95
5. Stratifikasi Sosial
Pengamat Madura abad XIX, Hageman JCz, melihat masyarakat Madura terpolarisasi menjadi werkezel pekerja dan leeglooper penganggur, budak dan
tuan, atau produsen dan konsumen. Orang-orang Cina dan pedagang-pedagang laut termasuk kelas ketiga.Polarisasi itu cocok dengan hubungan perpajakan,
yaitu antara kelas negara dan petani.Terlepas dari polarisasi ini, yang dapat disebut sebagai orang kebanyakan meliputi; pedagang, agamawan, dan petani.
Stratifikasi sosial orang Madura juga dikenal lewat penggunaan bahasa.Dalam kehidupan sehari-hari, orang-orang kecil
– orang kenek atau orang dumeh
– sering kali pertama-tama dilawankan dengan kaum ningrat – sentana atau ario.Kategori kedua yang tidak termasuk orang-orang kecil adalah
elit birokrat, yang tidak perlu memiliki gelar kebangsawanan, yaitu mantri.Kategori ketiga, kelas pengikut atau abdi, yang dianggap sebagai aparat
negara atau istana.Kaum ningrat dan birokratlah yang membentuk kelas-kelas penguasa Madura datu kelas-kelas yang memerintah, dan keduanya bersama
dengan kelas abdi, mendapat penghasilan dari negara.Adat kebiasaan yang berlaku pada kelas-kelas negara, sentana, mantri, dan abdi dapat diamati simbol
status mereka masing-masing, seperti penggunaan payung, yang terlarang bagi orang kenek.
Stratifikasi kelas dari kelas-kelas negara nampak pada perbedaan alokasi desa- desa percaton atau sawah percaton sistem percaton:
”pembayaran gaji dengan sawah” dan jasa pancen tenaga kerja.Seperti raja, kerabat-kerabat
sentana mendapat bagian tanah dan tenaga kerja cukup besar.Dalam kelompok
mantri hanya patih atau wedono yang mendapat jatah lebih besar, sedangkan mantri-mantri lainnya mendapat jatah kecil.Jika sentana dan mantri diberi desa-
desa sebagai percaton, abdi atau pengikut diberi sawah atau tegal.Pendapatan sentana dan mantri berupa pajak-pajak pertanian, itulah penghasilan abdi.
Kesejahteraan ini
pada perkembangan
selanjutnya mengalami
kemerosotan.Bertambahnya keanggotaan sentana – karena poligami, kawin
muda, dan tingkat produktivitas anak yang tinggi - dengan sumber-sumber ekonomi yang tidak cukup mendukungnya, mengakibatkan mereka menjadi
miskin dan terbelit utang.Akhirnya jabatan itu dihapus dari kerajaan-kerajaan, dan berakhir dengan suatu kompensasi pemerintah yang tampak seperti berkah
tersembunyi blessing in disguise.
96
Sebagaimana kaum bangsawan jatuh dalam derajat klasifikasi sosial, begitu juga halnya dengan mantri dalam kerajaan-kerajaan.Beberapa di
antaranya ditampung dalam administrasi kolonial, tetapi kebanyakan dari mereka berhenti dari jabatan mereka itu tanpa kompensasi. Mereka terus bertahan dalam
perubahan dan berusaha menjadi pegawai di berbagai kantor dalam pemerintahan kolonial dengan membentuk inti kelas sosial baru, priyayi. Abdi
yang bekerja sebagai pembantu dengan berbagai macam pekerjaan telah kehilangan pekerjaan mereka dan berusaha memasuki pasar kerja umum.Di
antara kelas abdi, hanya sejumlah barisan dan kepala desa yang masih dipertahankan oleh pemerintah kolonial.
6. Munculnya Elit Baru dalam Bingkai Kesadaran Nasional
Inovasi kolonial terpenting di Madura adalah memperkenalkan sekolah- sekolah model Barat.Pemerintah kolonial membangun sekolah-sekolah untuk
anak-anak pribumi di kota-kota besar.Menjelang akhir abad XIX di kota-kota kecil juga dibangun sekolah-sekolah dan akhirnya sampai ke desa-desa.Para lulusan
dari sekolah-sekolah itu merupakan lapisan baru dalam masyarakat, yang
mampu menanggapi kesadaran nasional.
Pendidikan telah mengangkat orang-orang kebanyakan menjadi suatu kelompok terdidik baru.Peningkatan mobilitas orang awam diiringi dengan mulai
menurunnya mobilitas kaum bangsawan, yang selanjutnya dua group sosial itu cenderung untuk bertemu.Hasilnya, terbentuklah suatu elit baru yang responsif
terhadap ide-ide nasionalis yang muncul di masyarakat lokal. Dekade 1910-1920 menunjukkan adanya kemunculan gerakan Sarekat
Islam SI, pada mulanya di Jawa, kemudian di Madura.Hal itu menandai suatu fase baru dalam sejarah Madura yang selama berabad-abad terisolasi karena
ekologi yang terbatas. Agama menjadi kekuatan yang dinamis untuk menggerakkan ke arah perpaduan masyarakat dan memobilisasi massa yang
semula tidak responsif. Walaupun mengalami perselisihan dan konflik internal yang keras, aktivitas SI meliputi banyak hal; masalah-masalah agama dan
masalah-masalah duniawi. Di Madura, SI mencoba bertahan, berlindung, dan berjuang melawan berbagai kepentingan saat itu. Para produsen garam
membawa SI menggugat pemerintah untuk menaikkan harga garam.SI mengajukan protes melawan penghapusan desa perdikan di Napo dan
97
Jranguwan. Para bangsawan menggunakan SI sebagai pembelaan terhadap pemecatan Bupati Bangkalan. Tetapi yang lebih penting dari prestasi SI adalah
mendirikan toko koperasi, yang merupakan cara baru dari penduduk asli terlibat dalam aktivitas ekonomi modern. Kesanggupan toko bersaing dengan pedagang-
pedagang Cina luar biasa. Prestasi lain dari SI adalah memobilisasi orang Madura untuk kekerasan massa, seperti yang terjadi di Pulau Sapudi tahun
1913, dan perlawanan menentang pungutan pajak tahun 1918 – suatu gejala
baru, keluar dari abad yang memungkinkan berkembang ke depan dan memberikan kesanggupan untuk bertindak sebagai pembentuk solidaritas.
Dekade 1920 -1930 ditandai oleh beberapa gerakan kecil-kecilan, gerakan politik, budaya, pendidikan, dan keagamaan dalam masyarakat tingkatan
atas.Berbagai organisasi kecil itu tidak jarang meninggalkan jejak yang cukup panjang dalam perkembangan sekolah-sekolah nasional dan keagamaan
modern, yang dalam tingkat tertentu, membangkitkan kesadaran kultural etnis Madura.Dekade 1930-1940 menunjukkan adanya kelanjutan dari gerakan-
gerakan yang telah berjalan.
D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
Untuk memahami materi, Anda perlu membaca secara cermat modul ini, gunakan referensi lain sebagai materi pelengkap untuk menambah pengetahuan
Anda. Dengarkan dengan cermat hal-hal yang disampaikan oleh pemateri dan tulislah hal-hal yang dipandang penting. Silahkan berbagi pengalaman Anda
dengan cara menganalisis dan menyimpulkan dalam suasana yang aktif, inovatif dan kreatif, menyenangkan, dan bermakna.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mempelajari materi ini mencakup:
1. Aktivitas individu, meliputi: a. Memahami dan mencermati materi diklat
b. Mengerjakan latihanlembarkerjatugas, menyelesaiikan masalahkasus pada setiap kegiatan belajar; dan menyimpulkan
c. Melakukan refleksi 2. Aktivitas kelompok, meliputi:
a. Mendiskusikan materi pelatihan b. Bertukar pengalaman dalam melakukan pembelajaran materi terkait