5. Penyerapan Aspirasi Masyarakat
Sebagai alat artikulasi kepentingan daerah maka penyerapan aspirasi merupakan kegiatan Anggota DPD RI yang paling penting. Dalam
pelaksanaannya, penyerapan aspirasi masyarakat ini bisa dilakukan dalam dua bentuk, yaitu secara langsung maupun tak langsung. Penyerapan aspirasi secara
langsung dilakukan dalam berbagai kegiatan di daerah melalui dialog tatap muka, seminar atau lokakarya. Kegiatan yang dilakukan pada saat kunjungan
kerja, baik pada masa sidang maupun ketika anggota DPD RI memasuki masa kegiatan di daerah pemilihannya masing-masing reses pada intinya bertujuan
untuk menyerap, menghimpun, dan menampung aspirasi masyarakat daerah. Aspirasi masyarakat daerah harus diserap sebanyak-banyaknya setelah
itu kemudian dipilah ke dalam tingkat prioritas persoalan, mulai dari persoalan yang paling urgen, yang harus segera ditindaklanjuti melalui mekanisme
konstitusional sampai hal-hal yang lebih bersifat sekunder. Persolan-persoalan tersebut juga dapat dikategorikan berdasarkan tugas dan wewenang apakah
merupakan subyek yang berkaitan dengan ruang lingkup tugas legislatif ataukah merupakan subyek yang menjadi kompetensi lembaga eksekutif.
Sementara itu, mekanisme penyerapan aspirasi secara tidak langsung dilakukan melalui konsultasi dengan lembaga pemerintahan local DPRDPemda. Dalam
hal ini, DPD RI menampung aspirasi yang sudah disalurkan ke DPRDPemda. Mekanisme ini sebenarnya bisa dilakukan setiap saat dan tidak perlu menunggu
reses ataupun kunjungan kerja. Model penyerapan tak langsung ini di samping lebih efisien juga dapat menguatkan kemitraan di daerah.
6. Proses Penyaluran Aspirasi Masyarakat
Setelah para wakil daerah melakukan proses penyerapan aspirasi, tentu realisasi kongkret atau tindak lanjut atas berbagai persoalan daerah atau
permasalahan rakyat di daerah sebagaimana dimaksud akan ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Untuk itu aspirasi yang masuk harus mendapat perhatian serius
dan diproses sesuai dengan mekanisme yang telah ditetapkan. Dalam hal ini ada tahapan yang meliputi:
a. Menyusun laporan hasil kunjungan kerja dalam bentuk resume aspirasi
masyarakat yang telah dipisahkan berdasarkan persoalan masing-masing. b.
Melakukan identifikasi persoalan sehingga menjadi jelas dan spesifik. 43
c. Melakukan pemilahan atau kategorisasi berdasarkan tugas, kewenangan
lembaga legislatif dan eksekutif. Persoalan yang diluar kewenangan DPD RI selanjutnya disampaikan melalui mekanisme rapat kerja di daerah yang
disarakan atas skala prioritas persoalan. d.
Persoalan yang menjadi kewenangan DPD RI kemudian dibawa ke Pusat untuk disusun bersama-sama anggota DPD RI provinsi masing-masing dan
dipilah berdasarkan wilayah kerja PAH untuk dibawa kepada Sidang Paripurna. Laporan yang disampaikan pada paripurna kemudian disalurkan
kepada PAH berdasarkan wilayah kerja masing-masing untuk dibahas bersama dengan pemerintah, dalam hal ini menteri atau LPND yang relevan
dengan masing-masing persoalan. e.
Terkait dengan masukan dari berbagai kalangan masyarakat mengenai peran ideal DPD ke depan dan peningkatan peran DPD RI dalam menjembatani
hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang konstruktif dan sinergis, maka Kelompok DPD di MPR RI akan menyampaikan masukan tersebut
kepada Pimpinan MPR RI untuk dapat diproses lebih lanjut. Perbedaan Dua Macam Perwakilan
DPR DPD Menggunakan Organisasi Kepartaian
Tidak Menggunakan Organisasi Kepartaian
Dengan organisasi : Tanpa organisasi
Memerlukan dana besar Tidak memerlukan dana organisasi
Terjadi konsentrasi masa yang dapat terjadi gesekan
Tidak ada konsentrasi masa Idiologi partai
Idiologi visi dan misi
44
BAB III. TUJUANDAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini ialah: 1.
Mendeskripsikan lebih lanjut hubungan pusat dan daerah yang lebih selaras dengan cita-cita UUD 1945
2. Mmendesain hubungan pusaat dan daerah dan mendefinisikan ulan
peraturan-peraturan yang berkaitan dengan hubungan pusat dan daerah terutama pada bidang-bidang sektoral.
3. Mendeskripsikan pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah yang telah diatur dalam UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004 serta berbagai UU sektoral.
4. Mereview berbagai peraturan Per-UU-an yang tidak sesuai dengan
prinsip pembagian kewenangan pemerintah pusat dan pemerintah darah yang selaras dan adil sesuai dengan asas otonomi luas
5. Memaparkan dampak yang terjadi di lapangan terkait dengan
permasalahan yang timbul akibat pembagian kewenangan yang tidak seimbang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
6. Merumuskan konsep dan prinsip-prinsip yang adil dan selaras sesuai
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya sebagai dasar pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
7. Untuk mengetahui tentang hak masyarakat adat dan pengaturannya di
Indonesia.
Manfaat penelitian pada kesempatan ini untuk memberi pandangan terhadap pentingnya kehadiran DPD RI serta penguatan yang perlu dilakukan dengan
membentuk Law Center pada tiap provinsi.
45