2. Hubungan Desentralisasi Dengan Otonomi
Penyelenggaraan pemerintahan daerah melalui sistem desentralisasi yang berinti pokok atau bertumpu pada otonomi sangat mutlak di dalam negara
demokrasi. Dalam bahasa yang lebih tegas lagi, menurut Bagir Manan 2001 dapat dikatakan bahwa desentralisasi bukan sekedar pemencaran kewenangan
spreiding can bevoedheid tetapi mengandung juga pembagian kekuasaan sceiding van machten untuk mengatur dan mengurus penyelenggaraan
pemerintah negara antara Pemerintah Pusaat dan satuan-satuan pemerintah tingkatan lebih rendah. Hal ini dikarenakan desentralisasi senantiasa berkaitan
dengan status mandiri atau otonom, maka setiap pembicaraan mengenai desentralisasi akan selalu dipersamakan atau dengan sendirinya berarti
membicarakan otonomi. Desentralisasi merupakan pengotonomian, yakni proses memberikan
otonomi kepada masyarakat dalam wilayah tertentu. Kaitan desentralisasi dan otonomi daerah seperti itu terlukis dalam pernyataan Gerald S. Maryanow
2003, menurut pakar ini, desentraliasi dan otonomi daerah merupakan dua sisi dari satu mata uang.
Istilah otonomi atau “autonomy” secara etimologis berasal dari kata Yunani “áutos” yang berarti sendiri dan “nomous” yang berarti hukum atau
peraturan. Menurut Encyclopedia of Social Science, bahwa otonomi dalam pengertian orisinil adalah the legal self sufficiency of social body and its actual
independence.Jadi ada dua ciri hakekat dari otonomi, yakni legal self sufficiency dan actual independence.Dalam kaitan dengan politik atau pemerintahan,
otonomi daerah berarti self government atau condition of living under one’s own laws.Dengan demikian otonomi daerah, yang memiliki legal self sufficiency
yang bersifat self government yang diatur dan diurus oleh own laws.Koesoemahatmadja berpendapat bahwa menurut perkembangan sejarah di
Indonesia, otonomi selain mengandung arti perundangan regeling juga mengandung arti pemerintah bestuur.
Dalam literatur Belanda otonomi berarti pemerintah sendiri zelfregering yang oleh Van Vollenhoven dibagi atas zelfwetgeving membuat
undang-undang sendiri, zelfuitvoering melaksanakan sendiri, zelfrechtspraak mengadili sendiri dan zelfpolitie menindaki sendiri.Sarundayang,
22
1999.Menurut Bagir Manan 2001 otonomi bukan sekedar pemencaran penyelenggaraan pemerintahan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas
pemerintahan.Otonomi adalah sebuah tatanan ketatanegaraan staatsrechtelijk, bukan haya tatanan administrasi negara administratiefrechtelijk.Sebagai
tatanan ketatanegaraan otonomi berkaitan dengan dasar-dasar bernegara dan susunan organisasi negara.
Menurut Rasyid 2000, desentralisasi dan otonomi daerah mempunyai tempatnya masing-masing. Istilah otonomi lebih pada political aspect aspek
politik-kekuasaan negara, sedangkan desentralisasi lebih cenderung pada administrative aspect aspek administrasi negara.Namun jika dilihat dari
konteks sharing of power berbagi kekuasaan, kedua istilah tersebut mempunyai keterkaitan yang erat dan tidak dapat dipisahkan.
Istilah otonomi mempunyai makna kebebasan atau kemandirian zelfstanddigheid tetapi bukan kemerdekaan onafhankelijkheid.Kebebasan
yang terbatas atau kemandirian itu adalah wujud pemberian kesempatan yang harus dipertanggungjawabkan. Dalam pemberian tanggungjawab, menurut
Ateng Syafrudin 1982 terkandung dua unsur yaitu : 1.
Pemberian tugas dalam arti sejumlah pekerjaan yang harus diselesaikan serta kewenangan untuk melaksanakannya;
2. Pemberian kepercayaan berupa kewenangan untukmemikirkan dan
menetapkan sendiri bagaimana menyelesaikan tugas itu. Pada bagian lain Bagir Manan 1993 menyatakan,otonomi adalah
kebebasan dan kemandirian vrijheid dan zelfsatndigheid satuan pemerintahan lebih rendah untuk mengatur dan mengurus sebagian urusan pemerintahan.
Urusan pemerintahan yang boleh diatur dan diurus secara bebas dan mandiri itu menjadi atau merupakan urusan rumah tangga satuan pemerintahan yang lebih
rendah tersebut.Kebebasan dan kemandirian merupakan hakikat isi otonomi. Kebebasan dan kemandirian dalam otonomi bukan kemerdekaan
onafhankelijkheid, independency.Kebebasan dan kemandirian itu adalah kebebasan dan kemandirian dalam ikatan kesatuan yang lebih besar.Otonomi
sekedar subsistem dari sistem kesatuan yang lebih besar. Dari segi hukum tata negara khususnya teori bentuk negara, otonomi adalah subsistem dari negara
kesatuan unitary state, ennheidstaat. Otonomi adalah fenomena negara
23
kesatuan.Segala pengertian begriip dan isi materiel otonomi adalah pengertian dan isi negara kesatuan.Negara kesatuan merupakan landasan atas
dari pengertian dan isi otonomi. Sementara Bhenyamin Hoessein 1993, mengartikan otonomi hampir
paralel dengan pengertian “demokrasi”, yaitu pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat di bagian wilayah nasional suatu negara melalui lembaga-lembaga
pemerintahan yang secara formal berada di luar Pemerintah Pusat. Bahkan otonomi dapat diberi arti luas atau dalam arti sempit.Dalam arti luas, otonomi
mencakup pula tugas pembantuan sama-sama mengandung kebebasan dan kemandirian. Pada otonomi, kebebasan dan kemandirian itu penuh meliputi baik
asas maupun cara menjalankannya, sedangkan pada tugas pembanguan, kebebasan dan kemandirian hanya terbatas pada cara menjalankan. Dari
pengertian tersebut terlihat antara otono I dan demokrasi merupakan satu kesatuan semangat sebagai bentuk pemerintahan yang menempatkan rakyat
sebagai penentu yang utama dalam negara. Ditinjau dari mekanisme pemberian otonomi dalam negara kesatuan
unitarisme otonomi diberikan oleh Pemerintah Pusat central government, sedangkan Pemerintah Daerah hanya menerima penyerahan dari Pemerintah
Pusat.Berbeda halnya dengan otonomi daerah di negara federal, dimana otonomi daerah telah melekat pada negara-negara bagian, sehingga urusan yang dimiliki
oleh pemerintah federal pada hakikatnya adalah urusan yang diserahkan oleh negara bagian.
Konstelasi tersebut menunjukkan bahwa dalam negara kesatuan kecenderungan kewenangan yang besar berada di central government,
sedangkan dalam negara federal kecenderungan kewenangan yang besar pada local government. Hal ini menyebabkan Pemerintah Daerah dalam negara
kesatuan seperti Indonesia lebih banyak menggantungkan otonominya pada political will Pemerintah Pusat, yaitu sampai sejauh mana Pemerintah Pusat
mempunyai niat baik untuk memberdayakan local government melalui pemberian wewenang yang lebih besar.
3. Beberapa Jenis Sistem Otonomi