Prosedur Diagnostik Pengaruh Genetik dan Status Imunologis
doubling time antara 37-465 hari. Bila doubling time 18bulan, berarti tumornya benigna. Tanda-tanda tumor benigna lainnya adalahlesi berbentuk bulat
konsentris, solid dan adanya kalsifikasi yang tegas. Pemeriksaan foto rontgen dada dengan cara tomografi lebih akurat menunjang kemungkinan adanya tumor
paru, bila dengan cara foto dada biasa tidak dapat memastikan keberadaan tumor. Pemeriksaan penunjang radiologis lain yang kadang-kadang diperlukan juga
adalah bronkografi, fluoroskopi, superior vena cavografi, ventilationperfusion scanning, ultrasound sonography.
Pemeriksaan Computed Tomography dan Magnetic Resonance Imaging. Pemeriksaan CT Scan pada toraks, lebih sensitif daripada pemeriksaan
foto dada biasa, karena bisa mendeteksi kelainan atau nodul dengan diameter minimal 3mm, walaupun positif palsu untuk kelainan sebesar itu mencapai 25-
60. Pemeriksaan MRI tidak rutin dikerjakan, karena ia hanya terbatas untuk menilai kelainan tumor yang menginvasi kedalam vertebra, medulla spinal,
medistinum, di samping biayanya juga cukup mahal.
Pemeriksaan Bone Scanning. Pemeriksaan ini diperlukan bila diduga ada
tanda-tanda metastasis ke tulang. Insiden tumor Non Small Cell Lung Cancer NSCLC ke tulang dilaporkan sebesar 15.
Pemeriksaan Sitologi. Pemeriksaan sitologi sputum rutin dikerjakan
terutama bila pasien ada keluhan seperti batuk. Pemeriksaan sitologi tidak selalu memberikan hasil positif karena ia tergantung dari letak tumor terhadap bronkus,
jenis tumor, teknik mengeluarkan sputum, jumlah sputum yang diperiksa dianjurkan pemeriksaan 3-5 hari bertutut-turut, dan waktu pemeriksaan sputum
sputum harus segar. Pada kanker paru yang letaknya sentral, pemeriksaan sputum yang baik dapat memberikan hasil positif sampai 67-85 pada karsinoma
sel skuamosa.
Pemeriksaan Histopatologi. Pemeriksaan histopatologi adalah standar
emas diagnosis kanker paru untuk mendapatkan spesimennya , dengan cara biopsi melalui Bronkoskopi.
Bronkoskopi.. Modifikasi dari bronkoskopi serat optik dapat berupa: a.
Trans bronchial lung biopsy TBLB dengan tuntunan fluroskopi, atau ultrasonografi. Ultrasound bronchoscopy, juga dikembangkan pada saat ini untuk
mendeteksi tumor perifer, tumor endobronkial, kelenjar getah bening mediastinum dan lesi daerah hilus. Hal positif dengan bronkoskopi ini dapat mencapai 95
untuk tumor yang letaknya sentral dan 70-80 untuk tumor yang letaknya perifer
Trans Bronchial Needle-Aspiration TBNA. Dikerjakan terhadap nodul
getah bening di hilus atau mediastinum. Hasilnya akan lebih baik bila dituntun dengan CT Scan.
Trans Thoracal Biopsy TTB. Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi
yang letaknya perifer dengan ukuran 2 cm sensitivitasnya mencapai 90-95. Komplikasi pneumotorak dapat mencapai 20-25 dan hemoptisis sampai 20.
Dengan persiapan yag lebih baik, komplikasi ini bisa diperkecil.
Torakoskopi. Untuk tumor yang letaknya dipermukaan pleura visceralis,
biopsi dengan cara Video Assisted Thorascoscopy memiliki sensitivitas dan spesifisitas hingga 100, dan komplikasi yang terjadi amat sedikit.
Mediastinoskopi. Lebih dari 20 kanker paru bermetastasis ke
mediastinum, terutama Small Cell Ca dan Large Cell Ca. Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat dapat dilakukan dengan
cara mediastinoskopi dimana mediastinoskopi dimasukkan melalui insisi supra sternal.
Torakotomi. Torakotomi untuk diagnostik kanker paru dikerjakan bila
berbagai prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor. Amin, 2009