CIRI KHAS ARMADA BUS SIBUALBUALI

masa sekarang, menjadi kota tempat peristirahatan para penumpang bila dari Sidempuan menuju Medan ataupun sebaliknya”. Ditambahkan juga argumen dari bapak Raja Parlindungan Pane, “Memang dulu jalur bus Sibualbuali melewati Sibolga. Padahal bila ke Tarutung melewati Pahae atau dari Sarula ke Tarutung lalu melewati Aek Latong, lebih cepat dibanding harus lewat Sibolga. Beda panjangnya jalan lintas melalui Sibolga dibanding melintasi Pahae kurang lebih 40 kilometer. Namun memang sekitar tahun 1975 jalan lintas melalui Pahae sudah ada, tapi jalannya tidak seperti sekarang belum diaspal”. 25 Ciri khas yang menjadi trademark armada bus Sibualbuali bila dilihat dari data–data foto dokumentasi pribadi narasumber maupun bersumber dari web adalah warna badan bus yang berwarna merah dan kepala bus yang berwarna hijau. Selain itu nama perusahaannya pun tak luput dicantumkan di samping body armada bus nya, dengan tulisan “F.A. ODP. SIBUALBUALI 1937”. Gambar gunung Sibualbuali pun Jadi jalur perjalanan armada bus Sibualbuali pada masa awal berdiri lebih jauh dibandingkan masa sekarang. Dari sumber yang didapatkan dari narasumber, bahwasanya sebelum dibangunnya “Jalan Lintas Sumatera”, jalan–jalan yang ada pada saat itu masih beralaskan tanah, masih banyak jalan yang belum di aspal kecuali jalan menuju sebuah kota, yang apabila hujan layaknya kubangan kerbau, karena jalan tanah yang dibasahi hujan menjadi tanah liat dan di genangi air sehingga sulit untuk dilalui.

2.2 CIRI KHAS ARMADA BUS SIBUALBUALI

25 Hasil wawancara dengan bapak Raja Parlindungan Pane, pada 23 Februari 2013. Universitas Sumatera Utara dilukis dibelakang body armada bus sebagai tanda bahwasanya armada bus ini berasal dari kota Sipirok. Bentuk yang selalu dikenang masyarakat akan armada bus Sibualbuali adalah busnya memiliki “kepala”. Kepala yang dimaksud adalah mesin bus yang terletak di bagian depan bus layaknya mobil jenis sedan, minibus, ataupun SUV. Bus–bus ini dikenal dengan sebutan bus “GMC, CHEVROLET, DODGE” yang merupakan bus- bus pabrikan amerika yang bahan bakarnya masih menggunakan bensin pada masa sekarang kendaraan bus sudah menggunakan solar. Bus–bus tersebut tidak memiliki kaca pada jendela penumpang, maka sebagai ganti kaca pada jendela penumpang diberikan terpal yang apabila turun hujan, maka terpal tersebut yang telah terikat, ikatannya dapat dilepas untuk menutupi jendela bus agar para penumpang tidak terkena air hujan yang masuk ke dalam bus. Seperti yang diungkapkan bapak Wara Sinuhaji, ”Waktu saya masih mahasiswa, sekitar tahun 1979, berpergian menuju Jambi, saya naik bus ini bus Sibualbuali. Jadi karena dulu itu jendela bus nya tidak ada kacanya, rambut kita pasti putih–putih. Yang putih–putih di rambut kita itu bukan ketombe, tapi debu. Ya kan jendela bus tidak ada kacanya, ya debu–debu jalanan masuk semua ke dalam bus, putih–putih lah rambut penumpang”. 26 Bagian atap armada bus pun menjadi ingatan tersendiri bagi tiap orang yang hidup pada masa kejayaan perusahaan bus Sibualbuali. Hal ini dikarenakan bagian atap bus Sibualbuali merupakan tempat untuk mengangkut barang–barang yang dibawa oleh para penumpang, seperti hal nya koper, sayu–mayur, kain, buah–buahan dan barang–barang dagangan yang lain. Apabila atap armada bus sudah siap ditata 26 Hasil wawancara dengan bapak Wara Sinuhaji, pada 18 Juli 2013. Universitas Sumatera Utara barang–barang yang akan dibawa, maka barang–barang tersebut ditutup dengan kain atau terpal. Ketika armada bus melakukan perjalanan, di dalam bus pun dilengkapi dengan alat-alat seperti; slink, kayu-kayu balok, sekop, pacul, jerigen minyak, ban serap lebih dari satu, serta alat bantu lainnya. Alat-alat tersebut ditempatkan di bagian belakang bus agar mudah diambil jika saatnya di butuhkan. Selain untuk tempat menaruh barang bawaan penumpang, atap armada bus Sibualbuali juga terdapat kotak yang unik. Bapak Asrul Siregar pun mengatakan, ”Di atas bus tersebut memiliki sebuah peti berukuran 1.5 m x 0,5 m yang di letakkan diatas kepala bus. Peti tersebut merupakan tempat surat–surat yang akan dikirim ke masing–masing daerah tujuan dengan rute yang dilalui oleh bus Sibualbuali. Dulu bus ini di sebut juga sebagai Dinas Pos Negara karena memang bus ini lah yang mengantarkan surat–surat ke kantor pos kantor pos membantu Pos Indonesia sebelum PT. Pos Indonesia memiliki kendaraan operasional sendiri seperti sekarang ini”. 27 Nomor pada armada bus Sibualbuali juga menjadi ciri tersendiri. Seperti yang diungkapkan bapak Asrul Siregar, “Bus Sibualbuali ayah saya bernomor 27. Itu bukan nomor urut armada bus, jadi suka–suka memilih nomor. Nomor itu dikaitkan pada nasib baik atau rejeki. Jadi karena dulu adat masih kuat, maka bila Bayo Datu atau paranormal istilah sekarang, biasanya memberikan saran kepada pemilik armada bus agar memilih nomor sekian demi kelancaran rejeki. Bila ada pemilik 27 Hasil wawancara dengan bapak Asrul Siregar, pada 28 Februari 2013. Universitas Sumatera Utara armada bus yang telah memilih nomor armada, namun bila di Mangupah dan Datu nya tidak setuju, maka dapat diganti nomor armada tersebut”. 28 Dari ciri–ciri fisik armada bus Sibualbuali yang telah dijelaskan, masih terdapat sebuah ciri unik yang dimiliki oleh armada bus Sibualbuali, yakni “Klakson Angin”. Klakson angin adalah klakson atau bunyi yang dikeluarkan oleh armada bus Sibualbuali untuk memperingati orang atau kendaraan yang ketika di jalan berada di depan bus. Namun klakson tersebut terbuat dari angin layaknya rem angin. Bukan klaksonnya saja yang bunyinya terbuat dari angina layaknya peluit yang ditiup, tapi klakson angin tersebut dapat memainkan nada. Menurut bapak Raja Parlindungan Pane, “Klakson angin tersebut dibuat di kota Sipirok. Bahan dasar klakson angin tersebut adalah kuningan. Si pembuat klakson ini bernama Darma Siregar”. 29 Menurut bapak Baginda Tambangan, “Klakson angin bus Sibualbuali ini bunyinya bisa sampai satu setengah oktaf, atau terdapat 13 not atau lubang pada klakson tersebut, maka bias memainkan berbagai macam lagu. Pemilik pertama klakson angin tersebut adalah “Si Tallong” nama panggilan sejak masa pemberontakan sekitar tahun 1958. Dia itu tauke pemilik armada bus sekaligus supir bus yang dia punya. Tapi yang pandai memainkan lagu dengan klakson angin itu namanya “Si Lobe” nama panggilan. “Si Lobe” ini merupakan anak dari “Tallong”, marganya Pane. Selain itu supir yang pandai memainkan lagu dengan klakson angin ada “Masmin” dan Nurdin Siregar yang biasa dipanggil “Mayor- Mayor”. Tidak semua supir bus Sibualbuali bisa memainkan lagu dengan klakson 28 Hasil wawancara dengan bapak Asrul Siregar, pada 28 Ferbruari 2013. 29 Hasil wawancara dengan bapak Raja Parlindungan Pane, pada 23 Februari 2013. Universitas Sumatera Utara angin, karena yang pandai memainkan klakson angin memang sudah berbakat. Hanya bus Sibualbuali lah yang memiliki klakson angin dan supir yang bisa memainkan lagu, perusahaan bus lain tidak ada. Jadi klakson angin ini dimainkan biasanya pada tengah malam untuk menghilangkan kantuk supir yang mengendarai bus Sibualbuali. Tapi tak jarang juga bila lewat suatu daerah maka klaksonnya pun dimainkan”. 30 Ditambahkan pula oleh bapak Anas Jambak bahwasanya,”Pada saat saya masih aktif ikut berdagang di pasar Poken Tapanuli Selatan, ada seorang kenek yang pandai memainkan klakson angin, namanya si Geleng. Dia khusus di dudukkan diberi tempat duduk di samping kanan supir untuk memainkan klakson angin tersebut. Karena tidak semua supir bisa memainkan klakson angin tersebut itulah makanya si Geleng sering diajak oleh supir–supir bus armada Sibualbuali yang lainnya sebagai penghibur si supir di tengah perjalanan”. 31 Seperti halnya yang diungkapkan oleh bapak Wara Sinuhaji, “Dulu rumah saya di jalan Bintang, dekat dengan stasiun Sibualbuali Medan. Jadi bila sudah ada bunyi klakson angin dengan nada lagu–lagu daerah dari kejauhan, sudah dapat dipastikan bahwasanya hari telah menjelang pagi dan bus Sibualbuali sudah akan sampai ke stasiun di jalan Bintang”. 32 Selain pengakuan narasumber, klakson angin tersebut juga masuk ke dalam adegan film “Pencopet”. Dalam adegan tersebut, Sophan Sophian selaku pemeran utama, berperan menjadi Abdul Kadir yang bekerja sebagai supir bus Sibualbuali pada adegan–adegan terakhir film. Ketika bus Sibualbuali sedang melewati daerah 30 Hasil wawancara dengan bapak Baginda Tambangan, pada 26 Februari 2013. 31 Hasil wawancara dengan bapak Anas Jambak, pada 6 Sepetember 2013. 32 Hasil wawancara dengan bapak Wara Sinuhaji, pada 18 Juli 2013. Universitas Sumatera Utara Parapat dengan latar Danau Toba, para penumpang sedang tertidur lelap. Untuk membangunkan para penumpang agar melihat Danau Toba, Sophan Sophian atau Abdul Kadir memainkan klakson angin bus yang dikendarainya. 33 Dalam menempuh perjalanan, setiap armada bus Sibualbuali terdiri dua supir, satu supir utama dan yang satu supir cadangan. Lalu ada dua kenek yang menaik- turunkan barang maupun menjaga keamanan selama perjalanan, serta seorang Cincu. Cincu adalah yang mengatur keuangan selama perjalanan armada bus Sibualbuali. Tugas dari Cincu adalah pengaturan uang operasional untuk pembelian bahan bakar, maupun penandatanganan surat jalan dari loket awal keberangkatan sebagai catatan resmi bahwasanya armada bus tersebut melakukan perjalanan. 34 Perusahaan bus Sibualbuali memiliki jumlah loket yang banyak tiap kota dan provinsi dari Kuta Raja di ujung utara Pulau Sumatera sampai dengan pelabuhan Panjang di Tanjung Karang yang menjadi gerbang menuju Pulau Jawa sebelum adanya pelabuhan Bakaheuni di ujung selatan Pulau Sumatera sesuai dengan rute- rute yang dituju oleh tiap armada bus Sibualbuali. Namun terdapat dua loket penting bagi perusahaan Sibualbuali dibanding loket–loket yang lainnya, yakni loket bus Sibualbuali di Kota Padang Sidempuan dan loket di Kota Medan. Letak kedua loket tersebut berada dekat dengan pusat pasar di kedua kota tersebut. Kedua loket tersebut

2.3 LOKET BUS SIBUALBUALI DI KOTA PADANG SIDEMPUAN DAN