Jenis Kelamin ANALISIS KUALITATIF FAKTOR FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU SEKSUAL MAHASISWA (Studi Kasus pada Suatu Pendidikan Tinggi di Jawa Timur)

216 Dewasa ini, kata “kampus” itu sendiri sering identik dan bersanding dengan hal-hal yang menuntut ukuran moralitas kurang baik. “Ayam kampus”, “seks bebas”, “sex in the kost” dan lain-lain. Selain itu, komunitas kampus dan lingkungan sekitarnya juga dikesankan sebagai tempat “dugem-dugeman”, “tawuran antar mahasiswa”, serta lingkungan kemahasiswaan yang mengesankan kampus hanya sebagai tempat “trendi trendian” di kalangan mahasiswa yang selalu sibuk menegaskan hidup yang dipengaruhi pasar bebas. Sehingga kampus mencerminkan corak budaya mencari kesenangan hidup. Dihadapkan pada berbagai macam budaya, etnik, agama dan aspek kultural, semaraknya free sex atau pre-marital sex disebabkan oleh pelampiasan kebutuhan seksual yang dalam agama dilakukan dalam hubungan pernikahan formalitas akhirnya mencari penyaluran pragmatis eksklusif, sembunyi-sembunyi dengan melanggar agama Nurani Soyomukti, 2008.

5. Jenis Kelamin

Sebagian besar informan laki-laki mengaku melakukan hubungan seksual selain dengan pacar juga PSK sebesar 23,53, informan yang melakukan hubungan seksual selain dengan pacar tetapi juga WILteman sebanyak 17,65. Informan lainnya mengaku melakukan hubungan seks dengan PSK sebesar 11,76 sedangkan yang melakukan hubungan seks dengan pacar, WILteman dan PSK sebesar 11,76. 217 Sedangkan semua informan perempuan 29,41 cenderung melakukan hubungan seksual di luar nikah hanya dengan pacarnya saja, walaupun diantara mereka ada yang mengaku memiliki pria idaman lain PIL tetapi perilaku seksual yang dilakukan hanya sebatas bergenggaman tangan, berpelukan dan berciuman tetapi tidak sampai melakukan hubungan seksual. Remaja tradisional perempuan yang bercumbu hebat dan bersenggama tidak dihargai oleh remaja laki-laki meskipun mereka dikenal sebagai pasangan kencan. Muhammad Al Mighwar, 2006. Hakekat yang mencerminkan perbedaan nilai seksual antara remaja pria dan remaja wanita yaitu laki-laki lebih cenderung daripada wanita untuk menyatakan bahwa mereka sudah berhubungan seks dan sudah aktif berperilaku seksual. Remaja putri menghubungkan seks dengan cinta. Alasan mereka berhubungan seks adalah cinta, sementara pada remaja pria kecenderungan ini jauh lebih kecil. Sebagian besar dari hubungan seks remaja diawali dengan agresivitas pada remaja pria dan selanjutnya remaja putrilah yang menentukan sampai batas mana agresivitas pria itu dapat dipenuhi. Remaja pria cenderung menekan dan memaksa remaja putri mitranya untuk berhubungan seks, namun ia sendiri tidak merasa memaksa. Alasan-alasan remaja berhubungan seks antara lain : dipaksa wanita : 61 dan pria : 23, merasa sudah siap Wanita : 51 dan pria : 59, butuh dicintai wanita : 45 dan pria : 23, takut dikatain temen 218 karena masih gadis perjaka wanita : 38 dan pria : 43. Sarlito WS, 2003. Informan yang berjenis kelamin laki-laki cenderung memiliki perilaku seksual yang lebih agresif. Hal ini membuat mereka lebih sering melakukan hubungan seksual dan dengan berganti-ganti pasangan baik itu pacartemanWILPSK. Pasangan yang berganti-ganti ini akan meningkatkan resiko penularan infeksi menular seksual terutama HIVAIDS.

6. Usia