diskriminasi

banyaknya peserta kelas atas banyaknya peserta kelas bawah

banyaknya peserta kelas atas yang menjawab denga nyaknya peserta kelas bawah yang menjawab de

= perbandingan peserta kelompok atas yang me

sukar dengan an kriteria sedang soal yaitu soal , 11, 12, 13, 15, 17, 18, 20, 21, 22, 24, 26, 27, 28, 29, 31,

ndeks kesukaran nomor 2, 3, 4, 5, 7,

untuk membedakan g berkemampuan pembeda tiap soal

   

rikunto 2007: 213)

engan benar b dengan benar


(56)

= pe

Hasil uji coba dengan indeks diskri nomor 15. Soal denga 0,70 ada 5 butir soal, kriteria cukup dengan yaitu soal dengan nom 26, 27, 29, 30, 32, 33, indeks diskriminasi a 17, 24 dan 31.

= perbandingan peserta kelompok bawah yang m

Tabel 3. Klasifikasi Daya Pembeda Daya Pembeda Interpretasi

0,00–0,20 Jelek 0,21–0,40 Cukup 0,41–0,70 Baik 0,71–1,00 Baik Sekali

(Arikunt oba instrumen mendapatkan soal dengan krite

skriminasi antara 0,71 – 1,00 ada 1 soal, ya dengan kriteria baik dengan indeks diskriminasi soal, yaitu soal dengan nomor 6, 18, 19, 22, dan

gan indeks diskriminasi antara 0,21 – 0,40 ada nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 33, 34, dan 35. Sedangkan Soal dengan kriter si antara 0,00 - 0,20 ada 3 butir soal yaitu den

g menjawab benar

kunto 2007: 218). kriteria baik sekali

yaitu soal dengan nasi antara 0,41 – n 28. Soal dengan ada 26 butir soal, 14, 16, 20, 21, 23, 25, iteria jelek dengan dengan soal nomor


(57)

G. Analisis Data

1. Uji Prasyarat Analisis

Analisis yang digunakan untuk pengujian hipotesis penelitian ini adalah analisis varians (Anava) satu jalan. Syarat dari analisis varians (Anava) satu jalan tersebut adalah data yang dianalisis harus berdistribusi normal dan homogen. a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya data yang akan dianalisis sehingga dapat diketahui hasilnya.

Pengujian normalitas digunakan rumus chi kuadrat ( 2), yaitu :

= ( )

Keterangan :

= Chi kuadrat = Hasil penelitian

= Hasil yang diharapkan (teoritik) = Banyaknya kelas interval

(Sudjana 2005: 273) Setelah didapat nilai χ2hitung kemudian dibandingkan dengan nilai χ2tabel

dengan taraf signifikan 5% dan dk = (k-3). Jika χ 2hitung  χ 2tabel , maka data


(58)

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas data dilakukan untuk mengetahui apakah sampel-sampel yang diambil mempunyai varians yang sama atau berbeda. Untuk mengetahui nilai homogenitas digunakan uji Bartllet.

Hipotesis yang diajukan adalah: Ho:12=22 = 32

Ha:12 22  32

Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut: 1) Menghitung S2dari masing-masing kelas

2) Menghitung varians gabungan dari semua kelas dengan rumus:

  

1

1 2

2

n

s

n

s

i i i

3) Menghitung harga satuan B dengan rumus: B = (log S2)(ni-1)

4) Menghitung nilai statis chi-kuadrat ( 2) dengan rumus: 2

= (ln10) {B -(ni-1) log Si2}

Kriteria pengujian: terima Ho jika 2hitung< 2(1-)(k-1), untuk taraf signifikan 5% (Sudjana 2005: 261).


(59)

2. Uji Hipotesis

Analisis untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau tidak dalam penelitian ini adalah analisis varians satu arah (One Way Anova).

Dalam analisis varians ini hipotesis statistik yang diuji adalah: Ho : 1= 2= 3

Ha : paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku

Untuk pengujian hipotesis tersebut digunakan uji F dengan bantuan tabel analisis varians seperti pada tabel berikut.

Tabel 4. PersiapanAnova

Sumber Variasi Dk JK KT F

Rata-rata 1 RY RY : 1

Antar kelompok k-1 AY A = AY : (k-1)

F = A/D Dalam kelompok (ni-1) DY D = DY : ( (ni -1)

Total ni X2 -

-Keterangan: RY = ( X) 2/ n AY = ( X j)2/nj–RY JK tot = Xi2

DY = JK tot–RY–AY

(Sudjana 2005: 305) Hasil uji F dikonsultasikan dengan Ftabel, apabila Fhitung> Ftabeldengan dk1= (k-1) berbanding dk2 = (ni -1) maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang berarti ada perbedaan yang signifikan (Sudjana 2005: 305).


(60)

3. Uji Lanjut

Jika dari hasil analisis varians satu arah (One Way Anova) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan, maka dilanjutkan dengan pengujian perbedaan dari masing-masing kelompok data tersebut.

Adapun untuk uji lanjut ini menggunakan uji-t, dengan rumusan sebagai berikut sebagai berikut (Sudjana 2005: 239):

k e k e n 1 n 1 S X X    t dengan 2 n n 1)S (n 1)S (n k e 2 k k 2 e e 2      

S

Keterangan:

Xe = rata-rata kelompok eksperimen Xk = rata-rata kelompok kontrol

ne = jumlah anggota kelompok eksperimen nk = jumlah anggota kelompok kontrol Se2 = varians kelompok eksperimen Sk2 = varians kelompok kontrol

Kriteria pengujian adalah Ho diterima jika thitung < t(1-)(k-1) untuk taraf signifikan 5%.


(61)

4. HasilPretest

a. Deskripsi Data HasilPretest

Data hasil proses pretest pada kompetensi memelihara baterai di kelas eksperimen I, kelas eksperimen II dan kelas kontrol siswa kelas X Teknik Kendaraan Ringan (TKR) SMK Muhammadiyah 02 Boja diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 5. Deskripsi Data HasilPretest

Kelas N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Eksperimen I 36 47 72 61,58 7,07

Eksperimen II 36 47 75 62,03 6,89

Kontrol 35 47 78 64,51 8,60

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebelum dilakukan kegiatan pembelajan kemampuan awal kompetensi Memelihara Baterai pada siswa kelas eksperimen I mempunyai rata-rata 61,58 dengan nilai tertinggi 72, nilai terendah 47 dan standar deviasi 7,07, pada kelas eksperimen II rata-rata 62,03 dengan nilai tertinggi 75, nilai terendah 47 dan standar deviasi 6,89, sedangkan pada kelas kontrol rata-rata 64,51 dengan nilai tertinggi 78, nilai terendah 47 dan standar deviasi 8,60. Ditinjau dari kategori hasil belajar siswa pada masing-masing kelas diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 6. Distribusi Kategori HasilPretest Rentang

Nilai Kriteria

Eksperimen I Eksperimen II Kontrol

F % F % F %

85–100 Sangat baik 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%

70–84 Baik 3 8.33% 4 11.11% 10 28.57%

55–69 Cukup 27 75.00% 26 72.22% 20 57.14%


(62)

Jumlah Lebih jelasnya Baterai sebelum dilakuka eksperimen II dan kel berikut.

Gambar b. Uji Normalitas D

Uji normalitas da square. Data dikataka 5%. Adapun hasil uji kelas eksperimen I, berikut. 0% 20% 40% 60% 80% 100% Sangat baik 0 ,0 0 % D is tr ib u si ( % )

Kelompok Eksperimen 1

36 100% 36 100%

ya deskripsi kategori hasil belajar kompetensi lakukan kegiatan pembelajaran pada kelas ekspe kelas kontrol tersebut di atas disajikan dalam hist

bar 4. Histogram Distribusi Kategori HasilPrete as DataPretest

s data dalam penelitian ini dilakukan mengguna akan normal jika nilai 2hitung< 2tabel pada uji normalitas datapretestkompetensi memeliha

I, eksperimen II dan kontrol disajikan dalam Sangat baik Baik Cukup Kurang

0

,0

0

% 8,3

3 % 7 5 ,0 0 % 1 6 ,6 7 % 0 ,0 0

% 11

,1 1 % 7 2 ,2 2 % 1 6 ,6 7 % 0 ,0 0 % 2 8 ,5 7 % 5 7 ,1 4 % Kategori

Kelompok Eksperimen 1 Kelompok Eksperimen 2 Kelompok Kontrol

35 100%

tensi Memelihara ksperimen I, kelas histogram sebagai

retest

unakan rumus chi-da taraf kesalahan lihara baterai pada lam tabel sebagai Kurang 1 6 ,6 7 % 1 4 ,2 9 % Kelompok Kontrol


(63)

Tabel 7. Hasil Uji Normalitas DataPretest

Sumber Data 2hitung 2tabel Kriteria

Kelas eksperimen I 6,0599 7,81 Normal

Kelas eksperimen II 1,3617 7,81 Normal

Kelas kontrol 2,6233 7,81 Normal

Penjelasan dari tabel di atas, hasil perhitungan uji normalitas dari proses pretest yang dilakukan pada kelas kelas eksperimen I didapatkan nilai 2hitung = 6,0599 dengan taraf kesalahan sebesar 5% dan dk = 3 diperoleh 2tabel= 7.81. Hal tersebut menunjukkan nilai 2hitung < 2tabel yang menyimpulkan bahwa kelas eksperimen I berdistribusi normal.

Tabel di atas juga menunjukkan ketiga kelas yang dijadikan objek penelitian mempunyai nilai 2hitung < 2tabel. Dengan demikian disimpulkan bahwa data hasil proses pretest dari ketiga kelas dalam penelitian ini bedistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lembar lampiran.

c. Uji Homogenitas DataPretest

Uji homogenitas data dalam penelitian ini menggunakan uji Bartlett. Pengujian menggunakan uji Bartlett dilakukan karena terdapat lebih dari dua kelompok yang digunakan dalam penelitian ini. Data dikatakan homogen jika nilai 2hitung< 2tabel pada taraf kesalahan 5%. Hasil uji homogenitas data pretest kompetensi memelihara baterai pada kelas eksperimen I, kelas eksperimen II dan kelas kontrol disajikan sebagai berikut.


(64)

Tabel 8. Hasil Uji Homogenitas DataPretest Sumber Data Varians 2hitung 2tabel Kriteria Kelas eksperimen I 49,9643

2,090 5,99 Homogen Kelas eksperimen II 47,5135

Kelas kontrol 73,9042

Tabel di atas menunjukkan data hasil uji homogenitas pada proses pretest nilai 2hitung= 2,090 < 2tabel= 5,99 untuk = 5% dengan dk 2. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data hasil pretest kompetensi memelihara baterai kelas eksperimen I, kelas eksperimen II dan kelas kontrol bersifat homogen (mempunyai varians yang sama).

d. Uji Kesamaan DataPretest

Pengujian kesamaan data hasil proses pretest kompetensi memelihara baterai pada kelas eskperimen I, kelas eskperimen II dan kelas kontrol menggunakan uji analisis varians satu arah (One Way Anova). Data hasil pengujian disajikan pada tabel sebagai berikut.

Tabel 9. Hasil Uji Kesamaan DataPretest Sumber Data Rata-rata Fhitung Ftabel Kriteria Kelas eksperimen I 61,58

1,548 3,08 Tidak Berbeda Kelas eksperimen II 62,03

Kelas kontrol 64,51

Hasil proses perhitungan terhadap data pretest kompetensi memelihara baterai kelas eskperimen I, kelas eskperimen II, dan kelas kontrol, sesuai pada tabel di atas, diperoleh nilai Fhitung= 1,548 < Ftabel = 3,08 untuk α= 5% dengan dk (2:104). Dengan demikian, diputuskan bahwa sebelum dilakukan pembelajaran


(65)

dijadikan sebagai acuan bahwa adanya perbedaan pada hasil posttest nantinya murni dari hasil perlakukan dan bukan akibat kondisi awal siswa yang sebelumnya sudah berbeda.


(66)

A. Hasil Penelitian 2. HasilPosttest

Setelah dikenakan perlakuan terhadap ketiga sampel yaitu kelas X TKR 1 (eksperimen 1) dengan model pembelajaran Jigsaw, kelas X TKR 3 (eksperimen 2) dengan model pembelajaran NHT serta kelas X TKR 2 (kelas kontrol) dengan pembelajaran ekspositori, maka dilakukan post-test untuk mengetahui hasil dari perlakuan model pembelajaran tersebut.

a. Deskripsi Data HasilPosttest

Berdasarkan hasil penelitian diketahui hasil perhitungan dari prosesposttest kompetensi memelihara baterai di kelas eksperimen dan kontrol siswa kelas X TKR SMK Muhammadiyah 02 Boja disajikan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 10. Deskripsi Data HasilPosttest

Kelas N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Eksperimen I 36 66 88 78,47 4,71

Eksperimen II 36 69 91 82,53 5,77

Kontrol 35 66 88 75,14 5,74

Keterangan: Eksperimen I = Pembelajaran Jigsaw Eksperimen II = Pembelajaran NHT Kontrol = Pembelajaran Ekspositori

Tabel di atas menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen I setelah dilakukan pembelajaran menggunakan model kooperatif Jigsaw memperoleh


(67)

rata-tertinggi 88, nilai terendah 66 dan standar deviasi 4,71. Kelas eksperimen II setelah dilakukan pembelajaran kompetensi memelihara baterai menggunakan model kooperatif Numbered Head Together (NHT) memperoleh rata-rata hasil belajar sebesar 82,53 dengan nilai tertinggi 91, nilai terendah 69 dan standar deviasi 5,77. Sedangkan pada kelas kontrol memperoleh rata-rata hasil belajar kompetensi memelihara baterai sebesar 75,14 dengan nilai tertinggi 88, nilai terendah 66 dan standar deviasi 5,74. Ditinjau dari kategori hasil belajar pada masing-masing kelas diperoleh data seperti terangkum pada tabel berikut.

Tabel 11. Distribusi Kategori HasilPosttest Rentang

Nilai Kriteria

Eksperimen I Eksperimen II Kontrol

F % F % F %

85–100 Sangat baik 3 8.33% 12 33.33% 2 5.71%

70–84 Baik 32 88.89% 23 63.89% 25 71.43%

55–69 Cukup 1 2.78% 1 2.78% 8 22.86%

< 55 Kurang 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%

Jumlah 36 100% 36 100% 35 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil belajar kompetensi Memelihara Baterai pada kelas ekperimen I terdapat 8,33% siswa memperoleh hasil belajar sangat baik, 88,89% memperoleh hasil belajar baik dan 2,78% yang memperoleh hasil belajar cukup. Sebaran data di kelas ekperimen II terdapat 33,33% siswa memperoleh hasil belajar sangat baik, 63,89% memperoleh hasil belajar baik dan 2,78% yang memperoleh hasil belajar cukup, sedangkan pada kelas kontrol terdapat 5,71% siswa yang memperoleh hasil belajar sangat baik, 71,43% siswa memperoleh hasil belajar baik dan masih ada 22,86% siswa yang memperoleh hasil belajar cukup.


(68)

Deskripsi hasil pembelajaran menggun pembelajaran mengguna pada kelas eksperimen di atas disajikan dalam

Gambar b. Uji Normalitas D

Hasil perhitung baterai menggunakan

Tabe

Sumber Data  

Kelas eksperimen Kelas eksperimen Kelas control 0% 20% 40% 60% 80% 100% Sangat baik 8 .3 3 % D is tr ib u si ( % )

Kelompok Eksperimen 1

sil belajar kompetensi memelihara baterai se nggunakan model kooperatif jigsaw pada kelas

ggunakan model kooperatif Numbered Head T en II dan pembelajaran ekspositori pada kelas lam histogram bergolong berikut ini.

bar 5. Histogram Distribusi Kategori HasilPostt as DataPosttest

ungan uji normalitas data posttest kompetensi kanChi-Kuadratdisajikan dalam tabel sebagai be

Tabel 12. Hasil Uji Normalitas DataPosttest ta 2hitung 2tabel

en I 5,6057 7,81

en II 6,1949 7,81

4,1403 7,81

Sangat baik Baik Cukup Kurang

8 .3 3 % 8 8 .8 9 % 2 ,7 8 % 0 ,0 0 % 3 3 .3 3 % 6 3 .8 9 % 2 ,7 8 % 0 ,0 0 % 5 .7 1 % 7 1 .4 3 % 2 2 ,8 6 % Kategori

Kelompok Eksperimen 1 Kelompok Eksperimen 2 Kelompok Kontrol

setelah dilakukan las eksperimen I, ad Together (NHT) as kontrol tersebut

osttest

tensi memelihara i berikut.

  Kriteria

Normal Normal Normal Kurang 0 ,0 0 % 0 ,0 0 % Kelompok Kontrol


(69)

Uji normalitas data hasil proses posttest kelas eksperimen I, kelas eksperimen II dan kelas kontrol yang terangkum dalam tabel di atas setelah dikonsultasikan untuk  = 5% atau taraf kepercayaan sebesar 95% dan dk = 3 menunjukkan nilai 2hitung lebih kecil daripada 2tabel. Dengan demikian disimpulkan bahwa data hasil proses posttest pada kelas eksperimen I, kelas eksperimen II dan kelas kontrol bedistribusi normal.

c. Uji Homogenitas DataPosttest

Hasil uji homogenitas data posttest hasil belajar kompetensi memelihara baterai pada kelas eksperimen I, kelas eksperimen II, dan kelas kontrol pada tabel sebagai berikut.

Tabel 13. Hasil Homogenitas DataPosttest Sumber Data Varians 2hitung 2tabel Kriteria Kelas eksperimen I 24,7071

0,970 5,99 Homogen Kelas eksperimen II 33,3421

Kelas kontrol 32,9496

Berdasarkan hasil uji homogenitas data hasil proses posttest pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai 2hitung sebesar 0,970 lebih kecil daripada nilai

2

tabelsebesar 5,99 untuk  = 5% dengan dk = 2. Dengan demikian disimpulkan bahwa data hasilposttestkompetensi memelihara baterai dari ketiga kelas bersifat homogen.

d. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas langkah selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Untuk menguji hipotesis penelitian pertama digunakan uji


(70)

analisis varian (Anova) yang bertujuan untuk mengetahui hasil perbedaan data posttestdari ketiga kelas.

Hasil uji perbedaan data posttest hasil belajar kompetensi memelihara baterai siswa disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 14. Hasil Analisis Varian (Anova) DataPosttest Kelas Rata-rata Fhitung Ftabel Kriteria Kelas eksperimen I 78,75

15,974 3,08 Berbeda Kelas eksperimen II 82,53

Kelas kontrol 75,14

Perhitungan analisis varian satu arah (One Way Anova) terhadap data hasil posttest diperoleh nilai Fhitung sebesar 15,974 lebih besar dari nilai Ftabel yang sebesar 3,08 untuk  = 5% dengan dk pembilang = 2 dan dk penyebut = 104. Dengan demikian hipotesis penelitian pertama (Ha1) yang menyatakan: “Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa menggunakan model kooperatif Jigsaw, model kooperatif Numbered Head Together dan pembelajaran ekspositori pada kompetensimemelihara baterai”diterima.

Rata-rata hasil belajar kompetensi memelihara baterai di kelas eksperimen I menggunakan model kooperatif Jigsaw mencapai 78,75 sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model ekspositori mencapai 75,14. Melalui perhitungan menggunakan rumus ujit-testterhadap data posttestkelas eksperimen I dan kelas kontrol diperoleh nilai thitung= 2,833 > ttabel= 1,67 untuk = 5% dengan dk = 69. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis kerja kedua (Ha2) yang menyatakan : ”Hasil belajar siswa menggunakan model kooperatif Jigsaw lebih baik daripada


(71)

Rata-rata hasil belajar pada materi memelihara baterai kelas eksperimen II menggunakan model kooperatif Numbererd Head Together (NHT) mencapai 82,53 sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model ekspositori mencapai 75,14. Melalui perhitungan menggunakan rumus uji t-test terhadap data posttest kelas eksperimen II dan kelas kontrol diperoleh nilai thitung= 5,403 > ttabel= 1,67 untuk  = 5% dengan dk = 69. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis kerja ketiga (Ha3) yang menyatakan : ”Hasil belajar siswa menggunakan model kooperatif Numbered Head Together (NHT) lebih baik daripada ekspositori pada kompetensi memelihara baterai”, diterima.

Rata-rata hasil belajar pada materi baterai kelas eksperimen 1 menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw mencapai 78,75 sedangkan pada kelas eksperimen 2 menggunakan model pembelajaran NHT mencapai 82,53. Melalui perhitungan dengan menggunakan rumus t-test terhadap data posttest kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II diperoleh nilai thitung= 2,975 > ttabel= 1,67 untuk  = 5% dengan dk = 70. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis kerja empat (Ha4) yang menyatakan : ”Hasil belajar siswa menggunakan model kooperatifNumbered Head Together(NHT) lebih baik daripada model kooperatif Jigsaw pada kompetensi memelihara baterai”,diterima.


(1)

Pada= 5% dengan d

Karena t berada pada d kelompok eksperimen 2

36 35

 n dk = 36 + 35 - 2 = 69 diperoleh t(0.95)(69)=

1,67 5,403 a daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan b en 2 dengan kelompok kontrol berbeda.

167

 1,67


(2)

UJI PERBEDAA EKS Hipotesis

Ho : 2  

Ha : 2  

Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis

Dimana,

Ho ditolak apabila t > t(1

Dari data diperoleh: Sumber vari

Jumlah n x

Varians (s2 Standart devia Berdasarkan rumus di a

s =

t =

82 5,3

AAN DUA RATA-RATA HASIL POST TEST ANTA EKSPERIMEN 1 DAN KELOMPOK EKSPERIMEN 2

  < 1   > 1

sis digunakan rumus:

t(1-)(n1+n2-2)

ariasi Kelompok Eksperimen 2 Ke

h 2971

36 82,53

(s2) 33,3421

viasi (s) 5,77

i atas diperoleh:

36 1 33,3421 + 36 1 24,7

36 + 36 2

82,53 78,75

= 2,975 5,3874

1 + 1

168

NTARA KELOMPOK EN 2         

Kelompok Eksperimen 1

2835 36 78,75 24,7071

4,97


(3)

Pada= 5% dengan dk

Karena t berada pada d kedua kelompok berbed

36 36

 dk = 36 + 36 - 2 = 70 diperoleh t(0.95)(70)=

1,67 2,975 a daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan b

eda.

169

 1,67


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

0 4 169

Pengaruh Strategi Pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Mathaul Huda

0 5 173

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Pengaruh strategi pemecahan masalah “ideal” dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap kemampuan berpikir kritis matematik siswa

1 10 208

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap Hasil Belajar Fiqih dalam pokok bahasan Riba, Bank, dan Asuransi. (Kuasi Eksperimen di MA Annida Al Islamy, Jakarata Barat)

0 13 150

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Konsep Mol Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Di Kelas X-6 SMAN 8 Kota Tangerang Selatan

0 3 8

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) dan Talking Stick Terhadap Hasil Belajar Matema

0 3 19

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) dan Talking Stick Terhadap Hasil Belajar Matema

0 2 18

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

0 0 10

PENINGKATAN KEDISIPLINAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

0 0 8