Remaja dalam Rangka Perkembangan Jiwa Manusia

xxvi sakitcacatkematian bayi dan ibu daripada kehamilan dalam usia-usia di atasnya Sanderowitz Paxman, 1985 dalam Hanifah, 2000. Selanjutnya WHO menyatakan walaupun pengertian di atas terutama didasarkan pada usia kesuburan fertilitas wanita, batasan tersebut berlaku juga untuk remaja pria dan WHO membagi kurun usia tersebut dalam 2 dua bagian yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Dalam pada itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB sendiri menetapkan usia 15-24 tahun sebagai pemuda youth dalam rangka keputusan mereka untuk menetapkan tahun 1985 sebagai Tahun Pemuda Internasional Sanderowitz Paxman, 1985 dalam Hanifah, 2000.

2. Remaja dalam Rangka Perkembangan Jiwa Manusia

1. Aristoteles membagi jiwa manusia yang dikaitkan dengan perkembangan fisiknya, dimana usia 14 – 21 tahun digolongkan sebagai masa dewasa muda young manhood. Pandangan Aristoteles ini masih berpengaruh pada dunia modern kita, antara lain dengan tetap dipakainya batas usia 21 tahun dalam kitab- kitab hukum di berbagai Negara, sebagai batas usia dewasa. Akan tetapi yang lebih penting adalah jiwa remaja dimana sifat-sifat orang muda yang mempunyai hasrat-hasrat yang sangat kuat dan mereka cenderung untuk memenuhi hasrat- hasrat itu semuanya tanpa membeda-bedakan dari hasrat-hasrat yang ada pada tubuh mereka, hasrat seksual yang paling mendesak dan dalam hal ini mereka menunjukkan hilangnya kontrol diri yang dilakukan oleh ratio akal yaitu fungsi mnemic . xxvii 2. Rousseau sebagai penganut Romantic Naturalism menyatakan yang terpenting dalam perkembangan jiwa manusia adalah perkembangan perasaannya yang berbeda dari satu individu dengan individu yang lain. Rousseau menyatakan usia 15 – 20 tahun sebagai masa kesempurnaan remaja adolescence proper dan merupakan puncak perkembangan emosi. Dalam tahap ini terjadi perubahan dari kecenderungan mementingkan diri sendiri kepada kecenderungan memperhatikan kepentingan orang lain dan kecenderungan memperhatikan harga diri. Gejala lain yang timbul juga dalam tahap ini adalah bangkitnya dorongan seks. 3. HS. Hall yang dikenal sebagai Bapak Psikologi Remaja, menyatakan usia 12-25 tahun sebagai masa remaja adolescence yaitu masa topan badai strum und drang yang mencerminkan kebudayaan yang penuh gejolak akibat pertentangan nilai. 4. Freud, mengatakan bahwa seksualitas pada masa remaja dimulai dengan perubahan-perubahan tubuh dan faali yang menimbulkan tujuan baru dari dorongan seks, yaitu reproduksi keturunan. Fase ini disebut fase genital pada remaja yang diwujudkan dalam 3 tiga hal, yaitu : a. Melalui rangsangan dari luar rabaan, sentuhan terhadap daerah-daerah erogen bagian tubuh yang dapat menimbulkan gairah seksual b. Melalui ketegangan dari dalam dan kebutuhan faali untuk menyalurkan sekresi seksual sperma c. Melalui kegairahan psikologik yang disebabkan oleh karena hal yang pertama tadi dan menyebabkan terjadinya dorongan untuk beronani. Hal yang terakhir ini sesuai dengan laporan Kisney tentang perilaku seksual di Amerika Serikat, xxviii yang menyatakan bahwa tingkah laku mastrubasi onani paling sering terjadi pada anak berusia 13-15 tahun. 5. Johan Amos Comenius mengungkapkan tentang teori pendidikan berwawasan perkembangan development centered theory of education, dimana usia 18-24 tahun sebagai masa pendidikan tinggi universitas dan pengembaraan travel untuk mengembangkan fakultas yang dikehendaki faculty of will.

3. Remaja dan Masyarakat Transisi