dukungan sumber daya lebih memadai dalam organisasi yang lebih besar Ein-Dor dan Segev 1978; Raymond 1990 dalam Choe 1996 dalam
Komara 2006. Jika sumber daya tidak memadai, akan memungkinkan perancang sistem tidak dapat mengikuti prosedur pengembangan normal
dengan memadai, dengan demikian meningkatkan resiko kegagalan sistem.
2.1.4 Budaya Organisasi
Organizational Culture 2.1.4.1
Pengertian Budaya Organisasi
Salah satu variabel yang berhubungan dengan penentuan peningkatan kinerja perusahaan atau organisasi adalah budaya organisasi. Variabel ini
sukar untuk ditentukan atau diuraikan tetapi variabel ini ada bahkan variabel ini yang sangat penting ketika dikaitkan dengan keberhasilan peningkatan
kinerja perusahaan Hakim, 2011.
Penelitian Hakim 2011, juga menyertakan contoh bahwa Joseph C. Wilson seorang eksekutif kepala perusahaan Xerox Corp memimpin
perusahaan tersebut, dimana dia seorang yang agresif dan memiliki jiwa wirausaha, maka perusahaan tersebut mengalami kemajuan yang besar
dengan basis mesin fotokopi jenis 914, sebagai salah satu produk yang berhasil di USA. Di bawah kepemimpinannya Xerox mendapatkan
lingkungan usaha yang memiliki budaya informal, bersahabat, inovatif, dan
berani menanggung resiko Moeljono, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Dalam buku Budaya Organisasi karangan Sobirin 2007 dijelaskan pengertian budaya organisasi berdasarkan kerangka pemikiran, yaitu
berdasarkan Ideational School, Adaptationist School dan Realist School. Pengertian budaya organisasi menurut Ideational School adalah sistem makna
yang diterima secara terbuka dan kolektif, yang berlaku untuk waktu tertentu bagi sekelompok orang tertentu Pettigrew.
Pengertian budaya organisasi menurut Adaptationist School adalah keyakinan dan nilai bersama yang memberikam makna bagi anggota sebuah
institusi dan menjadikan keyakinan dan nilai tersebut sebagai aturanpedoman berperilaku di dalam organisasi Davis, 1984.
Pengertian budaya organisasi menurut Realist School adalah pola asumsi dasar yang di-shared oleh sekelompok orang setelah sebelumnya
mereka mempelajari dan meyakini kebenaran pola asumsi tersebut sebagai cara untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang berkaitan dengan adaptasi
eksternal dan integrasi internal, sehingga pola asumsi dasar tersebut perlu diajarkan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang benar untuk
berpresepsi, berpikir dan mengungkapkan perasaannya dalam kaitannya dengan persoalan-persoalan organisasi Schein, 2010.
Budaya organisasi menurut Tepeci 2001 dalam Sawitri 2011 adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi
Universitas Sumatera Utara
itu; suatu sistem dan makna bersama. Taliziduhu Ndraha 1997 dalam Wulantika 2011 mengemukakan bahwa budaya organisasi sebagai input
terdiri dari pendiri organisasi,pemilik organisasi,sumber daya manusia, pihak yang berkepentingan dan masyarakat.
Budaya organisasi menurut Greenberg dan Baron 2000 dalam Mansur 2009 adalah suatu kerangka kerja kognitif yang memuat sikap-
sikap, nilai-nilai, norma-norma dan pengharapn-pengharapan bersama yang dimiliki oleh anggota-anggota organisasi.
Robbin 2006 dalam Mansur 2009 menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-
anggota organisasi yang membedakan organisasi itu dari organisasi- organisasi lain.
Budaya organisasi menurut Kartiningsih 2007 adalah sekumpulan norma-norma tingkah laku atau corakwarna serta nilai-nilai yang ada di
dalam suatu perusahaanorganisasi dan merupakan aturan main yang harus ditaati dan diamalkan oleh para pelaku perusahaanorganisasi tersebut agar
dapat berinteraksi baik terhadap faktor internal maupun eksternal.
Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya organisasi dalam penelitian ini adalah sistem nilai organisasi yang mempengaruhi cara
bekerja dan berperilaku dari para anggota organisasi.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4.2 Fungsi Budaya Organisasi
Fungsi budaya pada umumnya sukar dibedakan dengan fungsi budaya kelompok atau budaya organisasi, karena budaya merupakan gejala
sosial. Menurut Ndraha 1997 dalam Wulantika 2011 ada beberapa fungsi
budaya, yaitu :
1. Sebagai identitas dan citra suatu masyarakat
2. Sebagai pengikat suatu masyarakat
3. Sebagai sumber
4. Sebagai kekuatan penggerak
5. Sebagai kemampuan untuk membentuk nilai tambah
6. Sebagai pola perilaku
7. Sebagai warisan
8. Sebagai pengganti formalisasi
9. Sebagai mekanisme adaptasi terhadap perubahan
10. Sebagai proses yang menjadikan bangsa kongruen dengan negara
sehingga terbentuk nation – state. Menurut Robbins 1996 dalam Yunita 2013 fungsi budaya
organisasi sebagai berikut: 1.
Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
Universitas Sumatera Utara
2. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota
organisasi. 3.
Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual seseorang.
4. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan
organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
Sedangkan menurut Robbins 1999:294 dalam Yunita 2013 juga menyatakan fungsi budaya didalam sebuah organisasi adalah:
1. Budaya mempunyai suatu peran menetapkan tapal batas
2. Budaya berarti identitas bagi suatu anggota organisasi
3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen
4. Budaya meningkatkan kemantapan sistem sosial
2.1.4.3 Hubungan Budaya Organisasi, Sistem Informasi Akuntansi dan
Kualitas Informasi
Budaya Organisasi ↓
Sistem Informasi Akuntansi ↓
Kualitas Informasi
Universitas Sumatera Utara
Budaya organisasi diterapkan perusahaan guna menunjukkan karakter perusahaan tersebut dan sebagai salah satu penunjang terwujudnya
pencapaian maksimal kinerja perusahaan tersebut. Budaya organisasi merupakan cara-cara yang melibatkan pimpinan dan karyawan di dalam
organisasi yang dapat dijadikan dasar untuk memulai dan mempertahankan sikap kerjasama. Wulantika 2011 dalam penelitiannya menyatakan budaya
organisasi dipertahankan melalui proses seleksi dan sosialisasi organisasi serta tindakan manajemen puncak.
Manajemen puncak dalam menerapkan suatu sistem juga tidak terlepas dari adanya tujuan, visi dan misi agar semakin lebih mudah tercapai.
Tujuan, visi dan misi yang baik memerlukan penggunaan sistem yang juga baik. Budaya yang baik juga menunjang penggunaan sistem yang baik.
Budaya organisasi berpengaruh terhadap implementasi Sistem Informasi Akuntansi. Oleh karena itu, untuk dapat meningkatkan
implementasi Sistem Informasi Akuntansi yang masih memiliki masalah di tiap komponen dan upaya peningkatan integrasi setiap komponen Sistem
Informasi Akuntansi dalam organisasi, penting untuk diperhatikan karakteristik budaya organisasi Rahayu, 2012.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4.4 Indikator Budaya Organisasi
Robins 2006 dalam Kusumawati 2008, menyatakan perubahan budaya dapat dilakukan dengan:
1. Menjadikan perilaku manajemen sebagai model.
2. Menciptakan sejarah baru, simbol dan kebiasaan serta keyakinan
sesuai dengan budaya yang diinginkan. 3.
Menyeleksi, mempromosikan dan mendukung pegawai. 4.
Menentukan kembali proses sosialisasi untuk nilai-nilai yang baru. 5.
Mengubah sistem penghargaan dengan nilai-nilai baru. 6.
Menggantikan norma ynag tidak tertulis dengan aturan formal atau tertulis.
7. Mengacak sub budaya melalui rotasi jabatan.
8. Meningkatkan kerja sama kelompok.
Indikator-indikator budaya organisasi yang disebutkan oleh Hofstede 1993 dalam Kartiningsih 2007 adalah sebagai berikut:
1. Profesionalisme karyawan.
2. Jarak dari manajemen.
3. Sikap terbuka.
4. Keteraturan karyawan.
5. Rasa curiga pada rekan kerja.
6. Integrasi karyawan.
Universitas Sumatera Utara
Indikator budaya organisasi juga dinyatakan Denison dan Misra 1995 dalam Kusumawati 2008, yaitu:
1. Misi.
Organisasi memiliki tujuan dan arah yang jelas. Organisasi mendefinisikan tujuan dan sasaran stratejik dan mengekspresikan visi
masa depan. 2.
Konsistensi. Organisasi cenderung memiliki budaya kuat yang konsisten,
terkoordinasi dan terintegrasi secara baik. Norma-norma perilaku didasarkan pada nilai-nilai inti. Para pemimpin dan bawahan
mencapai kesepakatan meskipun dengan sudut pandang yang berbeda. 3.
Adaptabilitas. Organisasi memiliki kemampuan adaptasi yang didorong oleh
keinginan pelanggan. Organisasi mengambil resiko, belajar dari kesalahan dan memiliki kapabilitas dan pengalaman untuk
menciptakan perubahan. 4.
Pelibatan Organisasi memberdayakan karyawan, mengorganisir tim dan
mengembangkan kemampuan SDM nya. Semua tingkat organisasi mersas bahwa mereka memiliki kontribusi yang akan mempengaruhi
pekerjaannya dan tujuan organisasinya.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Komitmen Organisasi