Metodologi Sejarah Sosial URAIAN MATERI

75 1. Model Evolusi Penulisan sejarah sosial dengan model evolusi berisi proses perkembangan sebuah masyarakat dari masyarakat yang sederhana menjadi masyarakat yang kompleks. 2. Model Lingkaran Sentral Penulisan sejarah sosial dengan menggunakan model lingkaran sentral mengambil sebuah peristiwa yang terjadi yang dijelaskan dalam lukisan sinkronis yang kemudian dalam perkembangannya peristiwa itu dijelaskan dengan cara diakronis. 3. Model Interval Penulisan sejarah sosial dengan menggunakan model interval merupakan kumpulan dari lukisan sinkronis yang ditata secara kronologis sehingga dari lukisan tersebut tampak perkembangan sebuah masyarakat walaupun hanya tersamar aspek kausalitasnya. 4. Model Tingkat Perkembangan Penulisan sejarah sosial menggunakan model tingkat perkembangan meng- gambarkan perkembangan masyarakat melalui kacamata atau perspektif teori tertentu, dalam hal ini lebih pada teori-teori Sosiologi. 5. Model Jangka Panjang-Menengah-Pendek Model penulisan sejarah sosial menggunakan model ini sebenarnya terlalu luas, karena sejarah harus meliputi geographical time, social time, dan individual time. Sejarah sosial lebih menekankan pada social time, sehingga perkembangan masyarakat dapat lebih dijelaskan. 6. Model Sistematis Sejarah sosial dengan menggunakan model ini lebih menekankan pada fokus perubahan sosial, perubahan sosial dijelaskan secara sistematis dengan memperhatikan setiap unsur yang menyebabkan dan terkait dengan perubahan sosial tersebut.

3. Kajian Sejarah Sosial di Indonesia

Kajian sejarah sosial di Indonesia diawali dengan munculnya karya Sartono Kartodirdjo pada tahun1966, yaitu The Peasants’ Revolt of Banten in 1888: Its Conditions, Course and Sequel yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa 76 Indonesia dengan judul Pemberontakan Petani Banten 1888 danterbit pada tahun 1984. Dengan karyanya ini, yang disusul oleh karyanya yang lainseperti Protest Movement in Rural Java 1973. Selanjutnya karya-karya sejarah sosial bermunculan di Indonesia. Untuk lebih memperdalam pemahaman mengenai sejarah sosial Indonesia, tidak saja dalam ranah teoritis, berikut akan diuraikan rangkuman dari karya- karya sejarah sosial di Indonesia. Lebih dari itu, uraian mengenai contoh-contoh karya sejarah sosial berikut juga dimaksudkan agar pembaca atau pengguna modul ini mengetahui bahwa di Indonesia tidak hanya melulu memiliki sejarah politik, namun juga memiliki sejarah sosial. Pada gilirannya, minat akan kajian sejarah tidak hanya berkutat pada sejarah politik dan sejarah kebudayaan saja, tetapi sejarah sosial bisa menjadi tawaran alternatif

a. Pemberontakan Petani Banten 1888

Karya Sartono Kartodirdjo1984 yang berjudul “Pemberontakan Petani Banten 1888” mengisahkan tentang pemberotakan yang dilakukan oleh para petani di daerah Jawa Barat khususnya Banten.yang tidak menginginkan sistem mordenisasi. Dengan dibantu olah para bangsawan dan golongan elit agama petani melakukan pemberontakan terhadap adanya kebudayaan Barat. Tetapi dalam prakteknya para petani justru bersifat pasif dan hanya dijadikan sebagai alat oleh para bangsawan dan elit agama untuk memberontak agar tetap berpegang pada kesultanan atau sistem tradisional. Pemberontakan yang terjadi di ujung barat laut pulau Jawa tepatnya di distrik Anyer merupakan salah satu pemberontakan yang terjadi di Banten selama abad XIX.Pemberontakan ini berlangsung secara singkat antara tanggal 9-30 Juli 1888. Hal ini juga merupakan satu bentuk ledakan sosial yang melanda seluruh wilayah pulau Jawa pada waktu itu.Ledakan sosial ini juga diwarnai dengan adanya gerakan-gerakan mileneri sertagerakan kebangkitan kembali agama dengan wajah membentuk sekolah –sekolah agama dan perkumpulan mistik agama. . Di Banten yang letaknya agraris membuat masyarakatnya mayoritas sebagai petani padi.Kesultanan Banten berdiri pada tahun 1520 oleh pendatang- pendatang dari kerajaan Demak di Jawa Tengah. Fungsi sultan adalah memberikan perlindungan sehingga sultan menguasai perokonomian, mobilisasi 77 produksi sebagai penujang rumah tangganya, keluarganya serta pejabat-pejabat negara. Kemudian kasultanan dihapuskan oleh pemerintah Dendels, yang meliputi daerah pesisir utara serta wilayah-wilayah lain terdiri dari daerah pegunungan Banten, bagian barat Bogor dan Jakarta, dan juga Lampung di Sumatera bagian Selatan. Abad XIX merupakan periode dimana Indonesia mengalami pergolakan- pergolakan sosial yang mengakibatkan perubahan sosial akibat masuknya kebudayaanBarat yang seakan-akan menguasai Indonesia, masuknya budaya Barat membawa perubahan terhadap system masyarakat tradisional menjadi modernisasi. Kebudayaan Barat menciptakan peraturan-peraturan, yaitu dengan diberlakukannya sistem uang,memunculkan buruh upaha, adanya administrasi yang terpusat, perpajakan yang seragam, serta adanya sarana- sarana komunikasi yang lebih modern. Dari sinilah muncul rasa ketidak adilan serta frustasi oleh masyarakat khususnya para petani yang tidak menginginkan diadakanya pajak.Di daerah-daerah, agama mempunyai peranan yang sangat penting, akhirnya para petani mengemukakan gagasan-gagasan milenarinya kepada para pemuka agama dengan maksud pemuka agama melancarkan gagasan-gagasannya itu. Dalam pemberontakan petani anggotanya tidak semata-mata hanya terdiri dari kaum petani saja, pemberontakan ini dipimpin oleh para kaum elit pedesaan seperti pemuka agama, anggota-anggota kaum ningrat, atau orang- orang yang termasuk kalangan terhormat. Dalam arti yang terbatas pemberontakan yang terjadi pada abad XIX diIndonesia dapat dikatakan sebagai pemberontakan petani yang murni, pemimpin-pemimpinya merupakan satu golongan elit yang mengembangkan dan menyebarkan ramalan- ramalan serta visi sejarah yang sudah turun-temurun mengenai akan datangnya ratu adil dan mahdi dalam. Pemuka-pemuka agamalah yang telah memberikan kepopuleran kepada ramalan-ramalan tersebut dan menerjemahkanya kedalam perbuatan dengan maksud menarik massa rakyat untuk memberontak, anggota- anggota pergerakan tersebut terdiri dari petani, yang dipimpin oleh guru agama atau pemimpin mistik. Akan tetapi para kaum elit pedesaan tidaklah mempunyai pengetahuan tentang politik yang sangat kuat, dan hanya mengandalkan ramalan-ramalan saja tidak membuat pemberontakan berjalan dengan