BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Negara Hukum
Konsep negara hukum, pertama dikemukakan oleh Plato dan kemudian dikembangkan dan dipertegas oleh Aristoteles. Dalam buku Plato berjudul
Politea, dikemukakan betapa penguasa di masa itu, masa Plato hidup 429 SM – 346 SM penguasa sangatlah tirani, haus dan gila akan kekuasaan serta
sewenang-wenang dan sama sekali tidak memperdulikan nasib rakyatnya. Dalam uraiannya di buku tersebut, Plato dengan gamblang menyampaikan pesan
moral, agar penguasa berbuat adil, menjunjung tinggi nilai kesusilaan dan kebijaksanaan dan senantiasa memperhatikan kepentingannasib rakyatnya.
Demikian pula halnya dalam bukunya yang berjudul Politicos, Plato memaparkan suatu konsep agar suatu negara dikelola dan dijalankan atas dasar
hukum rule of the game, demi warga negara yang bresangkutan.Sedangkan buku ketiga dari Plato yang berjudul Nomoi, lebih menekankan pada para
penyelenggara negara agar senantiasa diatur dan dibatasi kewenangannya dengan hukum agar tidak bertindak sekehendak hatinya.
Kemudian meuncullah Aristoteles dengan karya bukunya, Politica.Di dalam buku tersebut Aristoteles mengemukakan gagasannya, bahwa suatu
negara yang baik adalah negara yang diperintahdikelolah atas dasar suatu konstitusi sehingga didalam negara tersebut hukumlah yang berdaulan Sobirin
Malian, 2001.Dalam perkembangannya kemudian mulai abad ke 19, dikenal konsep negara hukum yakni suatu konsep negara yang kemudian diidentifikasi
sebagai konsep negara hukum Eropa Kontinental rechtstaat dan konsep negara hukum Ango Saxon rule of law.
Konsep-konsep tersebut muncul tidak terlepas dari adanya beberapa bentuk sistem hukum di dunia. Menurut Satjipto Rahardjo, 2000, bahwa di
dunia ini tidak dijumpai satu sistem hukum saja, melainkan terdapat lebih dari satu bentuk sistem hukum. Dalam kaitan itulah dikenal sistem hukum Eropa
Kontinental sistem hukum Romawi – Jerman, civil law system dan sistem
7
hukum Inggris common law. Selanjutnya sebaga akibat negara kita, Indonesia pernah menjadi koloni Belanda, maka dengan serta merta pula sistem hukum
yang berlaku di Indonesia adalah sistem hukum yang sama berlaku di negara Belanda yang kebetulan berada di Benua Eropa yang dikenal dengan sistem
hukum Etopa Kontinental atau Civil Law System.
Dalam kaitan dengan konsep negara hukum tersebut, Freidrich Julius Stahl Ridwan. HR, 2002, menegaskan, bahwa unsur-unsur negara hukum
Eropa Kontinental rechtstaatyaitu : a.
Adanya perlindungan hak-hak asasi manusia; b.
Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu;
c. Adanya pemerintahan berdasarkan perundang-undangan, dan;
d. Adanya peradilan administrasi dalam perselisihan.
Teori Negara Hukum menurut Hirsch Ballin Bovens, 1987;
a. Penguasa harus terikat pada hukum;
b. Negara harus menghormati hak-hak mengenyam kebebasan;
c. Setiap kebijakan pemerintah harus berdasarkan undang-undang;
d. Mengupayakan terwujudnya keadilan sosial;
e. Hukum harus jelas dan stabil.
Teori Negara Hukum menurut Reuters Bovens, 1987:
a. Pemisahan kekuasaan separation of power;
b. Kebijakan negara yang bersifat strategis harus dputuskan dalam lembaga
perwakilan rakyat DPR.
Teori Negara Hukum menurut C.J.M. Schuyt 1983:
a. Menganut asas legalitas;
b. Perlindungan hukum bagai warga;
c. Pemerintah harus tunduk pada hukum;
d. Adanya akuntabilitas publik.
Teori Negara Hukum menurut Rosenthal Bovens, 1987:
a. Desentralisasi kekuasaan;
b. Primat dalam politik;
c. Keterbukaaan pemerintahan;
8
d. Pertimbangan yang cermat tentang kepentingan rakyat dalam setiap
keputusan pemerintah. Pada saat yang hampir bersamaan, muncul pula suatu konsep negara
hukum rule of law dari A.V. Dicey, yang secara kebetulan juga konsep tersebut lahir di bawah bayang-bayang sistem hukum Anglo Saxon.
Unsur-unsur negara hukum rule of law menurut A.V Dicey dalam bukunya berjudul An Introducion to the Study of the Law of the Constitution,
1973 adalah : a.
Supremasi aturan-aturan hukum supremacy of the law, tidak adanya kekuasaan sewenang-wenang absence of orbitary power, bahwa
seseorang hanya boleh dihukum kalau terbukti melanggar atura hukum yang ada.
b. Kedudukan yang sama dalam menghadapi hukum equality before the
law c.
Terjaminnya hak-hak manusia oleh Undang-Undang serta keputusan- keputusan pengadilan.
Teori Negara Hukum menurut Berman Bovens, 1987:
• Rule of Law, yaitu mengadakan pengaturan dengan hukum atau menetapan
hukum secara teratur; •
Rule under law, yaitu mengadakan pengaturan di bawah kewenangan hukum atau mengadakan perubahan sebagaimana yang diatur hukum;
• Rule of Law, yang mencakup separation of power, checks and balances, dan
equality before the law.
Teori Fungsi Negara menurut L.A. Geelhoed 1983:
a. Fungsi membuat peraturan de regulende;
b. Fungsi menyelenggarakan layanan publik de presterende;
c. Fungsi mengendalikan aktivitas warga de stuurende.
d. Fungsi menyelesaikan sengketa de arbiterende.
Kedua konsep tersebut, rule of law dan rechtstaat, oleh Philipus M. Hadjon, 1987, dijelaskan bahwa konsep reschtstaat bertumpu pada sistem
hukum Eropa Kontinental yang disebut dengan Civil Law System. Sedangkan
9
konsep rule of law bertumpu atas sistem hukum yang disebut Common Law System.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka sistem hukum Romawi- Jerman berjalan dan bertumbuh atas dasar peraturan perundang-undangan.
Sedangkan Common Law System, tidak dikembangkan dalam universitas atau melalui penulisan doktrinal, melainkan oleh para praktisi dan proseduralis.
Keadaan ini kemudian menjelaskan mengapa sistem common law tidak dimulai dengan prinsip—prinsip hukum, melainkan langsung mengenai kaidah-kaidah
untuk kasus-kasus konkrit Sutjipto Rahardjo, 2000. Karakteristik Civil Law adalah administratif, sedangkan karakteristik
Common Law adalah judicial.Perbedaan karakteristik yang demikian, disebabkan lebih karena latar belakang kekuasaan raja.Pada zaman Romawi,
kekuasaan yang menonjol dari seorang raja adalah membuat peraturan melalui dekrit.Kekuasaan tersebut kemudian, didelegasikan kepada pejabat-pejabat
administratif yang membuat pengarahan-pengarahan yang dalam bentuk tertulis bagi hakim tentang bagaimana memutus atau menyelesaikan suatu sengketa.
Begitu besarnya peranan administrasi, sehingga tidaklah mengherankan apabila dalam sistem kontinental pada mula pertama muncul cabang hukum baru yang
disebut “droit administrative” dan inti dari droit administrative adalah hubungan antara administrasi dengan rakyat.
B. Otonomi Daerah dan Desentralisasi 1. Konsep Otonomi Daerah dan Desentralisasi Pemerintahan