1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia sudah lebih dari 60 tahun merdeka, tetap belum memiliki kualitas sumber daya manusia yang memadai. Hal ini antara lain disebabkan oleh karena
kualitas penyelenggaraan dan hasil pendidikan dari berbagai jalur, jenjang, dan jenis pendidikan belum memadai. Rendahnya kualitas penyelenggaraan dan hasil
pendidikan ini antara lain disebabkan oleh karena pembuatan kebijakan, pengembangan kurikulum, dan model pembelajaran yang akan digunakan,
pengadaan dan pengembangan tenaga kependidikan, sistem pengajian, sistem evaluasi, dan pengadaan sarana dan prasarana tidak didasarkan dari hasil
penelitian yang memadai. Dapat diartikan bahwa kualitas sumber daya manusia kurang memadai karena kualitas dan hasil pendidikan masih kurang, salah satunya
disebabkan oleh penerapan model pembelajaran yang kurang sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
Pembelajaran otomotif di sekolah sering kali menjadi kegiatan yang kurang menarik bagi siswa SMK. Banyak siswa yang mengeluhkan kurang menariknya
pembelajaran otomotif karena materi yang terlalu banyak, penyampaian guru yang monoton, hanya hafalan, dan lain-lain. Bahkan tak jarang guru juga mengeluh
karena minat siswa yang rendah pada mata pelajaran yang diampunya dan siswa merasa kurang puas dengan hasil ujiannya.
2 Pembelajaran merupakan proses komunikasi. Suatu proses komunikasi
selalu melibatkan tiga komponen pokok, yaitu pengirim pesan guru, penerima pesan siswa, dan pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pembelajaran.
Kegagalan komunikasi seringkali terjadi dalam pembelajaran. Untuk itu penggunaan media pembelajaran bukan saja dapat mempermudah penyampaian
materi tetapi juga bisa membuat proses pembelajaran lebih menarik. Pembelajaran berpedoman pada kurikulum tertentu sesuai tuntutan lembaga
penyelenggara pendidikan dan kebutuhan masyarakat. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP merupakan kurikulum operasional yang dilaksanakan setiap
satuan pendidikan saat ini termasuk di SMK Muhammadiyah 02 Boja. Penyusunan KTSP memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar
sesuai standar isi yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan. KTSP
memberikan otonomi
kepada sekolah
untuk menyusun
dan mengembangkan kurikulum yang tepat dengan kondisi sekolah dan masyarakat
setempat. Guru dituntut untuk mandiri dan kreatif dalam mengelola pembelajaran termasuk penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan
diajarkan. Selain itu guru juga harus mampu untuk memperbaiki permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran.
SMK Muhammadiyah 02 Boja adalah sekolah dimana peneliti akan melakukan penelitian. Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada tahun
ajaran 20122013 menunjukkan bahwa dalam pembelajaran materi baterai di sekolah tersebut pembelajarannya masih konvensional tradisional, metode yang
digunakan juga masih metode ceramah dan pembelajarannnya berpusat pada guru
3 teacher centered. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi terperinci
tentang bahan pengajaran. Besar kemungkinan hal tersebut menjadi salah satu faktor terjadinya kekurangaktifan pada siswa, dan hal ini terlihat ketika siswa
tampak kurang antusias dalam menerima materi yang disampaikan guru. Hal ini akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi siswa, salah satu alternatif solusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif Cooperative Learning karena model ini menekankan pada sikap kegotongroyongan siswa ketika pembelajaran berlangsung. Siswa
dikelompokkan dalam beberapa kelompok kecil, mendorong siswa membantu satu sama lain dalam memahami materi pelajaran. Dengan demikian, keuntungan
yang didapat dari model pembelajaran kooperatif tidak hanya semata dalam dunia pendidikan tetapi juga pada ranah sosial.
Cooperative Learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda Isjoni
2011: 12. Model-model pembelajaran kooperatif secara khusus menggunakan kekuatan dari sekolah yang menghapus perbedaan kehadiran para siswa dari latar
belakang ras atau etnik yang berbeda untuk meningkatkan hubungan antar kelompok. Semua metode pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa
siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman satu timnya mampu membuat diri mereka bekerja sama baiknya Slavin 2010:10.
Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang termasuk dalam pembelajaran kooperatif, diantaranya model Jigsaw dan Numbered Head Together
4 NHT. Model pembelajaran tipe Jigsaw dan Numbered Head Together NHT
merupakan model pembelajaran yang menghendaki siswa belajar dan bekerja sama dalam suatu kelompok. Model pembelajaran tipe Jigsaw merupakan suatu
model pembelajaran yang setiap siswanya diberi materi yang berbeda-beda dalam satu kelompok, kemudian siswa dikelompokkan di kelompok ahli untuk
mendiskusikan materi yang diterima, setelah itu setiap siswa kembali ke kelompok semula untuk menjelaskan materi yang dia terima kemudian guru
memberi evaluasi kepada siswa, sedangkan NHT merupakan suatu model pembelajaran yang setiap siswanya diberi nomor dalam suatu kelompok lalu guru
memanggil nomor dari siswa saat evaluasi. Berdasarkan hasil penelitian Wijaya dkk 2010: 49 menyebutkan bahwa
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif NHT pada siswa dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI Program TMO SMK
Muhammadiyah 1 Blora. Sedangkan menurut Kurnianingtyas dan Nugroho 2012: 66 dalam penelitiannya menyebutkan bahwa implementasi strategi pembelajaran
kooperatif teknik Jigsaw dapat meningkatakan hasil belajar siswa kelas X Akuntansi 3 SMK Negeri 7 Yogyakarta.
Berdasarkan latar belakang dan data-data tersebut, penulis merasa tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Hasil Belajar Materi Baterai antara Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dan Numbered Head
Together dengan Model Pembelajaran Ekspositori”.
5
B. Pembatasan Masalah