Patogenesis Gejala Klinis Pengaruh Genetik dan Status Imunologis

Tabel 2.1. Klasifikasi Histologis WHO 1999 untuk Tumor Paru dan Tumor Pleura Dikutip dari: Amin, Z.,2009.Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid III Epithelial tumors Benign Papiloma, adenoma Preinvasive lesions Squamous dysplasiacarcinoma in situ, atypical adenomatous hyperplasia, Diffuse idiopathic pulmonary neuroendocrine cell hyperplasia Malignant Squamous cell carsinoma: papillary, clear cell, basaloid. Small cell carcinoma: combined small cell carcinoma. Adenocarcinoma:  Acinar  Papilary  Bronchoalveolar: nonmucinous, mucinous, mixed mucinous and nonmucinous or indeterminate cell type.  Solid carcinoma with mucin formation.  Adenocarcinoma with mixed subtypes Large cell carsinoma: Large cell neuroendocrine carcinoma, Basaloid carcinoma, Lymphoepithelioma- like carcinoma, clear cell carcinoma, large cell carcinoma with rhabdoid phenotype. Adenosquamous carcinoma Carcinoma with plemorphic sarcomatoid or sarcomatous elements. Carcinoid tumor : typical carcinoid, atypical carcinoid. Carcinomas of salicary gland type : mucoepi dermoid carcinoma, adenoid cystic carcinoma. Others Soft tissue tumors Mesothelial tumors Benign, malignant mesothelioma

2.3.4.1. Karsinoma paru sel kecil

Umumnya tampak sebagai masa abu- abu pucat yang terletak di sentral dengan perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah bening hilus dan mediastinum. Sel tumor sangat rapuh dan sering memperlihatkan fragmentasi dan “crush artifact” pada sediaan biopsi. Ciri lainnya yang paling jelas pada pemeriksaan sitologik, adalah berlipatnya nukleus akibat letak sel tumor dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan.

2.3.4.2. Karsinoma sel skuamosa

Lebih sering pada laki- laki. Tumor ini cenderung timbul di bagian tengah bronkus utama dan akhirnya menyebar ke kelenjar hilus lokal. Tipe ini sering didahului selama bertahun- tahun oleh metaplasia atau dysplasia skuamosa di epitel bronkus, yang kemudian berubah menjadi karsinoma in situ, suatu fase yang mungkin berlangsung selama beberapa tahun.

2.3.4.3. Adenokarsinoma

Sering terdapat di perifer dan banyaak timbul pada jaringan parut paru perifer scar carcinoma. Tipe yang satu ini memiliki keterkaitan paling lemah terhadap riwayat merokok. Secara umum, tumor ini tumbuh lambat dan membentuk massa yang lebih kecil daripada massa subtipe lainnya, tetapi tumor ini cenderung bermetastasis luas pada stadium awal.

2.3.4.4. Karsinoma sel besar

Sel besar, biasanya anaplastik, dan memiliki nukleus vesicular dengan nukleolus mencolok. Karsinoma jenis ini memiliki prognosis buruk, karena kecenderungannya menyebar ke tempat jauh pada awal perjalanan penyakit Kumar, 2010.

2.3.5. Gejala Klinis

Manifestasi klinis karsinoma bronkogenik beraneka ragam, secara garis besar dapat dibagi atas: 1. Gejala intrapulmoner; 2. Gejala intratorasik ekstrapulmonal; 3. Gejala ekstratorasik non metastasis; dan 4. Gejala ekstratorasik metastatik. 1. Gejala Intrapulmonal Merupakan gejala lokal yang disebabkan oleh tumor di paru. Terjadi karena ada gangguan pergerakan silia serta ulserasi bronkus, sehingga memudahkan terjadi radang berulang. Keluhan batuk lebih dari 2 minggu merupakan suatu gejala yang patut mendapat perhatian dan menggugah kewaspadaan, terutama pada golongan populasi yang mempunyai resiko untuk mendapatkan kanker paru, yaitu: a. Pria; b. Berumur di atas 40 tahun; c. Merokokperokok berat; dan d. Bekerja di industri yang berkaitan dengan bahan karsinogen. Keluhan batuk terdapat pada 70-90 kasus. Batuk darah sebagai akibat ulserasi terjadi pada 6-51 kasus. Keluhan lain bisa berupa nyeri dada unilateral yang tidak terbatas tegas. Patogenesa nyeri dada sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti, nyeri tipe ini terdapat pada 42-67 kasus. Sesak napas didapatkan pada 58 kasus, mungkin disebabkan oleh tumor sendiri, atau oleh obstruksi yang ditimbulkannya ataupun atelektasis. 2. Gejala Intratorasik Ekstrapulmoner Penyebaran tumor ke mediastinum akan menekanmerusak struktur- struktur di dalam mediastinum dengan akibat antara lain: a. Nervus phrenicus, paralise diafragma; b. Nervus recurrens, paralise korda vokalis; c. Saraf simpatik, sindroma Horner, keluhannya berupa enoftalmus, miosis, ptosis, anhidrosis; d. Esofagus, disfagi; e. Vena cava superior, sindroma vena cava superior yang terjadi karena bendungan pada vena cava superior dan disertai pembengkakan muka dan lengan; f. Trakeabronkus, dapat terjadi sesak akibat atelektasis total; dan g. Jantung, keluhannya berupa gangguan fungsional, terjadi efusi perikardial. 3. Gejala Ekstrapulmonal Non-metastasis Gejala ekstrapulmonal yang non-metastasis dapat menimbulkan manifestasi pada neuromuskuler, endokrin metabolik, jaringan ikat dan tulang, serta vaskuler dan hematologik. Manifestasi Neuromuskuler. Insiden terjadinya manifestasi neuromuskuler sekitar 4-15. Pada kasus lanjut dapat ditemukan sindroma “neuropatia karsinomatosa”, yang bersifat progresif. Keluhan ini sering ditemukan pada karsinoma sel kecil. Sindroma neuropatia karsinomatosa terdiri dari miopatia, neuropatia perifer, degenerasi serebeler subakut, ensefalomiopatia dan mielopati nekrotik. Reseksi tumor primer dapat menghilangkan gejala-gejala ini. Manifestasi Endokrin Metabolik. Tumor pembentuk hormon dapat terjadi pada setiap organ yang mengandung sel primitive neural crest, berhubung sel-sel ini mampu mengkonsentrasikan dan mendekarboksilasi precursor dari amine biogenik, maka sel ini lebih dikenal sebagai sel APUD Amine Precursor Uptake and Decarboxylation Cells. Manifestasi endokrin dapat ditemukan pada 5- 12,1 kasus, namun khusus pada karsinoma sel kecil insidennya mencapai 21. Manifestasi endokrin dapat berupa sindroma Cushing, sindroma karsinoid, hiperparatiroid dengan hiperkalsemia, SIADH dengan hiponatremia, sekresi insulin dengan hipoglikemia, sekresi gonadotropin berlebih dengan ginekomastia, dan sekresi melanocyte stimulating hormone dengan hiperpigmentasi kulit. Manifestasi Jaringan Ikat dan Tulang. M anifestasi yang paling sering dijumpai adalah hipertrofi pulmonary osteoarthropathy, terutama pada karsinoma epidermoid, namun keadaan ini belum pernah ditemukan pada karsinoma sel kecil. Hipertrofi pulmonary osteoarthropathy dihubungkan dengan peningkatan kadar Human Growth Hormone yang imunoreaktif di dalam plasma. Secara radiologi didapatkan pembentukan tulang baru sub-periosteal, terutama tulang-tulang ekstremitas bagian distal, yaitu jari-jari tubuh. Manifestasi Vaskuler dan Hematologik , jarang ditemukan. 4. Gejala Ekstratoraksik Metastatik Karsinoma bronkogenik adalah satu-satunya tumor yang mampu berhubungan langsung dengan sirkulasi arterial, sehingga kanker tersebut dapat menyebar hampir ke semua organ, terutama otak, hati dan tulang. Alsagaff et al., 2010.

2.3.6. Deteksi Dini Kanker Paru

Anamnesis yang lengkap dan pemeriksaan fisik yang teliti, merupakan kunci terhadap diagnosis yang tepat. Menemukan kanker paru pada stadium dini sangat sulit karena pada stadium ini tidak ada keluhan atau gejala. Ukuran tumor pada stadium dini relatif kecil 1 cm dan tumor masih berada pada epitel bronkus. Foto rontgen dada juga tidak dapat mendeteksi kanker tersebut. Keadaan ini disebut sebagai tumor in situ T is . Untuk mendapatkan sel tumor tersebut hanya bisa dengan pemeriksaan sitologi sputum dengan bantuan bronkoskopi. Angka keberhasilan diagnosis pemeriksaan sputum ini pada pasien tanpa kelainan klinis dan radiologis relatif kecil, dan bila ditemukan juga sulit menentukan asal sel tumor tersebut dalam traktus respiratorius. Untuk mempermudah penemuan dini ini dianjurkan melakukan pemeriksaan skrining dengan cara memeriksa sitologi sputum dan foto rontgen dada, secara berkala. National Cancer Institute NCI di USA menganjurkan skrining dilakukan setiap 4 bulan dan terutama ditujukan pada laki-laki 40 tahun, perokok1 bungkus perhari dan atau bekerja di lingkungan berpolusi yang memungkinkan terjadi kanker paru pabrik cat, plastik, asbes dll. Penelitian yang dilakukan oleh NCI pada 3 pusat riset kanker selama 20 tahun terhadap lebih dari 30.000 sukarelawan laki-laki perokok berat, dimana setengahnya menjalani skrining intensif dengan pemeriksaan sitologi sputum tiap 4 bulan dan foto rontgen dada PA dan lateral tiap tahun dan setengah lainnya sebagai kelompok kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan angka positif tumor stadium awal pada kelompok pertama 45 dan kelompok kontrol 15. Pasien dengan kanker paru tersebut memiliki angka 5-year survival sebesar 35 dibandingkan kelompok kontrol 13. Dalam studi ini, pemeriksaan sel ganas dengan pemeriksaan sitologi sputum lebih mudah menemukan karsinoma sel skuamosa, sedangkan foto dan rontgen dada lebih banyak menemukan adenokarsinoma dan karsinoma sel skuamosa. Small cell carcinoma jarang terdeteksi pada stadium dini ini. Kesesluruhan studi menyimpulkan bahwa terdapat nilai positif manfaat dalam deteksi dini kanker paru.

2.3.7. Prosedur Diagnostik

Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa kanker paru adalah pemeriksaan radiologi berupa foto Rontgen, CT Scan, bone scanning; pemeriksaan sitologi dan histopatologi; Trans Thoracal Biopsy TTB; torakoskopi; dan mediastinoskopi. Foto Rontgen Dada Secara Posterior-Anterior PA dan Lateral. Pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Pada kanker paru, pemeriksaan foto rontgen dada ulang diperlukan juga untuk menilai doubling timenya. Dilaporkan bahwa, kebanyakan kanker paru mempunyai