93
Ekologi tegal telah mendorong perpindahan penduduk Madura ke Jawa untuk mencari tanah yang lebih baik dan mencari mata pencaharian.Meskipun
telah ada migrasi keluar, sungguh sangat mengherankan, tingkat pertumbuhan penduduk di Madura tinggi, lebih tinggi daripada di Jawa.Artinya, meskipun
Madura memiliki kekurangan secara ekologis, tetapi Madura menjadi pulau yang terpadat penduduknya di Indonesia.
4. Hilangya Sistem Upeti dan Munculnya Kelas Pedagang
Di Madura, seperti halnya kerajaan-kerajaan di pulau lain, pembayaran upeti merupakan dasar yang membentuk masyarakat, di mana kelas negara
– raja-raja kaum bangsawan, para birokrat, dan pembantu-pembantu raja
– didukung oleh penduduk melalui penyerahan “upeti” itu dalam bentuk barang-
barang dan jasa. Upeti barang-barang merupakan distribusi atau kontrol
terhadap desa-desa dan sawah di antar anggota-anggota kelas negara.Di mana desa daleman dan sawah daleman untuk raja, desa apanage atau desa percaton
untuk kaum bangsawan dan para birokrat, dan sawah percaton untuk pembantu- pembantu raja.Upeti jasa terdiri dari corvee atau tenaga kerja sukarela dari
penduduk untuk kelas negara.Tak seorang pun, kecuali khusus yang
dibebaskan, lepas dari tanggungjawabnya di dalam sistem upeti.
Madura dengan sistem upeti dan pertanian yang defisit harus dibantu oleh perdagangan jarak jauh. Dengan kata lain, commodity exchange pertukaran
komoditas menjadi bagian subtansial dari ekonomi Madura. Sesungguhnya kemungkinan adanya perdagangan itulah penyebab utama mundurnya sistem
upeti, jauh sebelum adanya tindakan dari kekuatan kolonial. Sistem upetilah yang dijadikan basis dari organisasi negara.Di tingkat
supradesa organisasi negara itu terdiri dari dua kategori jabatan di masing- masing kerajaan, teritorial dan departemental, yang keduanya bersama-sama
diawasi oleh patih, pejabat tertinggi dalam birokrasi. Organisasi teritorial dibagi masing-masing bagian menurut batas kesatuan wilayah: distrik di bawah kontrol
wedono, sub distrik di bawah kontrol mantri aris, dan desa-desa. Organisasi deparmental dibagi menurut urusannya: departemen keuangan, hukum, dan
keagamaan. Posisi kekuatan militer, barisan, adalah tersendiri dan khusus.Barisan berada di bawah komando langsung raja dari masing-masing
kerajaan.Semua pejabat tinggi istana bertanggung jawab kepada panembahan,
94
satu-satunya kekuasaan yang sah. Posisi patih dalam hierarki kekuasaan tradisional adalah lebih sebagai abdi panembahan daripada birokrat, tetapi oleh
Belanda kemudian posisi patih dibuat bebas dari kesewenang-wenangan kekuasaan panembahan. Di tingkat supradesa, keraton menduduki tempat yang
khusus dalam organisasi negara.Keraton memiliki pegawai-pegawai dan personel-personel pengawas istana raja.
Desa dalam jajaran organisasi negara ditetapkan sebagai teritorial terkecil dan merupakan unit deparmental.Desa merupakan sumber persediaan barang-
barang dan jasa, pendapatan dan tenaga manusia, yang menyokong organisasi negara.Kepala-kepala desa mengorganisir upeti dan menyediakan tenaga kerja
untuk otoritas supradesa, keduanya untuk tujuan umum dan personal. Dan lagi, ada sistem upeti dalam organisasi internal desa dengan pajak dan tenaga kerja
di dalamnya Pada perkembangan selanjutnya, kelas-kelas pedagang inilah
– kebanyakan Cina
– yang berperan dalam mengikis sistem upeti.Para pedagang yang bertindak sebagai pachter penyewa dalam perpajakan di desa-desa
apanage, membuat inti hubungan pembayar upeti menjadi tak terpakai.Kaum ningrat menjadi miskin dan terperangkap utang pada orang-orang Cina dan
pedagang-pedagang pribumi.Kemudian akibat rembesan sistem pachter ini apakah kelas negara masih dominan dalam masyarakat diragukan.Keadaan
yang demikian itu menyatakan secara tidak langsung bahwa kekurangan ekologis menghasilkan kegelisahan ekonomi yang memaksa pemilik tanah desa
percaton menyewakan hak-hak perpajakan. Runtuhnya sistem upeti disebabkan oleh meresapnya pengaruh kapitalis
yang hanya dapat ditandingi oleh masuknya kekuasaan kolonial ke dalam organisasi negara.Tuntutan Belanda berhubungan dengan sumber-sumber
ekonomi yang mengakibatkan juga runtuhnya sistem upeti. Monopoli perdagangan garam, hak-hak pajak penangkapan ikan, dan peraturan-peratuan
pajak pasar, misalnya, sangat mengurangi pendapatan istana dan pemilik peraturan-peraturan perpajakan sebelumnya. Tetapi akibat dari kekusaan
kolonial terhadap sistem pajak hanya di pinggiran saja, tidak menembus intinya, yaknis sistem apanage dan jasa tenaga kerja.