10
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, pada bagian ini akan disajikan landasan teori yang mendasari penelitian meliputi
belajar, hasil belajar, pembelajaran ekspositori, pembelajaran kooperatif, model pembelajaran Jigsaw, model pembelajaran Numbered Head Together NHT, dan
materi baterai. 1.
Belajar Belajar merupakan suatu proses mendapatkan pengetahuan atau
pengalaman, pengetahuan dan pengalaman ini mampu mengubah tingkah laku seseorang sehingga tingkah laku seseorang tersebut tidak akan berubah
lagi dengan modifikasi yang sama, belajar juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang kompleks, tindak interaksi antara pendidik dengan peserta
didik yang
bertujuan. Penciptaan
suasana yang
menyenangkan, mengoptimalisasi model mengajar, media dan sumber belajar serta
memaksimalkan peran pendidik adalah hal-hal yang diharapkan dapat menciptakan suatu hasil belajar yang maksimal.
Belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti
sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya
kepribadian seutuhnya. Relevan dengan ini maka ada pengertian bahwa belajar adalah “penambahan pengetahuan” Sardiman 2006: 20-21.
11 Definisi belajar yang selanjutnya, “belajar adalah berubah”. Dalam
hal ini belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar.
Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga
diri, minat, watak, dan penyesuaian diri. Dengan demikian, dapat dikatakan belajar merupakan rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik
untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik Sardiman 2006: 21. Perubahan sebagai hasil dari suatu proses belajar dapat ditunjukkan
dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pengalaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan
aspek-aspek yang lain yang ada pada individu yang belajar. Dengan demikian, belajar pada dasarnya adalah perubahan tingkah laku berkat
adanya pengalaman. Perubahan tingkah laku itu meliputi keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi.
Dari berbagai pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa dalam proses belajar selalu ditandai adanya perubahan pada diri individu yang melakukan
proses belajar. Jadi dapat disimpilkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu yang ditandai adanya perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman dan latihan untuk memperoleh pengetahuan dan kecakapan atau keterampilan baru.
12 2.
Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh dari
pembelajaran setelah mengalami aktivitas belajar Anni dkk 2007: 5. Hasil belajar dapat dikatakan sebagai ukuran keberhasilan siswa yang telah
mengikuti suatu proses pembelajaran dengan membandingkannya terhadap tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Apabila siswa memperoleh hasil
belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum, secara otomatis siswa tersebut dikatakan berhasil, demikian pula
sebaliknya. Hasil belajar diklasifikasikan menjadi tiga aspek yaitu: 1 ranah
kognitif yang mendeskripsikan hasil belajar intelektual, 2 ranah afektif, yang mendiskripsikan sikap dari hasil belajar, dan 3 ranah psikomotorik,
yang mendiskripsikan hasil belajar berdasarkan keterampilan dan kemampuan bertindak Bloom dalam Sudjana 2011: 22. Penelitian ini
mengambil objek pada ranah kognitif sebagai bahan penelitian. Hal ini didasarkan pada pendapat Sudjana 2011: 23 yang menyatakan bahwa
ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.
Penelitian ini menggunakan teknik tes untuk pengukuran hasil belajar. Sudjana 2011: 35 menyatakan bahwa tes pada umumnya untuk
menilai dan untuk mengukur hasil belajar siswa, terutama hail belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan
tujuan pendidikan dan pengajaran. Agar memenuhi syarat validitas,
13 reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran maka tes buatan peneliti
ini akan di ujicoba terlebih dahulu kepada siswa-siswa yang telah mempelajari program diklat yang akan diteliti.
Data hasil belajar siswa diperoleh dari hasil pretest dan posttest dengan menggunakan instrumen berupa tes obyektif pilihan ganda dengan
empat option dimasing-masing nomor. Penilaian menggunakan skala bebas, angka penilaian antara 1-100.
3. Pembelajaran Langsung
a. Metode Ekspositori Sebagai Pembelajaran Langsung
Metode ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada
sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal Sanjaya 2007: 179. Peran siswa dalam strategi
adalah menyimak untuk menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Metode ekspositori ini identik dengan pembelajaran konvensionallangsung
yang masih dipakai pada instansi-instansi pendidikan sampai saat ini. Metode ekspositori menekankan pada peran sentral guru dalam
pembelajaran teacher centered approach. Kegiatan pembelajaran sepenuhnya diatur dan ditentukan oleh guru, siswa tidak dituntut
menemukan materi tersebut. Oleh karena itu, dalam pembelajaran ini siswa menjadi cenderung pasif karena hanya mendengarkan informasi yang
diberikan guru tanpa ada tuntutan memahaminya.
14 b.
Karakteristik Pembelajaran Ekspositori Beberapa hal yang menjadi karakteristik pembelajaran ekspositori
adalah : 1
Penyampaian materi pelajaran dilakukan secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dari metode ini. Oleh
karena itu, metode ini identik dengan metode ceramah. 2
Materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang
harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang. 3
Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran tersebut, artinya siswa diharapkan mampu mengungkapkan
kembali materi yang telah disampaikan. c.
Langkah-langkah Pembelajaran Ekspositori Syntaks atau langkah-langkah pembelajaran metode ekspositori ada 5
yaitu, persiapan, penyajian, korelasi, penyimpulan dan penerapan Sanjaya 2007: 185. Berikut penjelasan mengenai langkah-langkah tersebut.
1 Persiapan
Langkah ini berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran. Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan persiapan
adalah : a
Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang positif, b
Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar, c
Merangsang dan menggugah rasa ingin tahu siswa,
15 d
Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka. 2
Penyajian Langkah ini merupakan penyampaian materi pelajaran sesuai dengan
persiapan yang telah dilakukan agar materi pelajaran mudah dipahami sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Beberapa hal perlu diperhatikan dalam langkah ini, diantaranya penggunaan bahasa yang
komunikatif dan mudah dipahami, intonasi suara untuk menjaga perhatian siswa.
3 Korelasi
Langkah ini menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap
keterkaitannya dalam struktur-struktur pengetahuan yang telah dimilkinya. 4
Penyimpulan Penyimpulan dalam tahap untuk memahami inti dari materi
pelajaran yang telah disampaikan. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya mengulang kembali inti materi yang menjadi pokok
masalah, memberikan beberapa pertanyaan yang relevan dengan materi yang telah disampaikan.
5 Penerapan
Penerapan adalah langkah untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mendapat penjelasan guru. Guru dapat mengumpulkan informasi
tentang penguasaan dan pemahaman materi pelajaran oleh siswa.
16 4.
Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang
mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-
kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk
memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian
besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling
membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing
Slavin 2010: 4. Beberapa sistem pembelajaran kooperatif menerapkan sistem reward dalam pelaksanaanya untuk merangsang semangat siswa.
Menurut Arends 2008: 5 model pembelajaran kooperatif dapat ditandai oleh fitur-fitur berikut ini:
a. Siswa bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan belajar
b. Tim-tim itu terdiri atas siswa-siswa yang berprestasi rendah,
sedang, dan tinggi.
17 c.
Bilamana mungkin, tim-tim itu terdiri atas campuran ras, budaya, dan gender.
d. System reward-nya berorientasi kelompok maupun individu.
Arends 2008: 5 juga menyatakan kalau model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai paling sedikit tiga tujuan penting, yaitu:
prestasi akademis, toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman, dan penegmbangan keterampilan sosial.
1 Prestasi akademik
Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah
menunjukan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang
berhubungan dengan hasil belajar. 2
Toleransi dan penerimaan keanekaragaman Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara
luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberi
peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dengan melalui
struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
18 3
Pengembangan keterampilan sosial Tujuan penting pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan siswa
keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih
kurang dalam keterampilan sosial. Menurut Lie 2004: 19 cooperative learning disebut juga dengan
pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam
tugas-tugas yang terstruktur. Istilah cooperative learning dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif.
Terdapat beberapa macam model pembelajaran yang termasuk dalam pembelajaran kooperatif, diantaranya yaitu: model Jigsaw, model Numbered Head
Together, model Student Teams Achievement Division, model Think Pair Share, dan sebagainya.
Pembelajaran kooperatif merupakan proses pembelajaran secara kelompok yang bersipat heterogen dengan menitikberatkan pada kerja sama untuk
memberikan pemahaman antar sesama anggota kelompok terhadap bahan ajar untuk mencapai tujuan bersama. Kegiatan bekerjasama dapat mengembangkan
tingkat pemikiran yang tinggi, keterampilan komunikasi yang penting, meningkatkan minat, percaya diri, kesadaran bersosial dan sikap toleransi
terhadap perbedaan individu.
19 5.
Model Pembelajaran Jigsaw Model pembelajaran Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan
oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins. Pada model
Jigsaw siswa membaca bagian bagian yang berbeda dengan yang dibaca teman satu timnya. Ini memang berguna untuk membantu para ahli untuk menguasai
informasi yang unik, sehingga membuat tim sangat menghargai kontribusi tiap anggotanya.
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4–6 orang
secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari
dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. jigsaw didesain
untuk meningkatkan
rasa tanggungjawab
siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan
dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi
tim ahli saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim
kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli. Langkah–
langkah model jigsaw dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 1.
Gam Siswa dibagi m
heterogen kelompok yang berbeda-beda de
berbeda, bertemu den kelompok ahli untuk
diskusi selesai, para asal dan berusaha men
dapatkan pada saat pe diberi kuis secara indi
Menurut Kurni
menyebutkan bahwa maka siswa dapat m
mengambil bagian dal dan bekerja sama. Kunc
anggota tim yang m dapat mengerjakan soa
20 ambar 1. Alur Ilustrasi Pembelajaran Jigsaw
i menjadi beberapa kelompok yang pemba pok asal yang setiap siswa dalam satu kelompok
dengan teman sekelompoknya, siswa dari kelom dengan materi yang sama yang dikelompokka
untuk berdiskusi dan membahas materi yang di ra anggota kelompok ahli kemudian kembali
engajarkan pada teman sekelompoknya apa ya t pertemuan di kelompok ahli. Di akhir pembe
ndividu mencakup materi yang telah dibahas. urnianingtyas dan Nugroho 2012:76
da wa dengan implementasi Strategi Pembelaja
t memperoleh keterampilan diantaranya berb dalam tugas, mengajukan pertanyaan, mendenga
unci tipe jigsaw ini adalah interpendensi setiap si memberikan informasi yang diperlukan denga
n soal yang diberikan guru dengan baik. 20
bagiannya secara pok diberi materi
kelompok asal yang pokkan lagi menjadi
g diterima. Setelah li pada kelompok
yang telah mereka mbelajaran, siswa
s. dalam jurnalnya
ajaran Kooperatif berbagi tugas dan
ngar dengan aktif, iap siswa terhadap
dengan tujuan agar
21 6.
Model Pembelajaran Numbered Head Together NHT Numbered Head Together NHT atau penomoran berfikir bersama adalah
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional
Trianto 2007: 62. Model pembelajaran ini pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan 1993 untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam reviu berbagai
materi yang dibahas dalam sebuah pelajaran dan untuk memeriksa pemahaman mereka tentang isi pelajaran itu.
Langkah–langkah model NHT dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 2.
Gambar 2. Alur Ilustrasi Pembelajaran NHT Dalam model pembelajaran ini, guru akan mengarahkan siswa untuk
membuat kelompok heterogen berdasarkan prestasi akademiknya dan siswa akan memiliki nomor tertentu dalam setiap kelompoknya. Selanjutnya guru akan
memberikan suatu persoalan untuk tiap kelompok dari materi bahan ajar dalam bentuk pertanyaan. Kemudian, siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-
Kelompok A 1 2 3 4 5 6
Kelompok B 1 2 3 4 5 6
Kelompok C 1 2 3 4 5 6
Kelompok D 1 2 3 4 5 6
Materi Soal
Evaluasi Guru memilih nomor
siswa secara acak
22 masing.
Pada akhir
pembelajaran, setelah
masing-masing kelompok
menyelesaikan persoalan yang diberikan oleh guru, maka guru akan memanggil salah satu nomor, dan siswa dengan nomor tersebut akan mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya secara individual di depan kelas sehingga terjadi diskusi kelas. Setelah terjadi diskusi kelas, guru akan mengadakan kuis individual dan
membuat skor perkembangan tiap siswa dan mengumumkan hasil kuis tersebut serta memberikan penghargaan kepada siswa yang memperoleh nilai rata-rata
tertinggi di kelasnya. Pendekatan yang menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa
student centered approach ini adalah suatu pembelajaran yang menggunakan strategi pembelajaran yang bersifat cooperative learning atau pembelajaran
berkelompok, siswa melakukan pembelajaran dengan metode diskusi yang dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok kecil. Kesulitan dalam pengelolaan
kelas, tidak sepenuhnya dapat dihindari oleh guru yang menggunaka model pembelajaran ini. Oleh karena itu, guru diharapkan menerapkan teknik-teknik
khusus dalam menerapkan model pembelajan ini. Guru hendaknya lebih aktif dalam mengkondisikan kelas, dengan seringkali memperhatikan masing-masing
kelompok yang sedang berdiskusi untuk lebih tenang dan terkontrol dalam diskusinya dan juga guru memperhatikan pemberian reward kepada siswa dan
kelompok yang memperoleh nilai tertinggi dalam diskusinya, karena hal ini akan lebih meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran berkelompok
kedepannya.
23 Menurut Arends 2008: 16 terdapat empat langkah dalam pembelajaran
tipe NHT. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a. Numbering Penomoran
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, 3 sampai 5 orang dan memberi nomor sehingga setiap siswa pada masing-masing tim
memiliki nomor antara 1 sampai 5. b. Questioning Pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan bisa bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik dan dalam bentuk pertanyaan.
c. Heads Together Berpikir Bersama Siswa menyatukan “kepalanya” atau pendapatnya untuk menemukan
jawabannya dan memastikan bahwa semua orang tahu jawabannya. d. Answering Menjawab
Guru memanggil sebuah nomor dan siswa dari masing-masing kelompok yang memiliki nomor itu mengacungkan tangannya dan
memberikan jawabannya ke hadapan seluruh kelas. Menurut Kusumojanto Herawati 2009: 93 dalam jurnalnya
menyebutkan bahwa: Kelebihan NHT diantaranya dapat memperluas pengetahuan siswa
terhadap materi yang dipelajari, melatih siswa untuk berani menyampaikan pendapat, terciptanya saling percaya, serta kerjasama antar siswa dan antar
anggota kelompok untuk berfikir dalam menyelesaikan satu tugas atau masalah, siswa saling berfikir aktif dalam pelaksanaan pembelajaran
sehingga siswa mampu untuk mengembangkan keterampilan berfikirnya, dan dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif model NHT ini terbukti
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran NHT ini antara lain, dalam pelaksanaan pembelajaran dengan
model NHT suasana di kelas menjadi lebih ramai bahkan sampai tidak terkontrol dan guru harus dapat melakukan pengelolaan kelas dengan baik
24 serta guru harus melakukan persiapan yang matang sebelum menerapkan
model NHT ini. 7.
Materi Baterai a.
Pengertian Baterai Baterai merupakan sumber energi listrik yang digunakan oleh sistem
starter dan sistem kelistrikan yang lain. Akumulator accu, aki adalah sebuah alat yang dapat menyimpan energi umumnya energi listrik dalam
bentuk energi kimia. Contoh-contoh akumulator adalah baterai dan kapasitor. Pada umumnya di Indonesia, kata akumulator sebagai aki atau
accu hanya dimengerti sebagai baterai mobil. Sedangkan di bahasa Inggris, kata akumulator dapat mengacu kepada baterai, kapasitor,
kompulsator, dll harnantoro, 2012. Baterai ada dua tipe yaitu baterai kering dan baterai basah. Baterai yang digunakan untuk motor, mobil
maupun truk adalah baterai jenis basah. b.
Konstruksi Baterai Baterai terdiri dari beberapa komponen antara lain : Kotak baterai,
terminal baterai, elektrolit baterai, lubang elektrolit baterai, tutup baterai dan sel baterai. Dalam satu baterai terdiri dari beberapa sel baterai, tiap sel
menghasilkan tegangan 2 - 2,2 V. Baterai 6 V terdiri dari 3 sel, dan baterai 12 V mempunyai 6 sel baterai yang dirangkai secara seri.
Tiap sel baterai mempunyai lubang untuk mengisi elektrolit baterai, lubang tersebut ditutup dengan tutup baterai, pada tutup terdapat lubang
ventilasi yang digunakan untuk mengalirkan uap dari elektrolit baterai. Tiap
25 sel baterai terdapat plat positip, saparator dan plat negatip, plat positip
berwarna coklat gelap dark brown dan plat negatip berwarna abu-abu metalik metallic gray.
1 Elektrolit Baterai
Elektrolit baterai merupakan campuran antara air suling H2O dengan asam sulfat SO4, komposisi campuran adalah 64 H2O dan
dan 36 SO4. Dari campuran tersebut diperoleh elektrolit baterai dengan berat jenis 1,270.
2 Kotak Baterai
Wadah yang menampung elektrolit dan elemen baterai disebut kotak baterai. Ruangan didalamnya dibagi menjadi ruangan sesuai
dengan jumlah selnya. Pada kotak baterai terdapat garis tanda upper level dan lower level , sebagai indicator jumlah elektrolit.
3 Sumbat Ventilasi
Sumbat ventilasi ialah tutup untuk lubang pengisian elektrolit. Sumbat ini juga berfungsi untuk memisahkan gas hidrogen yang
terbentuk saat pengisian dan uap asam sulfat di dalam baterai. c.
Kegiatan Dalam Perawatan Baterai Kegiatan yang dilakukan dapat perawatan baterai meliputi:
1 Membersihkan terminal baterai dari karat atau kotoran yang lain.
Terminal baterai merupakan bagian yang mudah mengalami kerusakan akibat korosi, bila terminal korosi maka tahanan pada terminal
bertambah dan terjadi penurunan tegangan pada beban sehingga beban tidak
26 dapat berfungsi optimal. Untuk mencegah hal tersebut maka terminal harus
dibersihkan. Langkah membersihkan adalah: a Kendorkan baut pengikat baterai sesuai dengan kontruksi baterai.
b Bila terminal tersebut melekat dengan kuat pada pos baterai, jangan memukul atau mencungkil terminal baterai untuk melepaskannya.
Ini dapat merusak posnya atau terminal baterai. Gunakan obeng untuk melebarkan terminal, kemudian tarik dengan traker khusus.
c Bersihkan terminal baterai menggunakan amplas atau sikat khusus. d Oleskan grease atau vet pada terminal dan konektor, kemudian
pasang terminal dan kencangkan baut pengikatnya e Lakukan pemeriksaan tahanan pada terminal baterai dengan
menggunakan volt meter. 2
Pemeriksaan elektrolit a
Pemeriksaan jumlah elektrolit Selama proses pengisian maupun pengosongan listrik pada baterai
terjadi efek panas sehingga eletrolit baterai menguap dan elektrolit baterai berkurang, untuk itu secara periodik jumlah elektrolit baterai
perlu diperiksa dan bila jumlah elektrolit baterai kurang maka harus ditambah.
Jumlah elektrolit baterai harus selalu dikontrol, jumlah yang baik adalah diantara tanda batas Upper Level dengan Lower Level. Jumlah
elektrolit yang kurang menyebabkan sel baterai cepat rusak, sedang jumlah elektrolit berlebihan menyebabkan tumpahnya elektrolit saat
27 batarai panas akibat pengisian atau pengosongan berlebihan. Akibat
proses penguapan saat pengisian memungkinkan jumlah elektrolit berkurang, untuk menambah jumlah elektrolit yang kurang cukup
dengan menambah H2O atau terjual dengan nama Air Accu. Elektrolit baterai yang dijual ada dua macam yaitu air accu dan
air zuur. Air accu merupakan air murni H2O dengan sedikit asam sulfat, sedangkan air zuur kandungan asam sulfatnya cukup besar
sehingga berat jenisnya lebih tinggi. Air accu digunakan untu menambah elektrolit baterai yang pemeriksaan elektrolit berkurang,
sedangkan air zuur digunakan untuk mengisi baterai pada kondisi kosong.
b Pemeriksaan berat jenis elektrolit baterai
Pemeriksaan berat jenis elektrolit baterai menggunakan alat hidrometer. Pemeriksaan berat jenis elektrolit baterai merupakan salah
satu metode untuk mengetahui kapasitas baterai. Baterai penuh mempunyai Bj 1,27-1,28, baterai kosong Bj 1,100 -1,130.
3 Mengisi Baterai
Mengisi baterai merupakan mengalirkan energi listrik dari luar sehingga terjadi reaksi pada elektrolit dan sel-sel baterai.
Pengisian baterai dapat dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu: Pengisian Normal, dan Pengisian Cepat
28 d.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sebelum melaksanakan pengujian tersebut perlu diperhatikan masalah
keselamatan kerja. Hal-hal tersebut antara lain: 1
Baterai pada umumnya berukuran besar dan berisi larutan asam sulfat, oleh karena itu harus hati-hati jangan sampai cairan baterai mengenahi
pakaian, kulit maupun kendaraan. 2
Saat melepas baterai untuk menguji baterai perlu diperhatikan keamanan awal yang diperlukan untuk menghindari pemakai atau
kerusakan alat elektronik akibat pelepasan baterai. 3
Gunakan alat pelindung atau alat pengaman, termasuk pemakaian alas kaki yang sesuai dan pelindung mata.
4 Putuslah hubungan kabel baterai pada saat anda akan memperbaiki
beberpa bagian dari suatu sistem rangkaian kelistrikan. 5
Lepas hubungan terminal baterai ke ground terlebih dahulu, karena bila melepas terminal positip akan kemungkinan terjadi hubungan pendek
melalui kunci ke kodi kendaraan. 6
Ingatlah baterai mudah menimbulkan arus energi listrik pada tenggang tinggi, sehingga jam tangan logam perhiasan dan gelang sebaiknya
tidak dikenakan pada saat anda bekerja dengan baterai. 7
Gas yang keluar dari bagian atas sel baterai selama proses pengisisan dan pengosongan bersifat mudah meledak, jangan menyalakan korek
atau merokok dekat lokasi pengisian baterai.
29 8
Sebelum menghubungkan pengisian baterai, kedua terminal baterai positif dan negatif harus dilepaskan dari sistem rangkaian elektronik.
9 Pada saat melakukan pengisian baterai, anda membutuhkan udara yang
bersih dan ventilasi udara yang bebas dari bunga api atau kemungkinan terjadi kebakaran.
10 Apabila baterai anda memiliki lubang ventilasi pengaman jangan buka tutup penyumbatnya ketika melakukan proses pengisian, bila baterai
anda tidak memiliki lubang pengaman, bukalah tutup penyumbatnya agar gas hodrogen yang dihasilkan pada saat proses pengisian dapat
keluar. 11 Jangan melepas atau menghubungkan terminal baterai saat alat
pengisian bekerja. ini akan menyebabkan munculnya bunga api dan menyalakanmembakar gas hidrogen yang ada dalam baterai.
12 Jangan meniup baterai dengan aliran udara, compresor udara dapat membuka tutup sel dan menyebarkan larutan elektrolit ke tubuh anda.
13 Untuk mencegah yang aman, jangan salah memasang posisi terminal baterai, ini akan membalik polarisasi dan mengakibatkan rusaknya
alternator dan sistem elektronik yang mempergunakan semikonduktor. 14 Untuk pencegahan, jangan salah memasang posisi terminal baterai, ini
akan membalik polarisasi arus yang akan merusak alternator dan sistem kelistrikan yang menggunakan semi konduktor.
30
B. Kerangka Berfikir