210
d. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Pengetahuan, PendapatSikap
dan Perilaku Seks BebasSeks di Luar Nikah 1. Program Studi
Berdasarkan  program  studi,  informan  yang  berasal  dari  Ilmu Keperawatan  lebih  variatif  daripada  informan  yang  berasal  dari  Ilmu
Kesehatan  Masyarakat  dalam  mengartikan  seks  itu  sendiri  walaupun sebagian  besar  mereka  juga  mengartikan  seks  adalah  hubungan  seksual.
Hal  ini  disebabkan  informan  yang  mengartikan  seks  adalah  berkaitan dengan  perkembangan  alat  reproduksi  baik  primer  maupun  sekunder.
Informasi  ini  secara  langsung  informan  peroleh  dari  mata  kuliah  yang dipelajarinya seperti anatomi, fisiologi, biologi, kebutuhan dasar manusia
serta  kesehatan  reproduksi  dan  keperawatan  maternitas.  Pengetahuan informan  yang  mengartikan  seks  tidak  hanya  hubungan  seksual  antara
laki-laki  dan  perempuan  tetapi  berkaitan  dengan  kebutuhan  biologis,  alat reproduksi dan kepuasan dalam arti bukan hanya hubungan seksual tetapi
perilaku  seksual  yang  lain  seperti  mengenggam,  memeluk,  mencium  dan bercumbu  juga  disebabkan  karena  sebagian  besar  informan  sudah
semester VI.
2. Daerah AsalTradisi
211 Berbeda  lagi  dengan  informan  yang  berasal  dari  Jawa  yang  lebih
variatif  dalam  mengartikan  seks  yaitu  hubungan  seksual,  alat  reproduksi, kepuasan  disamping  hubungan  seksual  sedangkan  informan  yang  berasal
dari  luar  Jawa  lebih  mengartikan  seks  adalah  hubungan  seksual  dan kebutuhan biologis. Hal  ini dikarenakan informan  yang berasal dari  Luar
Jawa  dalam  mengartikan  seks  adalah  hubungan  seksual  dan  kebutuhan biologis  sangat  dipengaruhi  oleh  pengalaman  informan  atau  tradisi  yang
berlaku di daerah asalnya yaitu Tradisi Sifon. Tradisi ini berlaku di daerah Nusa  Tenggara  Timur  yaitu  tradisi  pendinginan  setelah  penyunatan
dengan melakukan hubungan seksual dengan seorang perempuan baik itu pacar, teman maupun PSK. Prosesi penyunatan ini dilakukan oleh seorang
dukun  adat  atau  sering  disebut  Ahelet  bukan  tenaga  medisparamedis dengan menggunakan sebilah pisau sedangkan obatnya informan membeli
di  apotik.  Informan  menganggap  bila  penyunatan  dilakukan  oleh  dukun adat bukan tenaga medisparamedis, karena hasilnya lebih bersih dan lekas
sembuh  serta  dukun  tersebut  tidak  menetapkan  tarif  tertentu  hanya sekedarnya  saja.    Salah  satu  informan  memberikan  ongkos  sebesar
Rp.15.000,- pada saat dia melakukan penyunatan. Pengalaman  berhubungan  seksual  yang  pertama  kali  setelah
penyunatan  ini  akan  menyebabkan  informan  berkeinginan  untuk mengulangi  kembali  walaupun  menurut  agama  yang  diyakininya  tidak
diperbolehkan.  Namun  sekalipun  menurut  agama,  hubungan  seksual  di luar  nikah  adalah  perbuatan  dosa  namun  tradisi  memperbolehkan
212 hubungan  seksual  tersebut.  Disinilah  perlunya  peran  ganda  dari  agama
apapun  yaitu  sebagai  norma-norma  agama  yang  memuat  perintah  dan larangan bagi umat beragama dan juga sebagai nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat. Hubungan  seksual  ini  dilakukan  setelah  penyunatan  ini  dimana
kondisi  alat  kelamin  belum  sembuhkering  serta  mereka  tidak menggunakan  pengaman  seperti  kondom  sehingga  keadaan  ini  akan
menjadi  jalan  untuk  terjadinya  penularan  penyakit  menular  seksual. Sementara hubungan seks tanpa menggunakan kondom bukan merupakan
perilaku seks aman dari kehamilan dan IMS. Jika benar-benar ingin aman, tetaplah  tidak  aktif  seksual  tetapi  jika  sudah  aktif,  setialah  dengan  satu
pasangan  saja,  atau  gunakan  kondom  dengan  mutu  yang  baik  dan  benar agar  dapat  mengurangi  resiko  terkena  IMS,  HIVAIDS  dan  kehamilan
BKKBN,2006.
3. Agama