Histologi Paru TINJAUAN PUSTAKA

epitel kuboid bersilia dan sel Clara, tetapi pada bagian tepi muara alveolus, epitel bronkiolus menyatu dengan sel-sel alveolus gepeng sel alveolus tipe I.

2.2.3. Duktus Alveolaris

Duktus alveolaris dan alveolus dilapisi oleh sel alveolus gepeng yang sangat halus. Di dalam lamina propria yang mengelilingi tepian alveolus, terdapat anyaman sel otot polos.

2.2.4. Alveolus

Alvelous merupakan penonjolan evaginasi mirip kantung berdiameter sekitar 200 µm di bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, dan sakus alveolaris. Secara struktural, alveolus menyerupai kantong kecil yang terbuka pada satu sisinya, yang mirip dengan sarang lebah. Sel tipe I atau sel alveolus gepeng merupakan sel sangat tipis yang melapisi permukaan alveolus. Sel tipe I menempati hampir 97 dari permukaan alveolus 3 sisanya ditempati oleh sel tipe II. Sel tipe II tersebar di antara sel- sel alveolus tipe I. Pada sediaan histologi, sel-sel tipe II menampilkan ciri sitoplasma bervesikel yang khas atau berbusa. Surfaktan paru mempunyai beberapa fungsi penting dalam paru namun yang utama, zat ini mengurangi tegangan permukaan sel-sel alveolus. Tanpa adanya surfaktan, alveolus cenderung kolaps selama ekspirasi. Dalam perkembangan fetus, surfaktan muncul pada minggu-minggu terakhir kehamilan dan bertepatan dengan munculnya badan lamela dalam sel tipe II. Junqueira Carneiro, 2007.

2.3. Kanker Paru

2.3.1. Definisi Kanker Paru

Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran pernapasan. Alsagaff et al., 2010. Kanker paru merupakan penyebab utama kematian akibat penyakit keganasan, terbanyak pada kelompok laki-laki dan cenderung meningkat insidensnya pada perempuan. Lebih dari satu juta orang meninggal akibat kanker paru pertahunnya. Yulianti et al., 2011.

2.3.2. Etiologi

Sama seperti umumnya kanker yang lain, penyebab pasti kanker paru belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama di samping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik dan lain-lain Zulkifli, 2009. Beberapa penyebab penyakit ini adalah: rokok, pengaruh paparan industri, pengaruh penyakit lainpredisposisi karsinoma bronkogenik oleh karena penyakit lain, dan pengaruh genetik dan status imunologis.

1. Rokok Rokok diduga sebagai penyebab tersering dari penyakit ini. Terdapat

cukup fakta untuk menghubungkan rokok dengan karsinoma bronkogenik. Bahan- bahan karsinogen yang terdapat dalam asap rokok antara lain polonium 210 dan 3,4 benzypyrene. Penggunaan filter rokok dikatakan dapat menurunkan risiko terjadinya karsinoma bronkogenik, namun risiko untuk mendapat karsinoma bronkogenik pada seorang perokok tetap masih lebih tinggi dibandingkan dengan yang bukan perokok Alsagaff et al., 2010. Berikut ini dapat dilihat hubungan antara jumlah rokok yang dihisap dengan besar resiko terjadinya karsinoma bronkogenik pada perokok. Dalam jangka panjang 10-20 tahun, merokok: 1-10 batanghari meningkatkan resiko 15 kali, 20-30 batanghari meningkatkan resiko 40- 50 kali, dan 40-50 batanghari meningkatkan resiko 70-80 kali. Jika seorang perokok menghentikan kebiasaan merokok, maka penurunan resiko baru tampak setelah 3 tahun penghentian dan akan menunjukkan resiko yang sama dengan yang bukan perokok setelah 10-13 tahun. Perlu diketahui bahwa bagi perokok disamping membahayakan diri sendiri juga dapat membahayakan orang-orang sekitarnya perokok pasif. Hal ini dibenarkan oleh berbagai laporan dari Jepang dan Skandinavia, yang menjelaskan bahwa istri, anak dan keluarga bukan perokok. Alsagaff et al.,2010. Risiko untuk menderita karsinoma bronkogenik selain oleh rokok, juga dapat disebabkan berbagai bahan lain yang bersifat karsinogen yang terdapat di tempat kerja antara lain asbestos, uranium, nikel dan sebagainya.

2. Pengaruh paparan industri

Bahan-bahan industri yang paling banyak dihubungkan dengan karsinoma bronkogenik adalah asbestos. Dinyatakan bahwa asbestos dapat meningkatkan resiko kanker 6-10 kali. Bahan-bahan radioaktif juga