ARMADA BUS SIBUALBUALI DEKADE 1969 – 1986

3.3 ARMADA BUS SIBUALBUALI DEKADE 1969 – 1986

Dapat dikatakan pada masa tahun–tahun ini, merupakan masa keemasan perusahaan bus angkutan umum Sibualbuali. Dalam tahun 1969 perusahaan bus Sibualbuali merencanakan untuk memperluas trayek ke Daerah Istimewa Aceh. Perencanaan trayek tersebut ditetapkan pada bulan September 1969. Dan pada tahun 1970 trayek menuju ke Kuta Raja dibuka. Pada masa ini bus Sibualbuali mencapai masa emasnya. Hal ini dibuktikan dengan diperluasnya trayek Medan – Kuta Raja – Jambi – Palembang – Tanjung Karang – Pelabuhan Panjang, sehingga dapat menghubungkan antar provinsi – provinsi di pulau Sumatera, yakni provinsi: D.I. Aceh – Sumatera Utara – Riau – Sumatera Barat – Jambi – Sumatera Selatan – Lampung. Dalam melayani trayek ini, perusahaan bus Sibualbuali memiliki armada sebanyak 80 unit, yang terdiri dari : 50 unit armada merk Chevrolet dan 30 unit armada merk GMC. Pada masa emasnya inilah perusahaan bus Sibualbuali telah berhasil menghubungkan pulau Sumatera, selain itu armada bus Sibualbuali juga selalu membawa rombongan yang akan menuju pulau Jawa dengan mengantarkan mereka sampai ke pelabuhan Tanjung Karang di provinsi Lampung. Armada–armada bus Sibualbuali lebih dikenal dengan bus Chevrolet maupun bus GMC. Namun sebenarnya bus–bus tersebut memiliki tipe tersendiri, seperti pada bus Chevrolet merupakan buatan Chevrolet dengan tipe C, lalu untuk merk GMC merupakan tipe K. Dalam situs Wikipedia dijelaskan bahwa, “tipe CK merupakan tipe dari Chevrolet dan GMC yang berbentuk truk pick up yang di Amerika Serikat Universitas Sumatera Utara diproduksi pada tahun 1960-1999”. 46 Selain menambah rute–rute perjalanan armada bus Sibualbuali, pada tahun 1973 armada bus Sibualbuali sempat menjadi bagian dalam sebuah film karya Matnoor Tindaon dengan bintangnya Sophan Sophian dan Widyawati yang berjudul “PENCOPET”. Dalam film ini Sophan Sophian berperan sebagai Abdul Kadir, yang merupakan seorang pencopet dari kota Medan yang sering keluar–masuk penjara di Ibu Kota. Baru keluar dari penjara, Sophan Sophian mencopet tas milik Widyawati sebagai Vera, yang tertinggal di sepeda motor Vespanya. Ketika Sophan Sophian melihat isi keseluruhan dompet milik Widyawati, dia langsung jatuh hati saat melihat foto Widyawati. Dia pun datang kerumah Widyawati berniat untuk mengembalikan tas yang pernah dicurinya. Lalu dia diberi pekerjaan oleh ayahnya Widyawati sebagai supir pribadi keluarga mereka. Seiring berjalannya waktu, timbul perasaan cinta di antara Sophan Sophian maupun Widyawati. Ketika ayah Widyawati mengetahui ada nya hubungan khusus diantara mereka, Sophan Sophian atau Abdul Kadir diberhentikan dari pekerjaannya lalu diusir. Setelah diberhentikan, Sophan Sophian pulang kembali ke kota Medan dan menjadi supir armada bus Sibualbuali. Jadi dapat disimpulkan bahwasanya walau kedua merk bus tersebut dari merk yang berbeda, namun memiliki mesin yang sama. Bus merk Chevrolet tipe C sendiri, biasa disebut tipe C–50. Produksi yang sama bentuk maupun mesin pada dua merk bus tersebut, juga terjadi pada masa sekarang, seperti halnya merk Toyota dan Daihatsu yang mengeluarkan produk mobil Avanza dan Xenia. 47 46 Sampai dengan tahun 1999, mobil Chevrolet C GMC K masih di produksi. 47 Hasil review film PENCOPET karya Matnoor Tindaon tahun 1973. Saat Universitas Sumatera Utara kembali ke kota Medan ini lah, armada bus Sibualbuali menjadi bagian dalam film “PENCOPET”. Lokasi syuting saat armada bus Sibualbuali menjadi bagian film “PENCOPET” berada di Sumatra Utara. Kota Medan menjadi salah satu sorotan dalam film ini. Bagian kota Medan yang tersorot dalam film ini adalah loket Sibualbuali di jalan Bintang, Stadion Teladan, Bandara Polonia dan Istana Maimun. Selain kota Medan daerah provinsi Sumatera Utara yang juga tersorot dalam film tersebut adalah daerah Parapat, Porsea, Balige dan Sibolga. Dalam pembuatan film “PENCOPET” saat pengambilan gambar di loket bus Sibualbuali jalan Bintang, ramai dibanjiri oleh lautan manusia, karena ingin melihat dan menyaksikan proses syuting pembuatan film tersebut. Loket yang sekaligus kantor bus Sibualbuali di jalan Bintang Medan yang terdiri dari dua tingkat hampir runtuh, karena masyarakat yang ingin melihat dan meminta tanda tangan dari bintang film Sophan Sophian dan Widyawati, sehingga pada saat itu, karyawan perusahaan Sibualbuali terpaksa meminta bantuan tambahan pengamanan dari Poltabes Medan sekitarnya. 48 Mengenai pembuatan film ini, bapak Wara Sinuhaji mempunyai kenangan tersendiri, ”Waktu pembuatan film “PENCOPET” di jalan Bintang, saya ikut melihat syutingnya. Wah, ramai orang itu berdatangan ke stasiun bus Sibualbuali ini. Kan kapan lagi melihat secara langsung bintang film terkenal pada masa itu Sophan Sophian dan Widyawati yang sudah terkenal dengan film pertama mereka “Romi dan 48 Nurdin Siregar dan Abdul Jalil Girsang, Sejarah Singkat Perusahaan FA.ODP.SIBUALBUALI 1937, Sipirok : dokumentasi perusahaan Fa.Odp. Sibulbuali, 2006, lembar ke tujuh. Universitas Sumatera Utara Juli” yang meledak terkenal, semua orang tahu itu siapa Sophan Sophian dan Widyawati. Selain itu juga, kan jarang–jarang adanya syuting film di sini kota Medan, lalu tiba–tiba ada syuting film, yang main pemain bintang pula, wah sudah pasti ramai lah itu. Sibualbuali ini dipilih menjadi bagian film, karena pada saat itu dekade tahun tujuh puluhan walaupun sudah ada saingannya yaitu ALS, Sibualbuali ini lebih dikenal orang. Maka si sutradara film ini pun lebih memilih Sibualbuali daripada ALS”. 49 49 Hasil wawancara dengan bapak Wara Sinuhaji, pada 18 Juli 2013. Dari pengakuan dari beberapa narasumber, masuknya armada bus Sibualbuali ke dalam film “PENCOPET” merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Karena bus Sibualbuali yang biasa para narasumber lihat di jalan ataupun menggunakan jasa armada bus Sibualbuli tiba–tiba melihat bus Sibualbuali di dalam film tersebut. Seperti sebuah Euforia bahwasanya Sumatra Utara dan bus Sibualbuali pada khususnya dapat dilihat seluruh masyarakat Indonesia yang menonton film tersebut. Film “PENCOPET” tersebut dapat dikatakan sebagai media yang mempromosikan Sumatra Utara terhadap masyarakat Indonesia yang lainnya, karena belum canggihnya teknologi pada masa itu, sehingga informasi belum seluas sekarang yang dengan mudah mengakses internet dan dapat melihat gambar–gambar lokasi yang diinginkan. Walaupun armada bus Sibualbuali dan Sumatra Utara hanya tergambar dalam beberapa belas menit saja di bagian akhir film tersebut. Universitas Sumatera Utara

BAB IV PERANAN BUS SIBUALBUALI TERHADAP MASYARAKAT

4.1 PERDAGANGAN

Hadirnya moda transportasi darat sangat membantu mobilitas manusia dan juga perdagangan. Armada bus Sibualbuali juga memiliki peranan penting pada sektor bidang perdagangan termasuk perdagangan buah salak yang menjadi komoditas utama kota Padang Sidempuan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh bapak Baginda Tambangan Harahap bahwasanya, “Dahulu sudah ada alat angkut transportasi Otoprah sebutan untuk truk pada masa sebelum hadirnya truk Fuso dan Hino dengan merk Cap Singa dan Burung Dunia di Sidempuan, akan tetapi itu untuk perdagangan antar pulau, karena barang yang diangkut oleh Otoprah tersebut biasanya dikirim ke arah pelabuhan untuk diteruskan kirimannya dengan kapal laut. Nah tauke saudagar atau pedagang kain sama tauke salak ini menggunakan Sibualbuali untuk berdagang di Medan. Pada saat itu barang–barang diangkut di atas bus dengan tutupi terpal. Dulu itu loket bus Sibualbuali berada di jalan Bintang dekat dengan pasar Sentral. Kalau di Sidempuan berada di jalan Merdeka, dekat pasar juga. Jadi ketika sampai di Medan, para tauke yang membawa barang dagangannya bisa langsung menjual di pasar Sentral. Jadi di tahun enam puluhan para tauke ikut juga ke Medan, tidak seperti sekarang yang tinggal telepon, transfer uang, barang sampai beberapa hari kemudian, ya hal ini dikarenakan komunikasi pada saat itu tidak seperti sekarang ini. Kalau untuk pengangkutan salak, salak– salak itu sebenarnya sudah dipesan oleh para pedagang di Medan, maka jumlah Universitas Sumatera Utara