xxiii
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahannya adalah : 1.
Bagaimanakah pengetahuan mahasiswa tentang seks dan bagaimana usaha-usaha untuk memperolehnya ?
2. Bagaimana sikap pendapat mahasiswa tentang perilaku seks bebas atau seks di
luar nikah ? 3.
Bagaimanakah perilaku seks mahasiswa ? 4.
Apakah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan, sikappendapat dan perilaku seks bebas atau seks di luar nikah mahasiswa yang diteliti ?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku seksual mahasiswa yang diteliti.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan mahasiswa tentang seks dan usaha-usaha untuk
memperoleh informasi tentang seks. b.
Mengidentifikasi sikappendapat mahasiswa tentang perilaku seks bebas atau seks di luar nikah.
c. Mengidentifikasi perilaku seks bebas atau seks di luar nikah mahasiswa.
d. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan,
sikappendapat dan perilaku seks bebas atau seks di luar nikah mahasiswa.
xxiv
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritik
Menambah khasanah pengetahuan tentang perilaku seks bebasseks di luar nikah yang dilakukan oleh mahasiswa yang diteliti.
2. Manfaat Aplikatif
Sebagai masukan bagi pihak manajemen Pendidikan Tinggi yang diteliti dalam mengambil kebijaksanan berkaitan dengan perilaku seks bebas atau seks di
luar nikah di kalangan mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa.
xxv
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Remaja
1. Batasan Remaja Menurut WHO
Pada tahun 1974, WHO memberikan pengertian tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam pengertian tersebut dikemukakan 3 tiga kriteria yaitu
biologik, psikologik dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap pengertian tersebut berbunyi sebagai berikut :
Remaja adalah suatu masa di mana : 1.
Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
2. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-
kanak menjadi dewasa. 3.
Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri. Muangman, 1980 dalam Sarlito Wirawan S, 2003
Pada tahun-tahun berikutnya, pengertian ini makin berkembang ke arah yang lebih konkrit operasional. Ditinjau dari bidang kegiatan WHO, yaitu kesehatan,
masalah yang terutama dirasakan mendesak mengenai kesehatan remaja adalah kehamilan yang terlalu awal. Berangkat dari masalah pokok ini, WHO menetapkan
batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja. Kehamilan dalam usia-usia tersebut memang mempunyai resiko yang lebih tinggi kesulitan waktu melahirkan,
xxvi sakitcacatkematian bayi dan ibu daripada kehamilan dalam usia-usia di atasnya
Sanderowitz Paxman, 1985 dalam Hanifah, 2000. Selanjutnya WHO menyatakan walaupun pengertian di atas terutama
didasarkan pada usia kesuburan fertilitas wanita, batasan tersebut berlaku juga untuk remaja pria dan WHO membagi kurun usia tersebut dalam 2 dua bagian yaitu
remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Dalam pada itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB sendiri menetapkan usia 15-24 tahun sebagai pemuda youth
dalam rangka keputusan mereka untuk menetapkan tahun 1985 sebagai Tahun Pemuda Internasional Sanderowitz Paxman, 1985 dalam Hanifah, 2000.
2. Remaja dalam Rangka Perkembangan Jiwa Manusia